Gelar Rapat Lintas Sektor, Pemkab Sikka Telusuri Data 72 Pekerja Ilegal yang Diduga Ditelantarkan YS di Kaltim, Baru 2 Yang Diketahui

waktu baca 3 menit
Keterangan foto:Rapat koordinasi lintas sektor menyikapi kasus dugaan TPPO. Rapatdipimpin langsung Pj Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera, di Kantor Bupati Sikka, Jumat (5/4/2024). siang.

FLORESPEDIA.ID-Pemkab Sikka menggelar rapat lintas sektor di Kantor Bupati Sikka, Jumat (5/4/2024) siang, guna menyikapi kasus dugaan pengiriman hingga penelantaran yang menyebabkan satu dari 72 pekerja ilegal asal Kabupaten Sikka yang ditelantarkan di Provinsi Kalimantan Timur meninggal dunia.

Rapat koordinasi yang dipimpin Pj Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera, melibatkan lintas sektor dari unsur TNI/Polri, TRUK Maumere, Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sikka.

Pj Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera kepada media mengatakan, hasil rapat koordinasi lintas sektor yang membahas kasus pengiriman 72 tenaga kerja ilegal yang dilakukan YS yakni langkah jangka pendek dan akan menyusul jangka menengah dan jangka panjang.

Untuk langkah jangka pendek berupa upaya penyelamatan terhadap 72 orang ini dan memastikan posisi terakhir mereka berada dimana. Menurutnya, data 72 orang ini dari Polres juga belum dapat kepastian.

“Selain itu, dari TRUK Maumere yang diundang tadi juga belum mengetahui 72 orang itu siapa saja dan mereka sekarang ada dimana, jadi kita memastikan dulu 72 orang ini siapa saja dan ada dimana,” jelas Adrianus Firminus Parera.

Ia memastikan, upaya jangka pendek yakni upaya penyelamatan dan upaya memulangkan 72 warga Sikka yang dikirim secara ilegal oleh YS.

Upaya berikutnya, kata Pj Bupati Sikka, yakni mendukung percepatan proses hukum penyelidikan dan penyidikan kasus pengiriman 72 tenaga kerja secara ilegal yang direkrut YS.

“Untuk upaya penyelamatan, saya meminta Kepala Dinas Sosial dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sikka untuk segera berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

“Dari 72 orang, baru 2 orang yang diketahui pasti keberadaannya. Kita mau pastikan lagi 70 lainnya itu ada dimana, mereka dengan siapa dan keadaannya bagiamana. 2 orang ini diketahui ada di Kutai Barat yang berhasil dihimpun polisi, sehingga yang lainnya itu mau ambil keterangan dan data ini juga masih sulit,” jelasnya.

Ia menambahkan, dari 72 orang yang baru diketahui identitasnya dan keberadaanya pun, pihak kepolisian maupun Pemkab Sikka kesulitan karena nomor handphone kadang bisa dihubungi namun kadang tiba-tiba nonaktif.

Sementara itu, pimpinan Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRUK) Maumere, Sr. Fransiska Imakulata SSpS, kepada media ini mengatakan, dalam rapat lintas sektor tadi, dirinya memberi penekanan bahwa kasus yang terjadi ini adalah kriminal dan kasus TPPO sering terjadi di Kabupaten Sikka sehingga pihaknya meminta perhatian serius dari pemerintah.

“Kami juga meminta terduga pelaku YS untuk segera ditahan kalau sudah ada bukti-bukti cukup. Kalau polisi mau pulangkan korban atau mau ke Kalimantan Timur, kita butuh komitmen yang serius,” ungkap Suster Ika.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *