Sanpukat Sikka dan Penerbit Erlangga Kembali Gelar Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka
MAUMERE-Yayasan Persekolahan Umat Katolik (Sanpukat) bekerja sama dengan Penerbit Erlangga kembali menyelenggarakan Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka yang berlangsung pada 29 September-1Oktober 2022.
Pelatihan yang berlangsung di Cherubim Hall ini diikuti oleh para kepala sekolah SDK dan SMPK dibawah naungan Yayasan Persekolahan Umat Katolik (Sanpukat).
Narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan 3 hari ini adalah Dr.Sudayat,M.Pd, seorang pengembang kurikulum sekaligus Akademisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Dr.Sudayat,M.Pd.
Pantauan media ini, kegiatan pelatihan ini berlangsung selama 3 hari dan diikuti kepala sekolah dan guru dari tingkat SD, SMP.
Ketua Yayasan Sanpukat Maumere, Romo Gabriel Mane, Pr, kepada media ini mengungkapkan, pelatihan implementasi Kurikulum Merdeka kembali digelar pihaknya bekerja sama dengan Penerbit Erlangga.
Pada pelatihan hari pertama, diikuti oleh 62 peserta dari 27 sekolah.
Hari kedua diikuti 72 peserta dari 28 sekolah dan hari ketiga diikuti oleh 40 sekolah.
“Total ada 141 sekolah. Berarti semua sekolah dibawah Sanpukat sudah selesai mengikuti pelatihan implementasi kurikulum merdeka. Yang mengikuti pelatihan ini adalah kepala sekolah dan guru kelas 1 dan guru kelas IV,” ungkap Romo Gabriel Mane, Pr.
Lanjutnya, dalam pelatihan ini, para guru akan fokus untuk membuat modul pembelajaran.
“Pengantar kurikulum merdeka karena sudah banyak yang tahu maka lebih kepada pelatihan untuk pembuatan modul mata ajar baik untuk kelas 1 dan kelas 4,” ujarnya.
Lanjutnya, setelah itu pihaknya akan mengevaluasi pelaksanaan bersama Dr.Sudayat. Untuk para guru yang telah mengikuti pelatihan ini, nantinya akan kembali sekolah dan melatih guru-guru yang ada di sekolah masing-masing untuk menerapkan kurikulum merdeka.
Pengembang kurikulum sekaligus Akademisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Dr.Sudayat,M.Pd, mengatakan, struktur kurikulum merdeka ada 2 yakni intra kulikuler dan kokulikuler.
Intra kulikuler biasanya di dalam organisasi secara reguler yaitu tatap muka sehari-hari berisi materi pengetahuan dan ketrampilan. Sumbernya yakni dari materi CP (Capaian Pembelajaran).
Materi CP ini agar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak ya harus kontekstual.
Ia mencontohnya, jika di kelas 4 untuk IPAS bicara tentang klasifikasi makhluk hidup di lingkungan sekitar bicara tentang hewan maka perkenalkanlah hewan yang ada di sekitar sekolah di Maumere.
“Jadi tidak bicara tentang hewan di Jawa. Itu kontekstual. Sehingga anak-anak bisa lebih dekat dengan lingkungannya, lebih paham dengan lingkungannya. Itu namanya bermakna atau meaningful,” ujarnya.
Lanjut Dr.Sudayat, yang kedua di struktur kurikulum ada kokulikuler, dimana tafsirnya itu bicara tentang sikap Profil Pelajar Pancasila berupa projek dan di organisasi secara bloktime. Sehingga, projek itu tidak selalu harus ada setiap hari. Bisa seminggu sekali atau dua minggu sekali.
Projek atau kokulikuler berangkat dari masalah bukan bersumber dari materi di CP. Misalnya di sekolah itu masalahnya adalah sampah dimana anak-anak buang sampah sembarangan, maka tema belajar yang bisa diambil adalah Gaya Hidup Berkelanjutan.
Misalnya anak-anak memilih topik tentang mengolah sampah organik dan anorganik.Sehingga projek itu bisa menyelesaikan masalah yang ada di sekolah dan nilai-nilai yang diambil adalah dari profil yakni kreatif dan mandiri, kerja sama, gotong royong dan seterusnya” ujar Dr.Sudayat.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Erlangga Maumere, Paskalis Didimus Baba, mengatakan, pelatihan ini digelar Sanpukat bersama Penerbit Erlangga, dimana pihaknya melihatnya banyak para guru dan kepala sekolah yang kekurangan informasi tentang bagaimana cara menjalankan Kurikulum Merdeka ini.
Kami dari Penerbit Erlangga menggandeng Sanpukat untuk melaksanakan pelatihan implementasi kurikulum merdeka. Ada banyak sekolah di bawah naungan Sanpukat,” ungkapnya.
Dikatakannya, untuk pelatihan ini, pihaknya mendatangkan narasumber yang memahami implementasi Kurikulum Merdeka, dari modul ajar sampai cara menjalankannya yakni Dr.Sudayat seorang akademisi dan pengembang kurikulum.
“Kami berharap dengan sudah ada pelatihan ini, bisa membawa dan meneruskan informasi yang didapat ke guru lainnya di sekolah yang mungkin masih ragu-ragu dalam menjalankan Kurikulum Merdeka. Kami juga berharap ikatan silaturahmi dan kerja sama yang sudah berjalan baik selama ini bisa ditingkatkan,” jelas Paskalis Didimus Baba.