Komunitas Transpuan di Lembata Kian Eksis, Mereka Butuh Pengakuan

waktu baca 2 menit
Nefri Eken, salah satu Transpuan di Lembata usai diwawancara wartawan di Cafe Melisa. (T. Aloysius Bestol)

LEMBATA-Kelompok Transpuan di Lembata yang tergabung di dalam Komunitas Pewalet (Perhimpunan Waria Lembata) banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, sehingga kelompok Transpuan sangat dekat dan akrab di Lembata.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Pewalet Nefri Eken saat berbincang-bincang dengan para jurnalis di Cafe Melisa, Lewoleba belum lama ini.

Menurut Mane, sapaan akrab Nefri Eken, pihaknya juga baru saja menjalin kerja sama dengan lembaga bantuan hukum (LBH) Surya dalam hal advokasi dan bantuan hukum.

Lebih jauh, dia menandaskan, para Transpuan di Lembata hanya butuh kesetaraan hak di tengah masyarakat.

“Kita hanya butuh pengakuan dari masyarakat, komunitas kita ada. Kami bukan abnormal. Kami punya aktivitas pelayan publik dan kegiatan sosial lainnya,” kata Mane yang juga salah satu relawan komunitas Taman Daun Lembata.

Sejumlah kegiatan sosial yang sering dilakukan di antaranya seperti sosialisasi HIV dan Aids, Bahaya Narkoba dan kesetaraan gender.

Mereka bersosialisasi dengan masyarakat supaya tidak ada pandangan miring atau negatif tentang komunitas Transpuan di Lembata (Pewalet).

Di Lembata, Mane menambahkan, hampir 80 persen masyarakat menerima kelompok Transpuan dan tidak diskriminatif. Kelompok ini juga sering dilibatkan dalam urusan-urusan pemerintahan.

“Di luar NTT teman teman masih dapat stigma. Kita berjuang bahwa ada pengakuan bahwa kita ada, dan bisa hidup nyaman,” kata transpuan yang pernah menyabet gelar duta Intelegensia Narkotika HIV dan Aids terbaik tingkat NTT ini.

“Transpuan punya kemampuan yang baik. Ketika orang tidak dekat dengan kita maka orang tidak akan pahami kita,” pesannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *