Kabupaten Lembata Resmi Launching Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Budaya

waktu baca 2 menit
Keterangan foto: Diskusi Kebudayaan Lembata dalam Upaya Peningkatan Karakter Peserta Didik. Foto oleh:Teddi L.

LEMBATA – Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata melaunching secara resmi pelajaran muatan lokal berbasis budaya di Aula Perpustakaan Daerah Kabupaten Lembata, Selasa, 11 Oktober 2022 malam.

Kegiatan Ini merupakan sejarah bagi dunia pendidikan di Kabupaten Lembata karena bisa menghasilkan produk muatan lokal yang akan diajarkan di sekolah-sekolah di kabupaten itu.

Penyusunan muatan lokal berbasis budaya ini didampingi langsung oleh Universitas Muhamadiyah Malang.

Anselmus Asan Ola, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, mengatakan, gagasan membuat muatan lokal ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan merosotnya internalisasi nilai-nilai budaya di kalangan generasi muda akibat pengaruh modernisme.

Pemerintah daerah, kata dia, tentu punya tanggungjawab untuk menyiapkan generasi muda Lembata yang bangga dengan identitas daerah mereka.

Gagasan untuk menyusun kurikulum berbasis budaya juga jadi salah satu poin penting yang masuk dalam Rencana Kerja Pendidikan (Rakerdik) Kabupaten Lembata Tahun 2022. Sejak itu, tim dibentuk untuk mulai mengumpulkan data-data di seluruh Lembata dan menggelar Focus Group Discussion (FGD).

Anselmus juga mengucapkan terima kasih kepada Universitas Muhamadiyah Malang dan Kementerian Pendidikan yang telah membantu pemerintah daerah membuat muatan lokal berbasis budaya.

Dia berujar, muatan lokal yang disusun di bawah spirit Kurikulum Merdeka, tentu saja mengutamakan internalisasi nilai peserta didik dan bukan angka. Artinya, guru diberi keleluasan untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajarannya. Dalam hal ini, ada perubahan paradigma, kalau sebelumnya ‘mengejar angka’ sekarang ‘mengejar nilai’.

Profesor Yus Mochamad Cholily, M.Si dari Universitas Muhamadiyah Malang, mengatakan, muatan lokal berbasis budaya sangat penting untuk membentuk karakter dan identitas peserta didik sebagai orang Lembata.

“Saya belum pernah dengar tentang Lembata di Jawa. Orang Lembata kalau ke Jawa tidak pernah cerita tentang Lembata. Tapi mereka pergi ke Jawa dan pulang ke Lembata dan bicara tentang Jawa,” ujarnya prihatin.

Acara launching dan talkshow ini juga dihadiri langsung oleh para kepala sekolah, guru dan tokoh pendidikan yang ada di Lembata serta Dr Baharuddin, Mpd dari Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *