Jaringan Internet Sekolah di SMP Negeri Henga, Sikka, Mubazir, Siswa dan Guru Terpaksa Cari Sinyal Internet di Perbukitan

waktu baca 3 menit
Keterangan foto:Jaringan internet sekolah di SMPN Henga yang tak dapat dimanfaatkan secara baik untuk akses internet, Senin (7/8/2023) pagi. Foto:Mario WP Sina.

MAUMERE-Sebanyak 18 siswa kelas VIII SMP Negeri Henga di Desa Henga, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, bersama para guru mesti menempuh perjalanan sejauh 1 Km menuju perbukitan di desa itu untuk mencari sinyal internet, Senin (7/8/2023) pagi.

Di sekolah mereka kesulitan mendapatkan sinyal internet untuk
melaksanakan pengenalan model ujian Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) secara online sekaligus pengenalan penggunaan laptop kpada para siswa.

Di perbukitan bernama Tobi Kulubelek, mereka membangun tenda darurat agar para siswa bisa belajar secara online pengenalan ujian ANBK yang akan dilaksanakan pada bulan September mendatang.

Kepala sekolah SMPN Henga, Silvina Santi kepada media mengatakan, sebagai sekolah yang wilayahnya tidak mendapatkan akses jaringan internet, pqda tahun 2022, pihaknya mendapatkan bantuan internet VSAT dari Dinas PKO Kabupaten Sikka.

Bantuan akses internet melalui satelit ini diperuntukkan bagi sekolah tersebut, namun akses internet dengan itu, hanya bisa dipergunakan untuk mengakses layanan pesan whatsapp sementara untuk mencari literatur di google maupun video pembelajaran di youtube tidak bisa. Hal ini dikarenakan akses internet dari internet VSAT itu terbatas kuotanya.

Internet VSAT (Veri Small Aperture Terminal) merupakan satelit untuk mendukung atau terhubung dengan internet.

“Kami hanya bisa pakai untuk kirim Wa saja.Sementara untuk aktivitas online lainnya tidak bisa. Bantuan ini tidak berdampak banyak untuk sekolah kami,” ujarnya.

Lanjut Kepsek Silvina Santi, bantuan akses internet itu hanya bisa dimanfaatkan se cara penuh setiap tanggal 1 dalam bulan sementara di hari lainnya sampai akhir bulan hanya bisa untuk layanan pesan whatsapp karena kuotanya terbatas.

Sementara jika sekolah ingin membeli kuota data internet, mesti mengeluarkan anggaran sekolah yang relatif besar.

Untuk voucher data 13 GB mesti mengeluarkan anggaran sekolah Rp 550 ribu sementara untuk data internet 100 GB, harus mengeluarkan biaya Rp 1.100.000. Ini biaya yang besar sementara dana BOS kami terbatas,” ujarnya.

Jadinya, kata Kepsek Silvina, bantuan internet VSAT ini tidak banyak berdampak mendukung kemajuan digitalisasi sekolah.

Ia juga menuturkan, bantuan laptop Chromebook yang diterima sekolah negeri ini di awal 2023 ini juga belum bisa dimanfaatkan secara optimal karena terkendala akses internet.

Pantauan media ini di SMPN Henga, tampak antena internet VSAT terpasang di halaman sekolah berada persis di samping plang nama sekolah.
Ironisnya, sekolah negeri ini sama sekali tidak mendapatkan jaringan seluler dan jaringan internet.

Kondisi blank spot internet masih menyelimuti sekolah yang telah mendapatkan bantuan akses internet VSAT tersebut.

Dapat dikatakan, rencana Pemkab Sikka bersama pemerintah pusat untuk memajukan digitalisasi sekolah dengan percepatan akses internet, masih belum dirasakan manfaatnya di masyarakat terutama di lembaga pendidikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *