Diserang Penyakit Busuk Buah, Petani di Sikka Berharap Ada Revolusi Tanaman Kakao

waktu baca 2 menit
Keterangan foto: Tanaman kakao yang mengalami busuk buah milik petani di Desa Gera. Foto:Athy Meaq.

MAUMERE – Penyakit busuk buah menyerang buah kakao milik petani di Kabupaten Sikka. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh petani dan pemerintah namun belum berhasil.

Serangan penyakit busuk buah membuat hasil panen kakao milik petani menurun drastis dan bahkan gagal total. Petani berharap ada langkah revolusi tanaman kakao milik petani di Sikka.

Demikian dikatakan Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember, Dini Astika Sari, sebelum meninggalkan Maumere, Rabu (13/7) siang.

“Rata rata kakao milik petani di Sikka diserang penyakit busuk buah, sehingga hasil panen menurun. Mereka (petani) berharap ada revolusi kakao,” kata Kepala Puslitkoka Jember.

Oleh karena itu, melalui kerjasama pemerintah Kabupaten Sikka bersama Puslitkoka Jember, akan segera melakukan pengembangan dan penanganan dari hilir ke hulu.

Termasuk lanjut Astika, melakukan, pemetaan kondisi lahan, peremajaan tanaman kakao, mengganti varietas kakao yang tahan penyakit, yang cocok di lahan kering dan lebih produktif.

Puslitkoka Jember akan mengembangkan kakao varietas ICCRI 09 dan MCC 02 yang merupakan varietas Kakao yang tahan penyakit, cocok di lahan kering, dan produksi tinggi dibandingkan varietas lainnya.

“Varietas MCC 02 dan ICCRI 09 tahan penyakit, seperti Vascular Streak Dieback (VSD) ataupun busuk buah,” ujarnya.

Selain itu rata-rata produksi varietas MCC 02 dan ICCRI 09 mencapai 3 ton per tahun. Selain itu umur produksi lebih cepat yakni di usia 18 bulan sudah berbuah.

Yohanes Mitan (52) warga Gere, di Desa Gere, Kecamatan Koting mengaku sudah 5 tahun mengalami gagal panen kakao akibat serangan penyakit busuk buah.

Mitan menjelaskan penyakit busuk buah pada buah kakao diawali munculnya bercak kecil berwarna coklat pada buah pada buah kakao. Lalu berubah menjadi kehitaman dan meluas dengan cepat sampai seluruh buah tertutup.

“Saat berbunga dan berbuah banyak sekali. Kalau sudah mulai besar, mulai ada bercak lalu berubah hitam dan langsung kering, mulai dari kulit luar sampai isinya busuk semua,” ujarnya.

Sebagai petani kakao, Mitan apresiasi langkah pemerintah kabupaten Sikka yang membangun kerja sama dengan Puslitkoka Jember, dalam revolusi kakao di Kabupaten Sikka.

Kontributor : Athy Meaq.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *