News

Desa Lamatokan Jadi Penyumbang Kasus HIV dan AIDS Terbanyak di Lembata

waktu baca 2 menit
Keterangan foto: Pertamuan bersama tim Adinkes NTT di ruang rapat kantor Bappelitbangda Kabupaten Lembata, Jumat 18 November 2022. Foto:Teddi L.

LEMBATA – Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata menemukan jumlah kasus HIV dan Aids terbanyak ada di desa Lamatokan, Kecamatan Ile Ape Timur.

Tercatat ada 11 kasus HIV dan Aids di desa tersebut dari total 23 kasus di wilayah Kecamatan Ile Ape Timur hingga September 2022.

Hal ini disampaikan Donatus Dudeng, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata dalam pertemuan bersama tim Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes) Provinsi NTT di ruang rapat kantor Bappelitbangda Kabupaten Lembata, Jumat 18 November 2022.

Donatus memaparkan jumlah kasus HIV dan Aids di Lembata sebanyak 270 penderita hingga September 2022. Penderita HIV dan Aids terbanyak ada di Kecamatan Nubatukan dengan jumlah 144 penderita.

“Kita rencanakan perketat screening dan konseling serta kunjungan ke rumah ODHA sehingga mereka patuh pada pengobatan dan mengurangi risiko perilaku seksual sehingga risiko penularan bisa dicegah,” ujarnya.

Dia mengakui jumlah penderita HIV dan Aids di Lembata cukup tinggi. Donatus menyebutkan beberapa sebab tingginya kasus ini di Lembata.

Menurut dia, selain maraknya transaksi seksual di tempat hiburan malam yang menjamur di Kota Lewoleba, kehadiran pekerja seks jalanan juga tak terkontrol hingga timbulkan penularan penyakit tersebut lebih cepat.

Menurut dia upaya pencegahan meningkatnya kasus HIV dan Aids di Lembata harus melibatkan semua pihak, tak hanya dinas kesehatan saja. Jadi, dia harapkan Komisi Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kabupaten Lembata bisa menyusun program yang melibatkan banyak pihak guna mencegah peningkatan penularan penyakit ini.

Tahun ini, kata dia, Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata lebih rutin melakukan screening dengan mobile VCT HIV yang menyasar ke sasaran kelompok berisiko.

Dokter Hyronimus Agustinus Fernandez, Koordinator program RSSH Adinkes NTT mengakui perlu adanya kerja sama lintas sektor guna menuntaskan permasalahan penyakit HIV dan Aids, Tuberculosis dan Malaria.

Dia menyebut keterlibatan Hexahelix yang terdiri dari pemerintah, swasta, akademisi, media massa, masyarakat dan tokoh agama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Exit mobile version