Proyek Rehabilitasi Fasilitas Perairan Pelabuhan Kewapante, Sikka yang Telan Anggaran Rp 2,4 Miliar, Tinggalkan 4 Masalah

waktu baca 4 menit

MAUMERE-Proyek pekerjaan konstruksi rehabilitasi fasilitas perairan Pelabuhan Kewapante di  Desa Namangkewa, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka dengan pagu anggaran Rp 2.463.872.242 yang dikerjakan oleh CV Lamuda Jaya Group, diduga menyisakan sejumlah masalah. 

Proyek yang bersumber dari APBD Sikka tahun anggaran 2022 dan dikerjakan selama 150 hari kerja tersebut, belum diketahui apakah semua item pekerjaan telah selesai dikerjakan.

Pantauan media ini pada Sabtu (19/8/2023) sore, masih tampak item pekerjaan yang belum diselesaikan kontraktor proyek, seperti pekerjaan rehabilitasi catwalk sepanjang 16 meter mengalami kerusakan, besi baja gelagar (WF500) hilang.

Pelaksana proyek rehabilitasi Pelabuhan Kewapante, Pius Site, kepada media ini menuturkan, proyek tersebut item pekerjaan terdiri dari, pekerjaan pendahuluan, pekerjaan rehabilitasi moveable bridge, rehabilitasi catwalk dan railing dan pekerjaan cor lantai.

Proyek ini dalam jadwal mulai kerja pada 1 Juli 2022 ini sampai 27 November 2022 (150 hari kerja), namun faktanya baru mulai dikerjakan pada awal November 2022.

Sementara uang pelaksanan pekerjaan sudah dicairkan Dinas Perhubungan Sikka pada awal Juli 2022 sesuai termin 30 persen dari total anggaran proyek. 

Lanjutnya, pada 29 Oktober 2022, besi baja WF500 tiba di Maumere dan awal November 2022 mulai dilakukan pekerjaan perakitan gelagar dan pekerjaan  perakitan oleh subkontraktor ini baru diselesaikan pada 23 Desember 2022. 

Usai itu, dilakukan pemasangan pada 30 Desember 2022, gelagar pelabuhan jatuh karena dihantam gelombang pasang.

“Kondisi jatuhnya gelagar juga dikarenakan gelagar baja itu belum dipasang angkur baja sebagai pengikat,” ungkapnya, Rabu (16/8/2023).

Dikatakan Pius Site, usai besi gelagar diangkat kembali oleh pihaknya dan dilakukan pemasangan kembali, pekerjaan rehabilitasi pelabuhan Kewapante baru bisa diselesaikan semua item pekerjaan pada 18 Februari 2023. 

“Dalam perjalanan kami mau melaporkan data realisasi pekerjaan kami ke dinas untuk pencairan termin pekerjaan, PPK ini selalu berhalangan,” ujar Pius Site. 

Ia menuturkan, gelombang pasang air laut pada 28 Februari 2023, terjadi musibah dimana gelagar itu kembali jatuh dan tenggelam di kedalaman laut. Terhadap musibah ini, pihaknya sudah melaporkan kepada Dinas Perhubungan Sikka namun tidak ada solusi yang diberikan. 

Ia memastikan pekerjaan rehabilitasi fasilitas perairan Pelabuhan Kewapante belum dilakukan serah terima pekerjaan sementara (PHO) dari rekanan pelaksana kepada Dinas Perhubungan Sikka. 

Ia juga mengatakan, dirinya selaku pelaksana proyek, belum mendapatkan gaji dari kontraktor pelaksana CV Lamuda Jaya.

Selain itu, uang pribadinya yang turut digunakan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut sebesar kurang lebih Rp 60 juta juga belum dibayarkan pihak CV Lamuda Jaya. 

Pius Site juga menuturkan, masalah lainnya adalah pekerjaan perakitan oleh subkontraktor bernama Sirilus Alexander, yang berdasarkan kontrak kerja, akan mendapatkan upah sebesar Rp 85 juta, namun hingga saat ini masih tersisa Rp 19 juta yang belum dibayarkan oleh kuasa direktur CV Lamuda Jaya.

Selain upah pelaksana dan subkontraktor, dalam proyek ini, upah dari tukang pelaksana pekerjaan cor lantai fasilitas pelabuhan, pun belum dibayarkan.

Kepala tukang pekerjaan cor lantai, Kristo, kepada media ini, mengatakan, sebagai tukang yang melaksanakan pekerjaan cor lantai gelagar pelabuhan, dirinya belum mendapatkan pembayaran upah dari pekerjaan yang dilakukannya itu. 

“Upah dan keringat kami belum dibayar sama sekali oleh pelaksana proyek. Kami ada 7 orang untuk cor lantai 8 titik di Pelabuhan Kewapante, tapi belum dapatkan bayaran. Saya minta cari solusi untuk kami orang kecil ini,” ungkap Kristo. 

Besi Baja WF500 untuk Rehabilitasi Catwalk Dijual ke Pengumpul Besi Tua

Besi baja WF500 untuk rehabilitasi catwalk fasilitas Pelabuhan Kewapante yang dijual ke pegumpul besi tua.

Proyek dengan pagu anggaran Rp 2,4 miliar ini pun menyisahkan masalah lainnya yakni adanya penjualan besi baja untuk rehabilitasi catwalk ke penampung besi tua.

Pantuan media ini di lokasi gudang penjualan besi tua di Lokaria, Desa Langir, tampak besi baja gelagar dari pekerjaan rehabilitasi fasilitas Pelabuhan Kewapante sejumlah 4 besi baja WF500, telah dijual dengan harga Rp 15 juta kepada pembeli besi tua, Aris Yulian Firdaus. 

“Besi baja gelagar ini dijual oleh Serly Leneng sesuai surat pelepasan selaku bendahara dari CV Lamuda Jaya Group. Saya berani beli karena menurut Serly Leneng, besi gelagar itu tidak terpakai lagi,” ujar Aris Yulian Firdaus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *