Jadi Lumbung Pertanian Lembata, Penghasilan Petani Paubokol Per Bulan Capai Rp 10 Juta

waktu baca 3 menit
Keterangan foto: Kepala Desa Paubokol Thomas Igo Udak sedang menunjuk Pohon Gaharu. Foto: Istimewa.

LEMBATA – Petani di Desa Paubokol, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata bisa punya penghasilan puluhan juta setiap bulan.

Pasalnya, Paubokol merupakan salah satu lumbung produksi pertanian di Lembata. Tanahnya subur. Komoditi pertaniannya seperti; jagung, bawang tomat, wortel, kentang, kunyit, padi hitam, padi merah, kemiri, kelapa, cengkeh, kopi, jati, cendana, dan gaharu sangat limpah.

Dengan potensi yang melimpah seperti ini, menjadi petani sungguh merupakan profesi yang sebenarnya sangat menjanjikan.

Hal ini dikatakan Kepala Desa Paubokol Thomas Igo Udak di Kantor Desa Paubokol, usai kegiatan penyerahan sertifikat tanah dari Kantor BPN Lembata, Senin (30/1/2023).

“Di Paubokol ini lebih enak menjadi petani daripada menjadi pegawai negeri,” sebut Igo Udak.

Menurut Igo Udak, seorang petani di Paubokol bisa memperoleh penghasilan Rp 10 juta per bulan bila rajin dan disiplin menekuni profesi sebagai petani.

“Maka dari itu, pemerintah desa sangat bersemangat mendorong sektor pertanian sebagai salah satu sektor unggul yang bisa mendongkrak perekonomian warga desa,” kata Igo Udak.

Kendati demikian, Igo Udak menyebut dua tantangan yang dia hadapi kala mendorong warganya lebih giat bertani. Pertama, disiplin waktu. Kedua, pola pikir (mindset).

Pada kesempatan itu, Thomas sangat optimis masyarakat petani yang bekerja maksimal mengolah lahan bisa memperoleh penghasilan yang maksimal.

Dia pun tak henti-hentinya menyadarkan masyarakat desa supaya memaksimalkan lahan pertanian yang ada, mencintai pekerjaan dan disiplin waktu sebagai petani.

Menurut dia, dengan kondisi lahan yang subur, seorang petani di Paubokol bisa melakukan dua kali panen untuk tanaman jangka pendek. Sebab itu, dia meminta masyarakat tidak pergi merantau di Malaysia, tetapi lebih baik menjadi petani di Paubokol karena potensinya lebih menjanjikan.

Dari total 356 jiwa, Thomas menyebut setidaknya hanya 26 warga desa Paubokol yang tercatat sedang berada di tanah rantau. Jumlah ini menurut dia masih tergolong sedikit jika dibandingkan dengan desa lainnya di Lembata.

“Jangan pergi Malaysia. Tapi ciptakan Malaysia di Paubokol,” kata Igo Udak menirukan pesannya kepada warga.

Sebagai kepala desa, penerima penghargaan Kalpataru pada tahun 2006 ini juga hendak memaksimalkan potensi yang ada.

Jadi pemerintah desa juga sudah menanam anakan pohon jati, gaharu dan porang. Pemerintah desa juga sudah mengucurkan dana penyertaan modal hampir senilai Rp 150 juta kepada Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Gelekat Lewu yang bergerak pada unit usaha komoditi pertanian dan jual beli sembako.

Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa, saat menyerahkan sertifikat tanah di kantor desa, juga berharap masyarakat bisa memaksimalkan potensi pertanian di wilayah itu.

Dia bahkan menantang para petani dari Paubokol untuk menguasai pasar sayuran dan buah-buahan di Kota Lewoleba. Sebab, menurut dia, beberapa komoditi yang dipasarkan di Kota Lewoleba masih berasal dari luar Lembata.

“Harus mampu bersaing sekaligus menguasai pasar-pasar komoditi di Lembata, para petani musti terpacu lebih semangat dan tekun,” tandas Marsianus Jawa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *