Kembangkan Jagung Hybrida, Kelompok Tani di Sikka Ini Kelola Lahan 5 Hektar

waktu baca 3 menit

Foto : Pengurus Poktan Sinar Bahagia di Desa Nita Kecamatan Nita Kabupaten Sikka, Kamis (17/2/2022). Foto : Athy Meaq

MAUMERE, FLORESPEDIA.id – Kelompok Tani (Poktan) Sinar Bahagia, di Desa Nita, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, memilih mengembangkan tanaman jagung hybrida dari pada bibit jagung lokal.

Alasannya yakni hasil panen jagung hybrida lebih maksimal dan bobotnya lebih berat. Sehingga harga jagung hybrida di pasaran, jauh lebih baik bila dibandingkan dengan jagung lokal.

Hal itu dikatakan Anton Keytimu kepada media ini, Kamis (17/2/2022), terkait komitmen Poktan Sinar Bahagia dalam mengembangkan potensi pertanian.

“Kami memilih kembangkan jagung hybrida dibandingkan jagung lokal. Hasil panen dan kualitas jagungnya lebih baik,” kata Anton Keytimu.

Poktan Sinar Bahagia yang beralamat di RT 01. RW 01, Desa Nita Kloang, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, beranggotakan 15 orang dan mengelola lahan seluas 5 hektar.

Selaku salah satu pengurus Kelompok Tani Sinar Bahagia, Keytimu menjelaskan langkah itu untuk mendukung program pemerintah Provinsi NTT yakni program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).

Keytimu mengatakan bahwa tanaman jagung seluas 5 hektar itu, tidak dalam satu hamparan. Tetapi terbagi di beberapa lokasi berbeda yang dikelola oleh anggota kelompok.

Menurut Keytimu, kelompok tani mereka belum memiliki ternak. Kendati demikian kelompok tetap berusaha untuk mengakses anggaran dari berbagai pihak termasuk dari pemerintah.

“Kami sementara mencari peluang untuk mengakses anggaran dari berbagai pihak termasuk pemerintah,” ujarnya.

Lebih jauh Keytimu menjelaskan bahwa tujuan kelompok memilih tanam jagung adalah, selain untuk makan, juga bisa dijual serta daunnya menjadi pakan ternak.

Kelompok Sinar Bahagia, selain tanam jagung hybrida juga menanam tanaman hortikultura seperti, tomat, cabe kriting, cabe rawit dan buncis tegak.

Yonis Siga (40) salah satu anggota kelompok Sinar Bahagia mengatakan dirinya memilih tanam hortikultura berupa tomat dan buncis karena tanaman ini sangat menjanjikan.

“Saya pilih horti, karena tanaman padi dan jagung selalu kena hama. Kami tidak ada uang untuk beli obat sehingga saya memilih tanam tomat dan buncis,” kata Yonis.

Menurut Yonis, tanaman hortikultura perawatannya lebih mudah dan juga usia panen lebih cepat. Selain itu gampang dijual dan lebih cepat menghasilkan uang.

“Kalau buncis tegak itu umurnya hanya 45 hari sudah bisa panen. Setiap dua hari panen. Kalau tomat dan cabe tiga bulan baru bisa panen,” kata Yonis.

Yonis mengakui bahwa selama ini, ia bekerja secara manual dan sendiri-sendiri. Tetapi karena semakin sulit untuk mendapatkan bantuan pemerintah sehingga bergabung dalam sebuah kelompok tani.

“Dulu saya kerja sendiri. Tetapi karena harus gabung dalam kelompok baru bisa dapat bantuan pupuk dan bibit akhirnya saya gabung di Poktan,” ujarnya.

Setelah bergabung di salah satu Gapoktan sudah semakin mudah untuk mengakses pupuk dan bibit dari pemerintah. Selain itu kemudahan lain adalah bisa bekerja secara gotong royong.

“Setiap hari kami di kelompok kerja gotong royong selama 2 jam. Jadi jauh lebih mudah, mulai dari olah lahan sampai bersihkan rumput,” kata Yonis.

Melalui pengembangan tanaman hortikultura secara berkelompok, bisa membiayai ekonomi keluarga, biaya anak sekolah dan bisa bangun rumah.

Yonis berharap, agar pemerintah lebih fokus dalam membantu sarana dan prasarana penunjang bagi seluruh kelompok tani, untuk memajukan sektor pertanian.

Yonis bersama Pengurus Kelompok Tani Sinar Bahagia berharap agar pemerintah lebih fokus dalam hal membantu sarana dan prasarana untuk menunjang kelompok tani untuk memajukan sektor pertanian.

” Kami berharap pemerintah lebih fokus membantu sarana prasarana seperti, pupuk, bibit, plastik mulsa dan sarana pengolahan lahan seperti hand traktor untuk memajukan sektor pertanian.

Kontributor : Athy Meaq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *