Penerbit Erlangga dan SMPK Frater Maumere Gelar Workshop Penyusunan Modul Ajar dan Asesmen Kurikulum Merdeka

waktu baca 4 menit
Keterangan foto: Pembukaan Workshop Penyusunan Modul dan Asesmen Kurikulum Merdeka di SMPK Frater Maumere, Rabu (27/7) pagi. Foto:istimewa.

Penerbit Erlangga bekerja sama dengan SMPK Frater Maumere menggelar Workshop Penyusunan Modul Ajar dan Asesmen Kurikulum Merdeka yang berlangsung dari Rabu (27/7) sampai Kamis (28/7) sore. Kegiatan ini berlangsung di aula SMPK Frater Maumere.

Workshop ini menghadirkan narasumber seorang Pengembang Kurikulum sekaligus Akademisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung,Dr.Sudayat M.Pd.

Kepala Sekolah SMPK Frater Maumere, Frater Yosef Weko,S.Ag, M.M, kepada media ini mengatakan, pihaknya di sekolah melaksanakan workshop Kurikulum Merdeka ini pada kali yang kedua.

Pada kali ini workshop bertujuan untuk memberikan penguatan, pencerahan, pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar dan secara kompprehensif kepada bapak dan ibu guru sebelum benar-benar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka ini.

“Supaya bapak/ibu guru lebih percaya diri, lebih yakin dan juga bisa menerapkan metode, model pembelajaran yang menjadi ciri khas dari Kurikulum Merdeka ini. Jangan sampai, kita hanya namanya melaksanakan Kurikulum Merdeka tetapi isinya atau gayanya, metode atau model sama dengan kurikulum yang sebelumnya,” ujarnya.

Dikatakan Kepsek, pihaknya bekerja sama dengan Penerbit Erlangga dan mereka bersedia memfasilitasi dengan mendatangkan narasumber Dr.Sudayat, M.Pd.

Menurutnya, narasumber yang didatangkan ini, sangat menguasai materi karena pendidikannya yang sangat linear terkait pengembangan kurikulum sehingga beliau benar-benar membantu bapak ibu guru.

“Beliau mempermudah, tidak membuat bingung atau mempersulit, memperumit pola pikir atau cara pandang dari bapak ibu guru tetapi beliau dengan cara dan metodenya bisa membantu bapa ibu guru sehingga bisa dengan mudah mengikuti segala arahan dan ataupun materi yang diberikan narasumber. Para guru sendiri mereka mengaku sangat membantu mereka,” ungkapnya.

Oleh karena itu, kata Kepsek SMP Frater, sekolah bisa lebih siap untuk menerapkan Kurikulum Merdeka ini mulai pada tahun pelajaran ini.
“Kita di SMPK Frater Maumere bukan sekolah penggerak tetapi kita melaksanakan secara mandiri dan mandiri berubah,” ujarnya.

Ditambahkannya, peserta yang mengikuti workshop ini adalah seluruh guru-guru dari semua mata pelajaran totalnya ada 54 orang.

Asisten Manager Ende Penerbit Erlangga, Guntur Dianharmiko mengatakan, SMPK Frater Maumere sebagai salah satu sekolah yang menerapkan Mandiri Berubah, tentunya masih banyak kendala dan kekurangan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar ini.

Oleh karena itu, pihaknya dari Penerbit Erlangga mendatangkan narasumber Dr.Sudayat M.Pd yang adalah Seorang Pengembang Kurikulum.

Narasumber:Dr.Sudayat M.Pd, tengah memaparkan materi kepada guru-guru SMPK Frater Maumere, Kamis (28/7) pagi. Foto:Mario WP Sina.

Lanjutnya, diharapkan dengan 2 hari proses worskhop, bapak ibu guru makin paham mengenai pembuatan modul ajar, pembuatan projec dan asesment. Memang ada beberapa materi tidak bisa disampaikan dalam 2 hari kegiatan ini sehingga perlu lain waktu.
Dikatakannya, pihaknya dari Penerbit Erlangga sangat mendukung kegiatan ini dan mudah-mudahan kegiatan bisa terus berlangsung dan kerja sama yang terlin dengan SMPK Frater Maumere bisa berjalan dengan baik.
“Ini adalah bagian dari program CSR kami untuk mendukung dunia pendidikan. Tidak hanya kami jual buku saja, tetapi juga ada kepedulian terhadap kualitas pendidikan di Kabupaten Sikka khususnya pada satuan pendidikan seperti bapak ibu guru,” ujarnya.
 
Sementara itu, Pengembang Kurikukulum, narasumber Dr.Sudayat M.Pd, menuturkan, workshop ini temanya adalah membuat modul ajar dan asesment.

Modul ajar dan asesmen perlu dibuat karena salah satunya bagian dari kurikulum operasional satuan pendidikan dalam Kurikulum Merdeka.

Diharapkan nanti teman-teman guru bisa mengembangkan modul yang bersumber dari buku pemerintah atau modul yang sudah dibuat dari pemerintah. 

Ia menuturkan, modul tersebut harus dikembangkan oleh guru karena harus kontekstual dan sesuai dengan kondisi sekolah setempat dimana dipijak.

Lanjut Dr.Sudayat, guru harus mengembangkan modul juga karena bisa disesuaikan dengan kemampuan peserta didik sekolah yang bersangkutan.
Bila modul ini selesai, maka guru akan membuat asesment atau soal formatif atau penilaian harian. Nanti bentuk soal akan satara AKM, pilihan ganda kompleks, menjodohkan dan esai beralasan. Dan ini bagian dari kurikulum operasional sekolah dalam kurikulum Merdeka.

“Diharapkan guru ini menjadi kreatif kemudian merdeka membuat pola-pola dan interaksi pembelajaran di kelas,” ujarnya.

Dr.Sudayat juga menuturkan, dalam 2 hari workshop, dirinya melihat respon dari guru-guru SMPK Frater Maumere, positif dan antusias. Hal ini dikarenakan, workshop ini membuka wawasan, membuka pemahaman guru tentang bagaimana mengajarkan Kurikulum Merdeka di kelas.

“Guru juga diberi tantangan untuk meramu, merencanakan dan melaksanakan pola pembelajaran kontekstual beserta bagaimana cara menguji lewat test informatifnya. Saya lihat guru-guru bagus, antusias, dan keren,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *