Divisi Marketing “Moeda Tani Farm” Sebut Potensi Pasar Hortikultura di Sikka Sangat Menjanjikan
Tanaman hortikultura milik kelompok tani ” Moeda Tani Farm (MFT). Foto : Athy Meaq
MAUMERE, FLORESPEDIA.id – Salah satu sektor yang bisa menjadi kebutuhan pokok sehari-hari adalah bisnis tanaman hortikultura yang menjadi salah satu peluang yang sangat menjanjikan di kabupaten Sikka.
Permintaan pasar terhadap hasil tanaman seperti sayur, tomat dan cabai selalu ada. Bahkan cenderung melonjak saat momen- momen pesta.
Demikian dikatakan Divisi Marketing pada kelompok tani “Moeda Tani Farm”, Chois Bhaga kepada media ini, Jumad(8/4).
Chois Baga mengakui peluang bisnis hortikultura di kabupaten Sikka sangat menjanjikan. Maka tidak heran jika bisnis yang satu ini disebut sebagai bisnis yang berkelanjutan.
Hal ini berdasarkan pengalaman bersama tim Moeda Tani Farm (MTF) yang sedang menjalankan program kemitraan closed loop di Kabupaten Sikka.
“Saat ini, kami sudah memproduksi horti dengan komoditas tomat dari varietas servo dan cabai rawit dari varietas bara sekitar ribuan populasi. Dan kami mendapatkan keuntungan yang bagus dari hasil panennya,” kata Chois.
Menurut dia, hal tersebut menunjukkan bahwa investasi dalam sektor hortikultura sangat menjanjikan. Sebab, data-data hasil panen sudah mereka nikmati. Misalkan dari hasil panen cabai rawit bara per bulan Maret tahun 2022 itu sekitar 1. 262 kg dengan populasi 7 ribuan populasi dengan rata-rata per/kg ketika dijual Rp. 30.000/kg.
Dengan kondisi keuntungan ini, dia berharap kaum muda di Kabupaten Sikka agar lebih berinovasi dan berkreasi untuk menciptakan dunia kerjanya sendiri dengan memanfaatkan lahan yang ada dalam pengembangan bisnisnya.
Ia menjelaskan ada beberapa poin penting sebagai indikator usaha bisnis hortikultura.
Pertama, karakter tanaman tahunan sayur, cabai dan buah-buahan dalam cukup berbeda dengan tanaman pangan.
Kedua, produk hortikultura cukup beragam, super intensive processes dan padat karya karena kegiatan produksinya terletak pada proses kerja untuk menemukan karya kita.
Ketiga, hampir 75 persen produk hortikultura lokal dikonsumsi terasa segar jika dibandingkan hasil impor dari kabupaten lain misalnya Makassar. Ini yang membuat para konsumen lebih berminat untuk membelinya.
Keempat, market lokalnya sudah ada, sehingga potensi pengembangannya besar.
Ia mengatakan salah satu contoh produk hortikultura yang bisa dikembangkan dan mendapatkan keuntungan yang bagus adalah cabai.
Menurut dia, selama ini pasokan cabai memang sering terjadi polemik, di mana tumbuhnya hanya musiman atau terjadi pada petani konvensional. Sehingga, harga cabai cenderung jatuh saat panen raya, bahkan tak sedikit yang terbuang karena tak terjual.
Namun ada solusi alternatif yakni teknologi irigasi tetes yang sekarang sementara digunakan di lahan mereka. Setelah musim panen berlalu, harga kembali naik perlahan.
Ia sangat berharap agar anak muda di Kabupaten Sikka harus lebih peka dalam menangkap peluang bisnis hortikultura. Terkhusus para alumni yang mendapat gelar sarjana pertanian. Harus lebih inovatif dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru sehingga ia dengan sendirinya mampu mendongkrak ekonominya sendiri.