Ini Progres Fisik 8 Bangunan pada RS Pratama Doreng, Ada 1 Bangunan Realisasi Fisik Baru 0,73 Persen
MAUMERE-Pembangunan Rumah Sakit Pratama Doreng di Desa Nenbura, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, telah berlangsung lebih dari 150 hari kerja, namun dalam jangka waktu tersebut, realiasi fisik pembangunan sejumlah 8 paket bangunan, masih berkisar 20 persen lebih. Bahkan ada item bangunan yang realiasi fisiknya baru mencapai 0,73 persen.
Ditemui di ruangannya pada Kamis (13/1/2023), PPK Pembangunan RS Pratama Doreng, Gergorius Geovany menuturkan, perkembangan terkait realisasi fisik pembangunan RS Pratama Doreng.
Dikatakan Gregorius Geovany, ada 8 paket bangunan pada pembangunan RS Pratama Doreng dan ada 1 paket pengawasan pembangunan tersebut.
Terkait realisasi fisik pembangunan, ia merincikan, untuk bangunan gedung utama progress fisik mencapai 20, 27 persen, bangunan dapur gizi 0,73 persen, bangunan penunjang 0,86 persen, gedung rawat inap 2,21 persen, bak penampung dan sumur bor 28,35 persen, bangunan rumah dinas 1 RS Pratama Doreng 50,60 persen, pembagunan rumah dinas 2 itu 73, 08 persen serta pembangunan instalasi pengolaan air limbah 94 persen.
Terkait item bangunan dapur gizi yang realisasi fisiknya baru mencapai 0,73 persen, Greg, demikian ia disapa, mengatakan, secara keseluruhan areal pekerjaan RS Pratama Doreng ini, kegiatan penyiapan lahan yang dilakukan oleh penyedia pada paket pekerjaan gedung utama, dimana penyedia ini juga melakukan pematangan lahan terhadap keseluruhan area, di dalamnya termasuk area pekerjaan dapur gizi.
Pada area pekerjaan dapur gizi, sementara juga sudah diratakan tinggal sekarang dari rekanan pelaksana masuk bekerja melakukan pembangunan dapur gizi tersebut. Untuk bangunan dapur gizi akan dikerjakan perusahaan JR Permai.
Lanjut Greg, untuk bangunan gedung rawat inap, mulai Sabtu lalu, sudah dilakukan aktivitas pembongkaran dengan mendatangkan excavator untuk menggali lokasi trap 2 yang akan menjadi lokasi bangunan gedung rawat inap.
Ia menturkan, keterlambatan dalam memulai pekerjaan pembangunan ini, karena dominan kendala pada area penyiapan lahan pembangunan.
Batu-batu di area pembangunan sudah mulai diangkut. Kami pastikan tidak ada penggalian lagi tetapi hanya pengangkutan dan pemindahan.
Terhadap jangka waktu pekerjaan yang sudah mencapai 150 hari kerja, namun realisasi fisik pembangunan yang masih kecil, Greg mengatakan, ada perpanjangan masa pelaksanaan kontrak kerja setelah masa kontrak berakhir sehingga diharapkan bangunan tetap bisa diselesaikan.
Terhadap informasi dilakukan Contract Change Order (CCO), Greg membenarkan pihaknya melakukan CCO pekerjaan. Langkah ini dilakukan karenakan pihaknya melakukan penyesuaian terhadap volume maupun item pekerjaan.
Yang mana hasil pengamatan pertama dicocokan kembali dengan hasil perencanaan, apakah sesuai, apakah bertambah ataukah berkurang. Kemudian dilakukan penyesuaian dengan tetap berpedoman pada nilai kontrak.
‘Pasti ada bagian yang ditambah. Pasti ada yang dikurang. Kondisi di lapangan dengan hasil perencanaan berbeda sekali. Sehingga banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan terhadap komponen atau item pekerjaan, maka mau tidak mau agar bisa menjadi bangunan sesuai dengan perencanaan yang semestinya, maka dilakukan CCO sesuai kondisi lapangan.
Ia menuturkan, item pekerjaan pada bangunan gedung utama, rata-rata banyak dilakukan penyesuaian.
Ia juga menyampaikan, lamanya pekerjaan pematangan lahan pembangunan karena kondisi di lapangan tidak dianalisa jauh, padahal semestinya sudah dipikirkan pihak perencana saat membuat perencanaan pembangunan.
“Material batuan di dalam tanah itu kan tidak diketahui. Meskipun estimasinya ada, tapi begitu digali, selain volumenya besar, kondisi batu-batu dibawah ini yang membuat produktivitas pekerjaan agak terhambat. Karena dia harus ekstra dari gali, memecahkan batu dan membuangnya,” ujarnya.
Ia menuturkan, kalau saat itu kondisinya tidak berbatu, maka dipastikan bangunan utama sudah bisa berdiri dan realisasi fisik sejumlah bangunan bisa sesuai tenggat waktu pekerjaan.