Pengelolaan Sampah di Kota Lewoleba Ibarat Memindahkan Masalah dari Banyak Tempat ke Satu Tempat
LEMBATA-Koordinator Trash Hero Capture Lembata Theresia Wi menegaskan bahwa pengolahan sampah khusus di Kota Lewoleba dan sekitarnya belum maksimal.
Perempuan yang biasa disapa Wilda ini menyampaikan kepada wartawan, Minggu 23 Oktober 2022.
Wilda menjelaskan mengapa ia menilai pengelolaan sampah di Lewoleba belum maksimal. Menurutnya, pengolahan sampah saat ini, ibaratnya memindahkan masalah dari banyak tempat ke satu tempat. Model pengolahan ini tidak akan menyelesaikan masalah sebab daya tampung TPA bertahan minimal lima tahun.
“Mau sampai kapan pemerintah membuka TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang baru,” gugat Wilda.
Menurut Wilda, harus ada pemilahan sampah dari tingkat rumah tangga, sampai pada tingkat kelurahan. Lalu sampah tersebut dikelola. Upaya ini untuk mencegah penumpukan sampah di TPA.
Selain itu, hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah bekerja sama dengan pihak lain untuk membangun bank sampah atau penimbun yang bagus. Melalui bank sampah, kita dapat mengolah sampah agar dapat bermanfaat kembali.
“Untuk sampah plastik, kalau kita tidak mampu olah, kita kirim pulang saja ke produsennya. Ada juga perusahaan yang mau menerima sampah yang kita kirim,” ungkap Wilda.
Dalam hal ini, pemerintah berperan penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pemilahan sampah dengan benar.
Ada hal-hal teknis lainnya yang perlu diketahui oleh masyarakat. Misalnya sampah anorganik yang dipilah sudah dalam keadaan yang bersih. Selain itu cara menangani limbah B3 pun perlu diketahui masyarakat.
Camat Nubatukan Dion Olah Wutun saat dijumpai di ruang kerjanya, tidak menepis bahwa pengolahan sampah di Lewoleba memang belum maksimal.
Dalam hitungan saya, dengan luasan tujuh kelurahan, ditambah dengan kantor pemerintahan, memang kita butuh tambahan container (digunakan sebagai TPS),” ungkap Dion.
Di lain sisi, Dion sepakat dengan Wilda, bahwa minimal di masyarakat, perlu ada pemilahan sampah organik dan anorganik sehingga ada tindak lanjut pengelolaan sampah organik.
Di lain sisi, Dion sepakat dengan Wilda, bahwa minimal di masyarakat, perlu ada pemilahan sampah organik dan anorganik sehingga ada tindak lanjut pengelolaan sampah organik.
Untuk itu, perlu adanya home industry, agar sampah organik bisa dikelola menjadi pakan ternak maupun pupuk organik.
Kehadiran TPA tidak untuk menerima sampah secara keseluruhan. Sebaliknya, kehadiran TPA mestinya membuat sampah menjadi berkurang,” jelas Dion.
Sebagai Camat yang baru dilantik delapan bulan lalu, Dion memiliki motivasi untuk konsen di isu kesehatan lingkungan. Dion ingin belajar di tempat yang menurutnya baik dalam hal pengolahan sampah.
Misalnya di Jakarta, ada tempat bernama Pos Bersih. Penghuninya banyak sekitar satu kelurahan. Tempat ini memiliki home industry untuk pengolahan sampah organik menjadi pupuk dan pakan ternak.
Kami sedang melirik untuk menuju ke sana supaya sampah itu tidak semua tumpah ke TPA tetapi ada yang dikelola di kelurahan,” tutup Dion.