Peringati 30 Tahun Gempa Flores, Unipa Indonesia Gelar Seminar Mitigasi Bencana di Bidang Konstruksi

waktu baca 2 menit
Keterangan foto: Rektor Universitas Atmajaya Jogjakarta, Prof.Ir. Yoyong Arfiadi, M.Eng.,Ph.D, saat membawakan materi seminar.

MAUMERE-Universitas Nusa Nipa Maumere menggelar seminar Nasional mengenang 30 Tahun Gempa Flores Tahun 1992.

Kegiatan Seminar Nasional bertempat di Auditorium Nawacita Universitas Nusa Nipa Indonesia pada Senin 12 Desember 2022 Bertajuk: “Kilas balik 30 tahun Gempa Flores 1992 sebagai upaya mitigasi bencana di bidang kontruksi”.

Sebelum pelaksanaan seminar, dilakukan pemutaran video kondisi Kota Maumere saat gempa tahun 1992 dan kondisi saat ini.

Hadir sebagai narasumber dalam seminar nasional ini adalah Rektor Universitas Atmajaya Jogjakarta, Prof.Ir. Yoyong Arfiadi, M.Eng.,Ph.D. yang membawakan materi: Teknik gempa, Dinamika struktur, dan Kontrol struktur.

Rektor Universitas Nusa Nipa Indonesia, Dr. Ir. Angelinus Vincentius, M.Si, dalam sambutannya saat membuka kegiatan menyampaikan, dalam rangka memperingati 30 tahun Gempa Flores, Unipa Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan Pekan Ilmiah Universitas Nusa Nipa yang dimulai sejak tanggal 7 Desember 2022 dan puncaknya pada hari ini.

Tujuannya agar menciptakan atmosfir akademik yang mendorong Warga terpelajar agar dapat
memahami bagaimana terjadinya bencana alam gempa bumi dan tsunami.

“Kegiatan ini sebagai upaya mitigasi atau rangkaian upaya sosialisasi untuk mengurangi resiko bencana, dan edukasi tentang upaya penanggulangan jika bencana ini terjadi kembali, secara khusus dalam bidang konstruksi,” ungkapnya.

Sementara itu Pemateri Seminar Rektor Universitas Atmajaya Jogjakarta, Prof.Ir. Yoyong Arfiadi, M.Eng.,Ph.D. membawakan materi Kategori resiko gempa dalam upaya mitigasi bencana di bidang Kontruksi antara lain gedung sekolah dan fasilitas umum dan Standar Nasional (SNI) peraturan beton 2019.

Dikatakannya, kita tidak mengharapkan gempa terjadi, tetapi kalau gempa terjadi juga, kadang-kadang kita perlu melihat, mengevaluasi dan meyakinkan bahwa bangunan yang sudah dibangun itu betul-betul sesuai dengan standart.

Untuk Maumere itu di daerah pantai, mungkin ini perlu menjadi perhatian kita terutama kalangan teknik sipil untuk memperhatikan bahaya tsunami.

Oleh karena itu, ia menyarankan untuk sudah dibuat peta kerentanan terhadap tsunami. Ia juga menyarankan untuk dibangun bangunan untuk perlindungan ketika terjadi tsunami.

“Saya berharap dibuat peta kerentanan Tsunami di wilayah pesisir kabupaten Sikka,” ungkapnya.

Pantauan media, usai kegiatan seminar nasional tersebut dilanjutkan dengan Talk Show bersama Harry Janto Jepira, ST, MEM, Dekan Fakultas Teknik Universitas Nusa Nipa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *