5 Sampel Anjing Positif Rabies, Dinas Pertanian Sikka Tak Ada Stok Vaksin Rabies
MAUMERE-Sebanyak 5 sampel otak anjing yang dikirim oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sikka ke Balai Besar Veteriner Denpasar dinyatakan positif rabies.
Kelima sampel otak anjing itu berasal dari Kelurahan Waioti 2 sampel, Desa Langir 1 sampel, Desa Sikka 1 sampel dan Desa Habi 1 sampel.
Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Albert Gobang kepada media ini, Kamis (27/04/2023) pagi.
Ia mengatakan, terhadap 4 desa dan 1 kelurahan yang sampel anjing positif rabies, pihaknya dari Bidang Keswan, memberikan edukasi kepada warga di 5 wilayah tersebut, apabila terjadi kasus gigitan, kepala anjing dibawa ke Lab Keswan Dinas Pertanian.
“Nanti di Lab Keswan, kepala anjing dibedah dan otaknya dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar untuk diteliti,” ujar Albert Gobang.
Lanjutnya, dengan adanya kasus gigitan anjing rabies ini, pihaknya saat ini telah mengajukan sebanyak 1.000 dosis vaksin rabies kepada Pemprov NTT agar bisa dipakai untuk melakukan vaksinasi anjing.
“Kalau 1.000 dosis vaksin rabies ini sudah ada, kami akan melakukan penelusuran kepada wilayah-wilayah tersebut untuk melihat dampak, apakah anjing yang menggigit itu, pernah menggigit anjing lainnya dan berdampak,” ungkap Albert Gobang.
Ia mengatakan, dari 1.000 dosis vaksin itu sesungguhnya kurang jika dibandingkan dengan populasi anjing setiap desa yang rata-rata 1.000 ekor. Sehingga kebutuhan minimal adalah 4.000 dosis vaksin rabies.
Kendati demikian, jika sudah ada 1.000 dosis vaksin rabies, pihaknya focus melakukan vaksinasi pada Hewan Penular Rabies (HPR) di desa dan kelurahan tersebut.
Ia menuturkan, pada tahun 2022, pihaknya mendapatkan dari Kementerian Pertanian sebanyak 10.000 dosis vaksin rabies dan setelah itu diajukan ke Pemprov NTT dan mendapatkan 18.000 dosis vaksin rabies dan tambahan dari kabupaten diperoleh 5.000 dosis vaksin rabies. Namun semua vaksin rabies itu sudah habis terpakai.
Populasi Anjing di Sikka Capai 55.000 Ekor
“Kami harapkan ada alokasi anggaran bagi kami untuk mendapatkan vaksin rabies sekalian dengan operasionalnya karena kebutuhan vaksin rabies banyak. Semestinya dengan total populasi anjing 55 ribu ekor maka sesuai standar WHO untuk satu wilayah dianggap Tindakan preventif itu minimal 70 persen dari HPR itu tercakup vaksinasi. Itu artinya yang tervaksin harus mencapai 38.500 ekor anjing,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekertaris Komite Rabies Flores Lembata, dr.Asep Purnama mengatakan, kasus rabies di Kabupaten Sikka tidak terlepas dari minimnya cakupan vaksinasi HPR semenjak pandemi COVID-19.
Ia menuturkan, tingginya anjing yang tertular rabies di Kabupaten Sikka, perlu mendapatkan solusi segera. Jika tidak, maka korban meninggal karena rabies yang saaat ini menimpa anjing, pada gilirannya akan menimpa juga pada manusia.
“Segera tingkatkan cakupan vaksinasi anjing minimal di atas 70 persen. Sampai sekarang kita belum terbebas dari ancaman kematian sia-sia akibat virus rabies,” ungkap dr.Asep Purnama.