Anggota DPRD Mayestati Ingatkan Pentingnya Keterlibatan Kaum Muda dalam Penurunan Stunting di Sikka

waktu baca 3 menit
Keterangan foto: Wakil Ketua Komisi II DPRD Sikka, Maria Angelorum Mayestati, saat menyampaikan paparan pada sosialisasi Program Prioritas Nasional (Pro PN) Persiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja di Sikka, Selasa (15/11/2022).

MAUMERE-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT pada Selasa (15/11/2022) pagi hingga siang, menggelar sosialisasi Program Prioritas Nasional (Pro PN) Persiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja di Kota Maumere, Kabupaten Sikka.

Sosialisasi yang berlangsung di Aula Alma Maumere ini, menghadirkan narasumber Direktur Puspas Keuskupan Maumere, Romo Jon Eo Towa, Pr, Wakil Ketua Komisi II DPRD Sikka, Angelorum Mayestati dan Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN NTT, Mikhael Yance Galmin, S.S, MSc.

Sosialisasi ini dihadiri 200 peserta yang merupakan perwakilan dari OKM Paroki Santo Yosef, OMK Paroki Misir, OMK Paroki Waioti, OMK Paroki St.Thomas Morus, perwakilan SMA di Kota Maumere, Forum Genre Sikka dan pasangan keluarga muda.

Wakil Ketua Komisi II DPRD Sikka, Maria Angelorum Mayestati, dalam paparannya mewakili Anggota DPR RI Komisi IX, Emanuel Melkiades Laka Lena, mengungkapkan, Indonesia sedang akan menghadapi bonus demografi selama 2020-2030 dimana usia produktif lebih besar dari usia non produktif.

Menurutnya, tahap perencanaan hidup berkeluarga termasuk merencanakan berkeluarga, merencanakan memiliki anak, proses kehamilan yang direncanakan, periode 1000 HPK, PAUD dan remaja.

Lanjutnya, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah 2 tahun.

Provinsi NTT adalah provinsi dengan angka stunting tertinggi di indonesia yaitu sebesar 37,8 %. Untuk mencapai target prevelansi stunting 14 % di tahun 2024 dibutuhkan rata-rata penurunan prevelansi stunting setiap tahunnya sebesar 2,7 % dalam 5 tahun.

Kabupaten TTS adalah kabupaten dengan angka tertinggi di NTT, dengan prevelansi sebesar 48,3 %. Kabupaten Sikka adalah kabupaten dengan angka prevelansi ke-20 di NTT, dengan prevelansi sebesar 26,6 %.

“Untuk itu dibutuhkan kerja sama lintas sektoral yang kuat, termasuk dari BKKBN Provinsi NTT. Persoalam stunting tidak saja menjadi urusan pemerintah atau pemangku kepentingan belaka. Persoalan stunting adalah persoalan bangsa yang harus kita tuntaskan bersama dan membutuhkan kolaborasi semua kalangan,” ujar Mayestati.

Keterangan foto: Pelaksanaan sosialisasi Program Prioritas Nasional (Pro PN) Persiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja di Kabupaten Sikka oleh BKBN NTT, Selasa (15/11/2022) pagi.

Lanjut Mayestati, keterlibatan kaum muda penting dalam pencegahan stunting dan menciptakan generasi Indonesia sehat.

“Caranya yakni dengan menyebarkan informasi tentang pencegahan dan penanggulangan stunting, makan dengan menu beragam termasuk pangan lokal, katakan tidak untuk minuman alkohol, rokok dan narkoba, serta memiliki hubungan pacaran yang sehat dan pernikahan dan pernikahan yang direncanakan dengan matang,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Mayestati, kaum muda perlu untuk merencanakan pernikahan di usia, kesehatan dan kondisi ekonomi yang matang.

BKKBN sendiri menyiapkan bimbingan pra-nikah. Program ini telah tersedia di seluruh provinsi dan kabupaten/kota termasuk Provinsi NTT.

Ia juga mengingatkan calon pengantin untuk dapat mengunjuni website SiapNikah untuk mempersiapkan diri. Menurutnya, website ini berisi persiapan pernikahan, merencanakan keuangan serta metode mengasuh anak (parenting).

Sementara itu, Kepala Dinas P2KB3A Sikka, dr. Maria Bernadina Nenu, M.PH yang ditemui media ini di sela-sela kegiatan, mengatakan, kegiatan hari ini adalah konsolidasi dengan pemangku kebijakan tingkat daerah melalui program prioritas nasional penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.

“Kegiatan ini untuk peningkatan kapasitas bagi remaja, bagi pembina PIK ramaja. Remaja ini kan range usia dari 10 -24 tahun dan belum menikah. Sehingga remaja sekolah, remaja gereja, pasangan usia subur, penyuluh KB jadi banyak peserta. Ini untuk peningkatan kapasitas untuk meningkatkan pemberian informasi, pemahaman tentang bagaimana penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *