Pembangunan Rumah Dinas RS Pratama Doreng Diduga Pakai Pasir Campur Tanah yang Diambil di Kebun Warga

waktu baca 4 menit
Keterangan foto: Tumpukan pasir bercampur tanah di kebun warga yang dipakai dalam pembangunan rumah dinas di RS Pratama Doreng.
Sumber foto:istimewa.

MAUMERE – Pembangunan Rumah Sakit Pratama Doreng di Desa Nenbura, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT, yang telah berlangsung 3 bulan lamanya sejak penandatanganan SPK 25 Juli 2022, masih dominan berupa pekerjaan pematangan lahan untuk pembangunan gedung utama RS Pratama Doreng.
Selain pekerjaan pematangan lahan yang mana dipenuhi dengan tumpukan batu-batu besar, juga telah dilakukan pekerjaan pembangunan rumah dinas RS Pratama Doreng.

Pekerjaan pembangunan rumah dinas termasuk dalam item pekerjaan pembangunan gedung utama RS Pratama Doreng dengan Surat Perintah Kerja Nomor:Dinkes.kkprs/178/2022, dengan nilai kontrak Rp.10.054.916.000 dan bersumber dana dari PEN.

Waktu pelaksanaan mega proyek ini adalah 157 hari kalender dengan pelaksana PT.Garot Jaya Utama dan konsultan pengawas CV.Ganesha Teknika.

Pantuan media ini di lokasi pembangunan RS Pratama pada Jumat (18/11/2022) pagi, tampak para pekerja proyek tengah mencampur pasir dan semen untuk pekerjaan pemasangan batu batu rumah dinas RS Pratama Doreng.

Sementara itu, Penjabat Kepala Desa Nenbura, Stefanus Bertin Edo menuturkan, selaku pemerintah desa setempat yang nantinya akan juga turut menggunakan fasilitas umum tersebut, ia dan staf desa, juga ke lokasi untuk memonitor pekerjaan proyek tersebut.
Dalam pemantauan itu, pihaknya menemukan penggunaan pasir bercampur tanah dari tebing yang diambil di salah satu kebun warga yang berada di sisi sebelah atas dari lokasi pembangunan rumah dinas.
Dikatakannya, penggunaan pasir bercampur tanah itu, telah berjalan cukup lama, kemudian pihaknya menegur pekerja di lapangan sehingga kemudian pasir bercampur tanah itu diganti dengan pasir yang diambil dari Waigete.
“Staf saya sudah menegur para pekerja karena menggunakan pasir bercampur tanah tersebut. Setelah ditegur, mereka menggantinya dengan pasir dari Waigete. Katanya mereka sudah ambil uji lab pasir dari tebing itu, tetapi kami tanya mana buktinya? Kemudian mereka sudah ganti,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, terhadap penggunaan pasir bercampur tanah itu, pihaknya juga telah menyampaikan pada PPK proyek RS Pratama, tetapi pihaknya tidak tahu apakah PPK sudah menegur pihak rekanan pelaksana atau belum.
Ia menyayangkan, kurang kontrol pengawasan yang dilakukan oleh konsultan pengawas terhadap pekerjaan pembangunan rumah dinas RS Pratama Doreng tersebut.
Kasie Pembangunan Pemdes Nenbura, Ambrosius mengatakan, setelah ditegur langsung oleh Pemdes Nenbura, terkait penggunaan pasir bercampur tanah dari tebing itu, kemudian pelaksana proyek menggantinya.

Keterangan foto:Tampak bangunan rumah dinas RS Pratama Doreng yang sedang dikerjakan tukang. Foto:Mario WP Sina.


“Mereka bawa alat berat baru cungkil pasir campur tanah di tebing itu. Setelah cungkil baru ada mobil yang pindahkan.Pasir bercampur tanah itu dipakai sejak awal pekerjaan pondasi kemudian sampai turap pada sebelah bawa lokasi gedung utama juga pakai pasir campur tanah itu,” ungkap Ambrosius.
Ia mengatakan, selain pasir bercampur tanah, pihaknya juga mempertanyakan penggunaan ukuran besi untuk tiang bangunan rumah dinas itu. Dalam pantuan pihaknya, pekerjaan pembangunan rumah dinas pernah distop sebulan lamanya karena ketiadaan besi.
“Besi untuk sebuah bangunan yang berukuran besar itu ukuran berapa? Yang kami lihat itu besi ukuran 12, bukan besi ulir atau besi ukuran 13. Kemudian selop tengah bangunan itu ada atau tidak didesainnya, ini tidak dipasang yang kami lihat, jadi hanya atas bawah saja,” ungkapnya.
Tokoh Masyarakat Desa Nenbura, Petrus Petu, juga menyayangkan pengunaan pasir bercampur tanah yang digali dari tebing pada kebun warga.
Menurutnya, selain berdampak pada kualitas bangunan gedung tersebut, penggunaan pasir bercampur tanah juga berdampak banyak yang mana tanah akan longsor karena sudah tidak utuh lagi, juga akses jalan menuju Kampung Hepang ke rumah sakit juga berpengaruh.
“Akses jalan dari Kampung Hepang ke rumah sakit akan berpengaruh karena longsoran dari tebing yang digalit itu akan terus terjadi. Ini bagi saya tidak etis dan tidak sesuai RAB, karena di RAB materialnya tidak ambil disitu,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, selaku tokoh masyarakat, dirinya juga meminta kepada pemerintah agar pekerjaan bisa lancar dan sesuai jadwal, paling tidak, personel tukang dan pekerjaan bantu harian harus ditambah. Selain itu, kendaraan proyek dan kendaraan alat berat lainnya juga harus ditambah sehingga bisa mempercepat progres pekerjaan proyek, yang dalam pemantuan pihaknya belum maksimal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *