SMKS St.Thomas Maumere Gelar Seminar Sehari Moralitas Adat dalam Pergaulan Remaja

waktu baca 9 menit

MAUMERE-Lembaga pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) St.Thomas Maumere pada Rabu (12/1) pagi menggelar kegiatan Seminar Sehari yang bertemakan “Memelihara Moralitas Adat Dalam Pergaulan Remaja”. Seminar sehari yang berlangsung di Aula SMKS St.Thomas ini diikuti oleh kurang lebih 150 siswa SMKS.St.Thomas. Seminar Sehari ini dibuka oleh Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo.

Kepala Sekolah SMK.St.Thomas Maumere Agustinus Ino Lameng dalam sambutannya mengatakan, manajemen sekolah menyampaikan terima kasih atas kehadiran Bupati Sikka di SMKS. St.Thomas untuk membuka kegiatan seminar sehari.

Agustino Ino Lameng mengatakan, dengan terjadinya COVID-19 pada 3 tahun ini, ada kecenderungan moralitas siswa-siswi kita mengalami penurunan (drop). Banyak yang meninggalkan bangku sekolah. Ada yang pamit secara baik-baik, ada pula yang diam-diam.

“Sehingga saya sempat berbicara dengan Pa Vitkor Nekur, ini kenapa terus terjadi? Dari sisi nasehat pihak sekolah terus lakukan. Saya kemudian berpikir mungkin nilai-nilai luhur adat istiadat yang sudah ditanamkan kita punya leluhur sudah mulai pudar. Tugas kita saat ini mengajak, mempelajari dan melestarikan nilai-nilai luhur itu, agar jangan sampai pudar. Jujur kita lihat kondisi sekarang anak-anak kita mentalnya mental cepat, praktis dan sibuknya luar biasa. Jangan sampai lupa sama sekali dengan nilai-nilai luhur sehingga mereka gampang terpengaruh,” ungkapnya.

Lanjut Agustino Ino Lameng, dirinya meyakini kalau siswa-siswi bisa menerapkan nilai-nilai luhur budaya yang diwariskan para leluhur, maka berbagai persoalan bisa kita atasi bersama.

“Untuk itu sekolah membuat seminar sehari, coba kita duduk bersama menggali kembali, mempelajari kembali dan melestarikan lagi nilai-nilai luhur yang kita sudah lupa mungkin supaya tetap ada dalam kehidupan kita,” ungkapnya.

Sementara itu Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo dalam sambutan membuka kegiatan mengatakan, salah satu dampak selama pandemi COVID-19 adalah menurunnya moralitas moral akibat kurangnya interaksi langsung selama masa pandemi.

Jika dilihat dari zaman ke zaman Sikka sudah ada tatanan kehidupan dengan tingkat peradaban yang sudah cukup tua. Secara kebudayaan kita sudah ada jauh sebelum zaman kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit berlanjut ke Kerajaan Sikka dengan 30 kepala kampung yang menguasai berbagai wilayah.

Lanjutnya, saat masuknya penjajah Portugis ada perpaduan antara adat budaya kita dengan gereja yang berjalan sampai sekarang ini.

“Ini yang membuat dasar moral kita sangat kuat. Secara adat istiadat ada, agama ada. Jadi dasarnya sangat kokoh dan kuat. Tinggal bagaimana kita menjalankannya,” ungkap Bupati Robi Idong.

Dirinya mengaku sangat senang ada seminar yang menjelaskan terkait moralitas adat dalam pergaulan remaja.
Baginya adat itu penting. Negara-negara maju seperti Jepang sangat memperhatikan moralitas adat.

Tanpa nilai-nilai adat, kita tidak berarti. Itu adalah satu kekuatan. Kita memang masuk era modernitas, semua informasi sangat terbuka tetapi kita perlu jaga identitas kita sebagai orang Kabupaten Sikka. Nilai-nilai adat perlu kita dorong disamping moralitas agama. Semua tidak bertolak belakang hanya caranya yang berbeda,” ungkapnya.

Dirinya juga menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan seminar sehari moralitas adat yang digagas oleh SMK Santo Thomas.

“Terima kasih sekolah ini responsif. Saya berikan apresiasi, mudah-mudahan kegiatan ini bermakna sehingga menjadi pegangan moralitas kita,” ungkap Bupati Sikka.

Adat Memberi Kita Nasehat yang Mulia

Sementara itu Praktisi Hukum Adat Victor Nekur, S.H dalam paparanya mengatakan, moral merupakan tata cara atau adat-istiadat yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai akhlak, budi perkerti atau susila.

Sedangkan adat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.p

Moral adat merupakan perbuatan kita sebagai masyarakat pelestari adat mengenai hal baik dan hal buruk yang ada dalam masyarakat kita, terutama dalam diri kita masing-masing sebagai generasi Nian Tana.

Dalam adat Nian Tana, ada syair adat Nian Tana (noweng naweng) tentang tumbuh kembang anak, sejak bayi, menuju pra remaja (nibon kibok nain tawa), saat remaja (waibuan dan tibo lamen) bahkan sampai dengan saat untuk menikah secara adat.

Adat memberikan kita nasehat yang begitu mulia untuk diri kita dalam memelihara tutur kata, sikap dan perbuatan dalam komunikasi sosial antara kita baik dengan orang tua kita, kakak adik kita, teman-teman kita, para guru dalam konteks kehidupan sosial kita. Adat mengajarkan kita untuk selalu berpatokan pada hati kita untuk menjaga nilai-nilai adat supaya kita tidak melanggar adat.

Dalam tumbuh kembang remaja, adat telah memberikan kita rambu-rambu untuk selalu menjaga kemurnian tubuh. Penanaman moral adat pada diri kita sebagai manusia berbudaya didahului pada saat kelahiran. Setiap kelahiran anak di Nian Tana selalu berada dalam suasana adat.

Lanjut Victor Nekur, dalam peristiwa LODONG ME (memperkenalkan anak) dengan alam luar rumah biasanya dengan syair adat seperti:
Bahasa adatnya:
Ina ata dulak bua: (Ibu kandung) Ama ata loran ga’e: (Bapak Kandung)

Me a’un: anakku Me a’un: anakku
Gete reta nea reta Sape gete gahar wi’in
Bano depo lalan molo Gawi watin mudeng molo
Depo awu ina bur donen Mudeng awu bar nulu

Nasehat adatnya: Oti Ata Weter Wenet weta:
Lopa gou gawi ata duen Inat ele bur awu leku uwung
Duen bei gogo pegong Amat ele sedon teren leku unen
Lopa bata lewang ata hoat
Hoat bao batu plapar

Untuk kaum remaja, yang harus dipahami dalam syair adat ini adalah:
Bagi remaja pria:
Jaga Wa’in Plamang Liman (jagalah kaki dan peliharalah tangan)
Wa’in Lopa Gawi ata Duen (kaki jangan langkah batas orang)
Liman Lopa Bata ata Hoat (Tangan jangan mengambil milik orang)

“Dalam pergaulan remaja, maka remaja pria harus benar-benar untuk menjaga kakimu untuk tidak melangkah masuk pada halaman rumah remaja putri dalam keadaan apapun. Begitu pula dengan tangan, tanganmu janganlah memegang tubuh remaja putri dalam kondisi apapun. Terkesan kaku dan tidak bersahabat akan tetapi adat memberikan peringatan kepada remaja putra karena dalam Lodong Me sudah terpatri dalam benak orok laki-laki bahwa kalau sampai dengan melanggar norma adat maka orang tua kita (bapak dan mama) akan mendapat cercaan adat dengan bahasa adat: Loning Inan ele bur awu leku uwung dan Aman ele sedon teren leku unen. Maka jagalah diri untuk memelihara kehormatan adat orang tua, keluarga dan lepo woga,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan, harus menjaga dan memelihara angong /ahklak sampai dengan tahap wake lepo sorong woga (berumah tangga) supaya ada kebanggan adat dalam keluarga yang tercermin dalam syair adat:
Gou wua reta likon pitu Ubun guer matan bepa
Lau man ‘lema lepo Wain nora poa inga
Pota ta’a reta liwun walu Repo pekok bela bo
Lau man ‘rawit woga Men nora dara inga
(lambang keperkasaan sikap mental lelaki).

Begitu pula dengan remaja Putri:
Jaga Tebon Plamang Tokon (menjaga kemurnian tubuh)
Dan harus penuh tanggungjawab dalam diri untuk selalu berprinsip:
Ba sak ganu wair, Bunga tawa lepe pita
Gogo sar ganu watu, Wali peli petun unen
(kedalaman hati perempuan dalam menerima lelaki (penuh pertimbangan).

Kebanggaan dalam tubuh dan diri remaja putri adalah:
Mein benun etan teman Kikir blutuk wewe klekot
Epak beler ‘lepa ‘roun Nurak ganu wua wair
Bleruk ganu dimun kleruk Nurak raman ele garan
Meluk ganu lengi petin.

“Nilai-nilai Adat harus dijadikan dasar dalam tata krama pergaulan kita sebagai manusia Nian Tana supaya kita tetap disebut dengan “Ita Tora Adat,” ujarnya.

Orang Sikka Identik dengan 3 Nilai Dasar Hidup

Selaku Penanggap Emanuel Herdiyanto MG, S.H, M.H, mengungkapkan, kegiatan seperti yang dilakukan oleh SMK Santo Tomas adalah kegiatan yang sangat positif. Hal ini dikarenakan, sangat jarang kita menemukan tema atau topik – topik yang berhubungan dengan adat yang diangkat oleh kalangan akademisi atau kelompok intelektual.

Terlebih lagi bahwa krisis pengetahuan adat ini menjadi salah satu hal yang, juga cukup merisaukan kita, terutama bagi orang Sikka. Karena ke depan harapan kita tentang generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan mempertahankan nilai – nilai adat Sikka akan sedikit merisaukan.

“Ini karena generasi kita tumbuh dan berkembang dengan gadget dan media sosial dan pengaruh arus informasi dan teknologi yang luar biasa. Nah saya menaruh respek dan apalagi namanya pujian yang sangat luar biasa bagi pak Viktor Nekur S.H karena menurut saya dengan kemampuan dan adat yang komprehensif yang detail dan bahasa timur,” ungkapnya.

Lanjut Eman Herdiyanto, selaku narasumber, Viktor Nekur mampu menyuguhkan penjelasan tentang apakah identitas adat orang Sikka, orang Maumere sebenarnya dan bagaimana orang Sikka itu lahir, kecil tumbuh besar dan berkembang dengan memegang nilai- nilai yang sebenarnya sudah ada dari diri dan melekat sebagai pegangan hidup yang di ajarkan oleh orang tua kepada anak.

Nah menurut saya, kegiatan – kegiatan seperti ini positif sekali terutama bagi saya generasi muda perlu untuk diperkenalkan secara akademik dengan media – media seperti ini misalnya seminar,” ujarnya.

Dikatakan Eman Herdiyanto, orang Sikka itu identik dengan tiga nilai mendasar tentang identitas diri yang dalam pergaulan sosial kita sering menyebutkan dengan “Tabe Telang”.

“Jadi tidak cukup hanya tabe tapi juga harus telang. Yang kedua topo tete dan yang ketiga plewo plaa. Topo tete, plewo plaa dan tabe telang itu adalah tiga nilai mendasar tentang hidup sosial orang Maumere, selain soal hal – hal yang sudah di jelaskan oleh Pak Viktor dalam seminar ini,” ujar Eman Herdiyanto.

Menurutnya, orang Maumere harus berpegang teguh pada hatinya sehingga etika, kebersamaan , penghormatan, kekeluargaan ,nilai – nilai sosial, kepedulian itu masih tumbuh dan berkembang sebagai prinsip hidup orang Maumere.

“Karena jauh sebelum teori -teori sosial muncul, hal – hal mendasar seperti topo tete, tabe telang dan plewo plaa ini menjadi hal yang sudah menjadi gaya hidup bagi orang Maumere. Sehingga bagi saya nilai – niali yang kuat dan sakral seperti ini baik untuk diperkenalkan dan terus menerus diingatkan kepada generasi muda,” tambah Eman Herdiyanto.

Pantuan media ini, hadir dalam kegiatan seminar sehari, Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo, Kepala Dinas PPO Kabupaten Sikka Y.H.Vandiron Sales, Kepala Sekolah SMK.St.Thomas Maumere Agustinus Ino Lameng, pemateri seminar sehari Victor Nekur, S.H dan Penanggap Emanuel Herdiyanto MG, S.H, M.H, para guru SMKS.St.Thomas dan ratusan siswa peserta seminar sehari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *