Soal Ricuh di Kantor DPRD Sikka, Yosef Nong Soni: Tidak Pantas Seorang Bupati Terkesan Memprovokasi
Yosep Nong Soni, anggota Fraksi Nasdem DPRD Sikka
MAUMERE, FLORESPEDIA.id – Sidang Alat Kelengkapan Dewan (AKD) di Kantor DPRD Sikka, Jalan El Tari Maumere, Kamis (17/2) diwarnai aksi nyaris adu jotos antara Wakil Ketua DPRD Sikka, Gorgonius Nago Bapa dan Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo.
Peristiwa itu bermula ketika pimpinan sidang, Ketua DPRD Sikka, Donatus David mengetuk palu sidang untuk skors, padahal ada beberapa anggota fraksi DPRD Sikka yang masih mau menyampaikan pendapatnya.
Yosef Nong Soni, anggota DPRD Sikka dari Fraksi Nasdem yang disebut-sebut sempat meminta klarifikasi pimpinan sidang atas pengetukkan palu sidang saat itu pun akhirnya memberikan penjelasan kepada wartawan saat ditemui di Kantor DPRD Sikka, Jumat (18/2) siang.
Kepada wartawan, Yosef Nong Soni menjelaskan bahwa saat itu, Kamis (17/2), DPRD Sikka melaksanakan sidang dengan dua agenda yakni penetapan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) dan penetapan Pokok Pikiran (Pokir) DPRD Sikka tahun 2022.
“Dinamika yang terjadi kemarin itu terjadi ketika agenda pertama dan sebelumnya itu sudah dilakukan beberapa kali interupsi berkaitan dengan mekanisme pembentukan alat kelengkapan. Setelah agenda ditetapkan, itu dari Fraksi PAN menawarkan untuk mekanisme pemilihan pimpinan alat kelengkapan dan ada teman-teman lain yang menawarkan sistem paket terbuka dan ada teman-teman lain yang menawarkan mekanisme tertutup dan tidak perlu melalui paket,” jelasnya.
Lanjut Nong Soni, bahwa saat itu ada tiga fraksi yang memberikan usulan demikian namun enam fraksi lainnya belum memberikan pendapatnya.
Saat itu, tambah Nong Soni, dirinya selaku anggota Fraksi Nasdem sudah menyalakan microphone dan meminta untuk memberikan pendapatnya.
“Tetapi entah kenapa, setelah teman dari Fraksi PKB menyampaikan pendapatnya, pimpinan dalam hal ini pak ketua mengetuk palu sidang skors untuk dilakukan proses pemilihan, di situ saya meminta klarifikasi kenapa pimpinan kok bisa secepat itu, serta merta langsung menutup, atau menskors sidang, lalu pimpinan, entah kenapa semacam cukup emosi menanggapi pertanyaan itu lalu muncul perdebatan tetapi substansinya adalah kenapa bisa secepat itu sidang diskors, sementara kami belum berpendapat, mayoritas fraksi belum berpendapat, kita ada sembilan fraksi, baru tiga fraksi yang berbicara, artinya, kalaupun demikian kan harus dikembalikan dulu ke forum, masing-masing fraksi, apakah menerima atau tidak,” lanjut anggota DPRD Sikka yang lebih dikenal dengan jargon “Tekan Tahan” itu.
Atas situasi itu, lebih jauh Soni “Tekan Tahan” berpendapat bahwa hal itu adalah lumrah terjadi bahkan ada beberapa situasi sidang bahkan sampai pukul dan balik meja.
“Dan sudah menjadi kebiasaan kami bahwa biar tegang bagaimanapun dalam ruang sidang, tetapi keluar, aman-aman saja sehingga perdebatan saya dengan Pa David (Ketua DPRD Sikka) saya tidak terlalu menanggapi walaupun dengan nada tinggi, bagi saya biasa saja, yang menjadi konsentrasi saya adalah ketika dalam perdebatan saya dengan pak ketua, itu ada gestur dari Pa Bupati yang menunjuk-nunjuk saya lalu kemudian ada gestur tangan itu suruh saya ke depan, saya tidak tahu, karena jaraknya agak jauh tetapi menurut saya ada gestur yang tidak etis bagi saya karena bagaimanapun ini urusan rumah tangga DPRD, kenapa ada gestur seperti itu dan saya melihat itu gesturnya marah, tidak senang,” ungkap Yosef Nong Soni.
Oleh karena itu, lanjut dia, ketika semua anggota DPRD Sikka hendak keluar menuju ruang komisi masing-masing untuk melakukan pemilihan AKD, Yosef Nong Soni mengakui bahwa dirinya secara sengaja mendatangi Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo guna menanyakan alasannya menunjuk-nunjuk dan mengajak Yosef Nong Soni ke depan.
“Dengan amarah yang saya lihat tadi kira-kira apa maksudnya, lalu kemudian, pa Bupati menjawab saya bahwa “Ya saya ajak Engko (red: kau) kedepan supaya Engko berkelahi dengan David, jangan hanya omong banyak, mulut besar, tunjukkan, buktikan, siapa yang paling jago, siapa yang paling hebat, kalian terlalu banyak omong. Jadi, saya malah merasa lucu, saya pikir pak Bupati main gila (red: bercanda), lalu saya bilang, masa pak Bupati bicara seperti itu, dia bilang, “oh iya, supaya kita buktikan, siapa yang paling kuat, jangan hanya mulut besar. Kata yang sama diulangi lagi, akhirnya saya malah ketawa, bagi saya, tidak etis juga untuk saya meladeni pak Bupati dengan pembicaraan-pembicaraan yang bagi saya tidak penting karena menurut saya, tidak sepantasnya seorang Bupati itu malah terkesan memprovokasi, mengadu domba, supaya di internal kami, saya selaku anggota malah bentrok dengan pimpinan kami di DPRD,” jelas Soni “Tekan Tahan” sambil menirukan percakapan dirinya dengan Bupati Sikka saat itu.
Lebih lanjut Yosef Nong Soni mengatakan bahwa dirinya menyesali sikap Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo pada saat itu karena saat itu menurut Nong Soni, sidang itu adalah ranahnya lembaga legislatif di daerah itu.
Seharusnya, lanjut Nong Soni, Bupati Sikka memosisikan diri sebagai kepala daerah yang juga merupakan pembina politik di Kabupaten Sikka.
Setelah menanyakan hal itu kepada Bupati Sikka, lanjut Yosef Nong Soni, dirinya keluar dan menyampaikan hal itu kepada anggota dan pimpinan DPRD Sikka bahwa Bupati Sikka meminta Yosep Nong Soni berduel dengan Ketua DPRD Sikka, Donatus David.
“Dengan apa yang saya sampaikan itu, teman-teman juga merasa aneh dan marah kenapa pernyataan itu keluar dari mulut dari seorang Bupati, makanya mereka marah itu dan meminta Bupati untuk klarifikasi, ada apa dengan sikap dia,” ungkapnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa seharusnya pada saat itu Fransiskus Roberto Diogo hadir sebagai Bupati Sikka, bukan memosisikan diri sebagai ketua partai.
“Karena Bupati harus paham bahwa pimpinan DPRD, ketua, wakil ketua , itu representasi (red: wakil) dari lembaga DPRD, pimpinan DPRD tidak mewakili partai atau fraksi, ketiga pimpinan DPRD ini mewakili kami 35 orang secara keluar dan ke dalam,” tandasnya.
Kontributor : Albert Aquinaldo