Kemendikbud RI Siap Bekerjasama dengan SimpaSio Institut Larantuka
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid didampingi Bupati Flotim, Antonius Gege Hadjon saat mengunjungi SimpaSio Institut. Foto : Istimewa
LARANTUKA, FLORESPEDIA.id– SimpaSioInstitut yang terletak di Kelurahan Sarotari, Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur mendapat kunjungan dari Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid Sabtu (26/3).
Saat berkunjung ke SimpaSio Institur, Hilmar mengajak agar tidak lupa pada akar budaya kedaerahan di Flores Timur untuk membantu generasi muda mengenal identitasnya.
“Harus gali tokoh-tokoh lokal dan narasi cerita yang sangat membantu terutama generasi yang tumbuh di sekolah itu memiliki kebanggaan identitasnya. Itu tugas mulia di institut ini,” ujarnya.
Dirinya juga mengapresiasi SimpaSio Institut yang punya ketertarikan pada nilai sejarah. Ada banyak pahlawan lokal yang mesti diangkat ke permukaan agar dikenal publik.
“Di mana sebetulnya sejarah lokal ini dan nasional. Kita selalu bicara nama-nama besar dalam sejarah. Di sini juga orang bicara mengenai Budi Utomo, Kartini, sementara ada begitu banyak pahlawan lokal, tidak harus melawan Belanda dan seterusnya, tapi yang berpengaruh dan berkarya di bidang pendidikan. Jadi, wawasan kita mungkin nasional bahkan internasinal tapi lupa dengan akarnya sendiri,” katanya.
Pada kesempatan itu, dia juga berjanji siap bekerja sama dengan SimpaSio Institut.
“Kementrian senang bisa bekerjasama, mengembangkan apa-apa yang perlu dilakukan. Saya tidak datang bawa program yang aneh-aneh, tentu tidak. Saya mau dengar kalian mau buat apa,” tandasnya.
Sementara, Bernardus Tukan, Direktur SimpaSio Institut mengatakan SimpaSio resmi berdiri pada 14 April 2016. Dan Simpa Sio Institut terbuka pada segala kemungkinan meski roh awal berdirinya pada pengarsipan dan pendokumentasian.
“Apa yang dilakukan terbuka pada segala kemungkinan. Rohnya pada pengarsipan dan pendokumentasian, karena orang Indonesia sangat lalai dalam mendokumentasikan arsip tapi juga cepat lupa tentang suatu peristiwa. Menolak lupa,” Kata Bernardus Tukan.
Dari situ, kata pendiri SimpaSio Institut, tahun 2016, saat HUT Hari Anak Nasional (HAN), Simpa Sio mulai fokus pada literasi.
Tim Kreatif SimpaSio Institut, Vici Kean mengucapkan terima kasih karena telah diberi ruang di rumah SimpaSio Institut.
“Namanya semangat pasti ada. Tapi, namanya pemantik pasti muncul apinya. Yang sudah kami lakukan di SimpaSio itu banyak. Ada kemah budaya, ada lingkar belajar, dan sebagainya,” tandas Vici Kean.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan