Pemkab Lembata Tanda Tangan Nota Kesepahaman Tentang Aksi Perubahan Iklim

waktu baca 3 menit
Keterangan foto: Acara penandatanganan yang dilakukan di Ruang Rapat Bupati Lembata, Selasa (7/10).

LEMBATA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata, perwakilan komunitas, organisasi internasional dan organisasi lokal Lembata menandatangani nota kesepahaman program memperkuat suara untuk Aksi Perubahan Iklim yang berkeadilan.

Acara penandatanganan dilakukan di Ruang Rapat Bupati Lembata, Selasa (7/10).

Pemerintah Kabupaten Lembata juga setuju bekerja sama dengan Koalisi Adaptasi yang diwakili oleh LSM Barakat dan Koalisi Pangan BAIK yang diwakili oleh Yaspensel dalam program memperkuat suara untuk aksi perubahan iklim yang berkeadilan.

Program ini bertujuan merespon berbagai fenomena kerusakan lingkungan.

Bupati Lembata Thomas Ola Langoday mengajak semua pihak untuk mengembangkan sikap dan perilaku Sare Dame.

Sikap dan tindakan untuk hidup selaras dan berdamai ini antara lain tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan Tuhan, leluhur dan juga alam. 

Pernyataan ini disampaikan Thomas Ola dalam sambutan peresmian Program Amplifying Voice for Just Climate Action yang akan dilaksanakan Yaspensel Keuskupan Larantuka dan Yayasan Barakat di Kabupaten Lembata.

“Sare dame itu spirit untuk menjaga hidup selaras dengan semua unsur di sekitar kita. Jadi kita harus Sare Dame (baik-damai) dengan Tuhan, Sare Dame dengan sesama manusia, dengan alam dan juga dengan leluhur,” ungkapnya.

Kepada Yaspensel dan Barakat, Thomas Ola mendukung pelaksanaan program tersebut dengan menekankan spirit kerja kolaboratif dengan pemerintah daerah dan membangun keselarasan dengan alam Lembata.

“Lembata punya sorgum, jagung dan kambing. Namun kita tak menjual itu. Kita menjual branding.  Bahwa yang baik, yang sehat itu datang dari Lembata. Healthy from the east,” tandas Thomas Ola.

Program dengan fokus memperkuat Suara tentang Aksi Iklim yang berkeadilan ini akan dilaksanakan Yaspensel dan Barakat di Kabupaten Lembata selama kurang lebih 4 tahun hingga tahun 2025.

Dalam aktivitasnya, Yaspensel tergabung dalam Koalisi Pangan BAIK bersama sejumlah lembaga seperti Yayasan Kehati, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), AYO Indonesia dan Ayu Tani. Sedangkan Yayasan Barakat tergabung dalam Koalisi Adaptasi bersama sejumlah lembaga lain yang dipimpin oleh Penabulu Foundation.

Kedua koalisi menjalankan program dengan dukungan dana dari Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (HIVOS) Indonesia.

Direktur Yaspensel, Romo Benyamin Daud dalam sambutan mewakili kedua koalisi menyampaikan, Lembata adalah kabupaten serealia. 

Kekayaan tanaman sumber pangan ini, menurut Romo Benya menjadi penopang keberagaman yang mendukung konsumsi dan pangan rumah tangga masyarakat.

Dampak perubahan iklim perlu direspon dengan langkah adaptif termasuk mengembalikan kelestarian tanaman sumber pangan yang diyakini punya ketangguhan menghadapi perubahan iklim.

“Kami dua lembaga ini, Yaspensel dan Barakat dengan niat tulus datang untuk bersama pemerintah bangun masyarakat. Pai Taan tou (mari kita bersatu) Kita bangun Lewotana ini. Kita dikenal sebagai pulau serealia. Kita juga punya laut yang kaya. Namun kita mengalami perubahan. Oleh karena itu, kita perlu berkolaborasi untuk pulihkan ini,” terang Romo Benya.

Yayasan Barakat dari Koalisi Adaptasi akan memperkuat kapasitas masyarakat pada lima wilayah desa yang pernah mereka damping yakni Desa Tapobaran, Desa Dikesare di Kecamatan Lebatukan.

Sedangkan di Kecamatan Ile Ape ada Desa Kolontobo dan di Ile Ape Timur ada Desa Lamawolo dan Desa Lamatokan. 

Yaspensel yang selama 7 tahun terakhir fokus dalam urusan pengembangan pangan lokal, akan mengimplementasikan program di Desa Tapobali Kecamatan Wulandoni dan Kelurahan Lewoleba Selatan Kecamatan Nubatukan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *