CRS Amerika Luncurkan Program INCIDENT, Bantu Masyarakat Lembata Pasca Bencana Alam

waktu baca 3 menit
Keterangan foto: Kegiatan peluncuran Progran INCIDENT dari Catholic Relief Services (CRS) di Hotel Palem. Foto oleh: Teddi L.

LEMBATA – Catholic Relief Services (CRS) melakukan peluncuran program Increasing Resiliency Through (INCIDENT) di Kabupaten Lembata, Kamis 13 Oktober 2022.

Program milik salah satu organisasi kemanusiaan internasional ini bekerjasama dengan LSM Barakat, salah satu lembaga pengembangan masyarakat di Lembata.

Menurut Country Manager CRS Indonesia, Yenni Suryani, program INCIDENT bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat supaya efektif beradaptasi dengan dampak perubahan iklim dan bencana alam melalui praktik pertanian yang lebih baik.

“Memperkuat ketangguhan mereka, memperkuat pengetahuan tentang risiko bencana karena Lembata banyak wilayah rentan bencana,” kata Yenni kepada wartawan usai peluncuran program INCIDENT di Hotel Anisa Lewoleba.

“Kita bantu kerja sama dengan pemerintah lokal memperkuat kapasitas lokal dari sisi pengurangan risiko bencana dan memperbaiki tekni pertanian yang adaptif dengan perubahan iklim serta membantu,” tambahnya.

Program INCIDENT ini difokuskan pada tiga sektor utama dan kegiatan kunci yakni ;

Pertama; Peningkatan teknik pertanian cerdas iklim, CRS melakukan peningkatan kapasitas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), pendampingan kelompok petani untuk pertanian produksi pangan lokal yang cerdas iklim dan berkelanjutan, pelatihan pemilihan dan penyimpanan bibit, serta pelatihan manajemen hama dan penyakit tanaman.

Kedua; Pengurangan risiko bencana, CRS memperkuat kelompok siaga bencana desa, pembentukan dan penguatan forum PRB tingkat kabupaten, penyusunan rencana kontijensi dan sistem peringatan dini tingkat desa dan kabupaten, penguatan kapasitas rencana aksi dam regulasi PRB dan manajemen sumber daya alam, serta akses terhadap sumber pendanaan publik dan swasta.

Ketiga; Penguatan ekonomi masyarakat, CRS membentuk sekaligus mendampingi kelompok simpan pinjam berbasis masyarakat, serta berbagai pembelajaran penguatan kelompok dan potensi replikasi di wilayah atau masyarakat lainnya.

Yenni menuturkan, tiga sektor utama dan kegiatan kunci CRS berlangsung hingga April 2024 dan mendapat dukungan dana dari United States Agency International Development (USAID) Amerika.

Pelaksanaan program ini menyasar tiga kabupaten di NTT yakni, Belu, Flores Timur dan Lembata. Dan nantinya setiap desa akan dipilih lima desa menjadi sasaran kegiatan proyek INCIDENT ini.

Ada beberapa lembaga lokal sebagai mitra kerja CRS ini diantaranya, CIS Timor di Kabupaten Belu, Yayasan Pengkaji dan Pengembangan Sosial (YPPS) di Flores Timur dan LSM Barakat di Kabupaten Lembata.

Sebagai informasi, CRS adalah lembaga bantuan kemanusiaan dan pembangunan masyarakat yang didirikan oleh Konferensi Uskup Katolik Amerika Serikat pada tahun 1943.

Tujuan CRS ini didirikan untuk membantu masyarakat miskin, mereka yang terpinggirkan dan masyarakat terdampak bencana alam dan/atau bencana kemanusiaan.

CRS di Indonesia berkarya sejak tahun 1957 melalui Memorandum Saling Pengertian (MSP) dengan Kementerian Sosial RI untuk membantu masyarakat Indonesia melalui program tanggap darurat, pengurangan risiko bencana, dan penguatan mata pencaharian. CRS membantu masyarakat sesuai kebutuhan mereka dan tidak berdasarkan agama, golongan, suku bangsa, atau aliran politiknya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *