Headline

Praktik Baik Penanganan Stunting di Desa Paubekor Berhasil Tekan Angka Stunting Hingga Nol Kasus, Kini Jadi Desa dengan Kinerja Terbaik Penurunan Stunting di Sikka

waktu baca 8 menit
Keterangan foto:Pelaksanaan Posyandu Remaja di Desa Paubekor.

MAUMERE-Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Sikka resmi menetapkan Desa Paubekor sebagai desa dengan kinerja terbaik dalam upaya percepatan penurunan stunting.

Penetapan ini merupakan hasil dari evaluasi berkala yang dilakukan oleh DPMD Sikka bersama dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang kesehatan dan pembangunan desa.

“Penetapan ini sesuai SK Kepala Dinas PMD Sikka Nomor 150/14/8/VIII/2024 tentang Desa Berkinerja Baik dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Sikka,” ujar Kabid Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas PMD Sikka, Paskalis Paceli, S.Sos, kepada media ini, Rabu (4/9/2024) siang di Kantor DPMD Sikka.

Menurutnya, langkah-langkah strategis yang diambil oleh Desa Paubekor dalam program penurunan stunting sangat efektif.

Dikatakannya, Desa Paubekor telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam berbagai program, mulai dari pemberian makan tambahan bagi balita stunting selama 180 hari secara rutin, menyelenggarakan posyandu remaja hingga optimalisasi penggunaan dana desa untuk mendukung kesehatan masyarakat.

Kabid Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas PMD Sikka, Paskalis Paceli, S.Sos

Paskalis Paceli menjelaskan, dalam upaya untuk penurunan stunting di Kabupaten Sikka, sesuai hasil monitoring dan pengamatan pihaknya di DPMD Sikka pada 181 desa, desa yang dianggap berkinerja baik untuk upaya penanganan stunting dan penurunan stunting yakni Desa Paubekor. Desa ini betul-betul fokus untuk penurunan stunting dengan beberapa indikator yang menjadi dasar pihaknya menetapkan sebagai desa berkinerja baik.

“Indikator untuk menetapkan mereka berkinerja baik dalam penurunan stunting itu mendasarkan pada surat dari Kepala BKKBN Nomor:80/BL.03/03/2022 tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting di tingkat provinsi, kabupaten, desa dan kelurahan. Lalu kemudian ada permintaan dari Kementerian Desa PDT. Indikator penilaian itu antara lain, pelaksanaan rembuk stunting di tingkat desa, pelaksanaan konvergensi penurunan stunting tingkat desa, kinerja kader pembangunan manusia, komitmen desa, pembinaan pelaku dari pemerintah desa, pelaksanaan monitoring dan evaluasi konvergensi desa,” ungkapnya.

Lanjut Paskalis Paceli, dari enam indikator itu dengan pembandingnya Desa Wairbleler, kita kemudian mendapatkan skor tertinggi yakni Desa Paubekor.

“Selama 3 tahun bertutur-turut Desa Paubekor ini dari bulan penimbangan yang dilakukan Agustus dan Februari selama 3 tahun itu, mereka berada pada posisi angka stunting di desa ini adalah nol atau tidak ada kasus stunting sampai sekarang,” ungkapnya.
Ini Dua Praktik Baik Penangan Stunting di Desa Paubekor

Keterangan foto:Pelaksanaan Posyandu Remaja di Desa Paubekor.

Mernurut Paskalis Paceli, tak hanya berkutat pada agenda rutin penanganan stunting seperti rembuk stunting tingkat desa, upaya penanganan stunting yang bisa ditiru dengan mencontoh Desa Paubekor yakni terkait komitmen desa dalam mengalokasikan dana desa untuk penurunan angka stunting di desanya. Kemudian peningkatan alokasi dana desa dimana dari tahun ke tahun ada peningkatan pembiayaan.

Tak hanya itu, kada Paskalis Paceli, Desa Paubekor juga berupaya melaksanakan Posyandu Remaja. Melalui Posyandu Remaja, desa ini membina dan menghimpun remaja di desanya untuk mengikuti penyuluhan sekaligus pemeriksaan kesehatan. Kegiatan Posyandu Remaja ini aktif dan rutin dilaksanakan.

“Dari kepala desa, BPD, dan berbagai elemen di desa punya komitmen yang tinggi untuk mempertahankan desanya nol persen dalam kasus stunting. Para kadernya juga aktif dan punya komitmen untuk laksanakan Posyandu Remaja dan PMT bagi balita stunting,” ungkapnya.

Bidan Desa Paubekor, Yeni Parera, Amd.Keb kepada media ini mengatakan, saat Desa Paubekor terdapat 7 balita mengalami stunting di tahun 2021, pihaknya bekerjasama dengan lintas sektor dalam hal ini Pemdes Paubekor untuk memberikan anggaran untuk membiayai pemberian makanan tambahan lokal (PMT lokal) selama 180 hari dibawa pendampingan KPM desa dan dirinya selaku bidan desa.

“Selama 180 hari itu, makanan PMT dimasak oleh kader dan selama 180 hari itu tidak putus pemberian PMT nya. Setelah satu bulan makan, ditimbang dan dievaluasi. Jadi selama 180 hari itu, hasilnya adalah anak-anak ini terbebas dari stunting,” ungkapnya.
Ia menambahkan, intervensi PMT selama 180 hari ini dilakukan pihaknya sesuai ketentuan dari Dinas Kesehatan Sikka.

“Secara teknis makanan PMT itu akan diambil oleh orang tua bersama anak di kantor desa. Jika anak-anak tidak datang, kami kader bersama bidan desa sama-sama pergi mengantarkan ke anak dan menunggu sampai makanan PMT itu dimakan anak sampai habis. Untuk asupan menu yang kami berikan itu adalah menu bergizi dimana ada karbohidrat, protein, lemak nabati, hewani dan serat buah,” jelasnya.

Keterangan foto:Bidan Desa Paubekor, Yeni Parera, A.Md Keb.

Kata Bidan Yeni, sementara untuk pencegahan stunting, pihaknya melatih 5 orang kader untuk membantu bidan desa dan perawat desa dalam kegiatan Posyandu Remaja itu.

“Sasarannya adalah remaja berusia 10-18 tahun. Dalam kegiatan Posyandu Remaja itu setiap bulan ada pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar pinggang dan tensi. Khusus untuk remaja putri ditambah dengan pemberian tablet tambah darah selama setiap bulan 4 tablet,” ujarnya.

Kata Bidan Yeni, diluar kegiatan rutin ada kegiatan tambahan seperti ziarah remaja, kuis kitab suci, perlombaan pohon natal dan ada senam remaja.

Menurut Bidan Yeni, pelaksanaan Posyandu Remaja ini dilatari pemikiran bahwa anak yang terlahir stunting itu terlahir dari ibu-ibu yang mengalami anemia dan kekurangan energi kronis. Ibu-ibu yang kekurangan energi kronis biasanya karena pertumbuhan remajanya tidak baik.

“Jadi kami memilih memprioritaskan remaja putri dari hulunya, karena dengan remaja putri tersebut sehat, bisa menjadi calon pengantin sehat, calon pengantin sehat bisa menjadi ibu hamil yang sehat, ibu hamil yang sehat, tidak anemia dan KEK, akhirnya melahirkan anak yang sehat dan normal. Anak bayi yang lahir sehat dan normal pada umumnya tidak beresiko stunting,” ungkap Bidan Yeni.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kader Pembangunan Manusia Desa Paubekor, Maria Eufrasia Elfrida, A.Md.Kep. Ia menuturkan, menjadi seorang kader itu tidaklah mudah.

Dalam kaitan dengan upaya pengentasan stunting di Desa Paubekor, seturut pengalaman dirinya mengurusi 7 anak balita yang mengalami stunting, pihaknya tidak sekedar hadir memberikan makanan PMT, lebih dari itu juga menjadi tempat bagi ibu balita yang stunting untuk bertukar cerita, konseling untuk bersama-sama mencari solusi terbaik agar anak keluar dari stunting ini.

“Tak hanya memberikan makanan tambahan selama 180 hari secara rutin, kami juga memberikan konseling terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), karena PHBS itu berpengaruh. Dengan pola makan gizi teratur dengan juga mempraktikan PHBS, anak akhirnya terbebas dari stunting,” ungkap Maria Eufrasia Elfrida.

Ada Pembinaan Rohani Remaja di Posyandu Remaja

Pastor Paroki Roh Kudus Nelle, Pater Fabianus Bou, mscc mengatakan, pelibatan tokoh agama (pastor) dalam upaya menurukan kasus stunting di Desa Paubekor juga menjadi salah satu upaya yang dipakai Desa Paubekor melalui pelaksanaan Posyandu Remaja.

“Salah satu desa dengan program terbaik yakni Desa Paubekor dengan melaksanakan Posyandu Remaja. Melalui Posyandu Remaja, anak-anak diedukasi kesehatannya dan juga hal baik untuk mempersiapkan mereka pada saatnya nanti benar-benar matang dan dewasa. Dewasa bukan dalam hal fisik saja tetapi juga dalam hidup bersama dan terpenting dewasa dalam iman. Sehingga, peran gereja dilibatkan dalam pembinaan rohani di Posyandu Remaja tersebut,” ungkap Pater Fabianus Bou.

Lanjutnya, dengan pembinaan rohani yang rutin diharapkan nantinya ketika dewasa, mereka bisa memilih jodoh yang baik dan menjalankan kehidupan keluarga secara lebih matang.

Kades Paubekor: Kami Bersyukur Paubekor Jadi Desa Terbaik dalam Percepatan Penurunan Stunting

Kepala Desa Paubekor, Maria Nona Kesna.

Sementara itu, Kepala Desa Paubekor, Maria Nona Kesna yang ditemui media ini, Kamis (5/9/2024) di Kantor Desa Paubekor mengatakan, keberhasilan desanya dalam menekan angka stunting tidak lepas dari kolaborasi berbagai pihak, seperti kader kesehatan desa, bidan, tokoh agama (pastor paroki), serta babinkamtimbas dan babinsa yang aktif dalam program pemberian makanan tambahan kepada balita selama 180 hari dan juga memberikan edukasi kepada remaja melalui Posyandu Remaja.

Ia menjelaskan, pada tahun 2021, Desa Paubekor memiliki 7 kasus balita yang mengalami stunting. Pihaknya kemudian berkomitmen untuk menurunkan angka stunting dengan melaksanakan pemberian makanan tambahan bergizi secara terpusat selama 180 hari.

Para orang tua wajib mengantarkan anaknya untuk diberi makan di Posyandu selama 180 hari secara rutin. Makanan tambahan bergizi ini dipersiapkan oleh Kader Pembangunan Manusia, tenaga kesehatan, dan PKK Desa. Aktivitas ini juga melibatkan peran Babinkamtibnas dan Babinsa.

“Apabila balita stunting dan orang tuanya tidak datang ke Posyandu maka akan diantar oleh kader ke rumahnya bersama Babinkamtibnas dan Babinsa. Dengan pemberitan makan tambahan ini sunguh terjadi penurunan kasus stunting sampai nol kasus,” ungkapnya.

Untuk pelaksanaan pemberian makanan tambahan bergizi kepada 7 anak penderita stunting, Pemdes Paubekor menganggarkan dana Rp 25.200.000 dari dana desa.

Maria Nona Kesna mengatakan, praktik baik lain yang dilaksanakan secara rutin untuk mendukung upaya penurunan stunting adalah melaksanakan Posyandu Remaja. Melalui Posyandu Remaja, para remaja dilibatkan untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan seperti penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, edukasi kesehatan serta pembinaan rohani oleh Pastor Paroki Nelle.

“Posyandu Remaja ini diikuti oleh 75 remaja yang berumur 10-18 tahun secara rutin sekali dalam sebulan selama satu tahun. Ujung dari kegiatan Posyandu Remaja adalah pembinaan rohani dengan melaksanakan ziarah bersama para remaja di lokasi-lokasi ziarah umat Katolik di Keuskupan Maumere,” ujarnya.

Lanjutnya, hal lain yang diupayakan oleh Pemdes Paubekor untuk mencegah terjadinya stunting adalah dengan memberikan makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil dan balita. Ini dilaksanakan sekali dalam sebulan.

Dengan berbagai upaya-upaya strategis ini selain berbuah keberhasilan dalam menurunkan angka stunting hingga nol kasus. Kini, Desa Paubekor ditetapkan oleh DPMD Sikka menjadi desa berkinerja terbaik dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sikka.

“Saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apresiasi yang kami peroleh dari DPMD Sikka dimana kami jadi desa terbaik. Selain itu, saya berterima kasih kepada Kemendes PDT yang memberikan kami dana desa dalam penanganan stunting. Saya juga berterimakasih kemitraan sinergis kami dengan pemerintah kecamatan, puskesmas, PKK dan tokoh masyarakat,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Exit mobile version