Hasil Panen Sorgum Meningkat, Petani Lembata Minta Dukungan Alsintan

waktu baca 2 menit

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat panen perdana Sorgum di hamparan pertanian Parek Walang, Ile Ape, Lembata, Jumat (8/4). Foto : Teddi Lagamaking

LEMBATA, FLORESPEDIA.id – Petani Sorgum di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, menyambut gembira karena hasil panen mereka tahun ini.

Gubernur Viktor Laiskodat pun bergabung bersama petani terjun ke ladang untuk memanen sorgum. Saat itulah, petani meminta bantuan pengadaan mesin perontok kepada gubernur.

Mateus Lili Uak, ketua Gapoktan Sorgum  Kodi Jadi di Kelurahan Lewoleba Tengah, menyampaikan keluhan pengelolaan pascapanen sorgum.

“Tahun kedua panen sorgum, hasil panen meningkat. Saya sendiri pada tahun pertama berhasil panen 100 kilogram dalam 1 hektare. Tahun ini meningkat menjadi 2 ton per Ha. Kendala utama yang dihadapi adalah alat rontok dan mesin pengelolaan pasca panen,” ungkapnya ketika berdialog bersama Gubernur VBL usai Panen Perdana Sorgum di hamparan Parek Walang, Kamis (7/4).

Dalam kesempatan itu, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat berjanji akan memenuhi permintaan mesin rontok.

Gubernur menerima semua masukan dan aspirasi dari para petani tersebut. Dia juga menyanggupi semua permintaan alat rontok sorgum dari para petani. Pemprov NTT akan menanggung kebutuhan mesin rontok sorgum tersebut.

“Mesin diatur oleh Kadis Pertanian,” imbuhnya disambut tepuk tangan para petani.

Di hadapan para petani Lembata saat itu, Gubernur menyatakan tahun depan jagung dan sorgum sudah harus ditanam di hamparan Parek Walang seluas 5.000 hektare.

“Untuk mesin tidak ada masalah, nanti kita penuhi semua,” ungkap dia.

Sementara itu, Penyuluh pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, Yakobus Sumarjo mengungkapkan Kecamatan Nubatukan, Ile Ape dan Omesuri merupakan sentra pengembangan sorgum di Kabupaten Lembata.

“Total sentra Sorgum di Lembata ditanam di areal seluas 30 hektar,” jelasnya.**

Gaspar Ola, petani sorgum lain meminta Gubernur VBL  bisa mengatasi kendala yang ia hadapi di lapangan.

Selain mesin rontok dan mesin sasak, dirinya pun meminta supaya harus ada Jalan Usaha Tani (JUT) di setiap jalan masuk ladang.

“Bertahun tahun kami pakai Pikul di pundak dan tempuh perjalanan jauh,” bebernya.

Dia juga meminta Gubernur VBL agar bisa mengatur harga serta pangsa pasar yang seimbang dengan jumlah produksi.

“Pasaran sorgum ini mau di bawa ke mana, pasarannya seperti apa, harganya tahun lalu hanya 6.000 per kilo saja,” ujarnya.

Namun keluhan yang dialami para petani ini lagi-lagi langsung di tanggapi serius oleh Gubernur NTT itu. VBL berjanji, semua keluhan itu segera teratasi.

“Ada Kadis Pertanian. Nanti Sekda NTT secepatnya buat telaahan, coret-coret, kita beli mesin rontok kasi petani,” tandas orang nomor satu NTT ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *