Tak Ada Jaringan Internet dan Listrik, Siswa SDN Sukun Tempuh Perjalanan Laut 5 Jam Demi Ikut Simulasi ANBK di Maumere

waktu baca 3 menit
Keterangan foto: Para siswa SDN Sukun menumpang kapal motor sewaan menuju Kota Maumere untuk mengikuti Simulasi ANBK.

MAUMERE – Puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sukun, Desa Semparong, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, terpaksa mengikuti Simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) dengan menyewa fasilitas internet di sekolah lain yang berada di luar Pulau Sukun. 

Dengan didampingi oleh para guru, siswa ini terpaksa menempuh perjalanan laut 5 jam menggunakan perahu motor sewaan menuju Kota Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka.

Sekolah mereka, SDN Sukun, sampai hari ini belum memiliki akses jaringan listrik maupun internet. 

Guru SDN Sukun, Jumaldin yang ditemui media ini di halaman SMK Negeri 1 Maumere, Kamis (4/11) siang, mengatakan, sebanyak 27 siswa kelas V SDN Sukun mendatangi SMK Negeri 1 Maumere untuk mengikuti simulasi ANBK dengan menggunakan fasilitas laptop dan jaringan internet sewaan. 

Untuk mengikuti Simulasi ANBK yang akan berlangsung dari Kamis (4/11) sampai dengan Jumat (5/11), puluhan siswa dan guru pendamping sehari sebelumnya sudah berangkat dari Desa Semparong ke Kota Maumere dengan perahu motor sewaan dari pihak sekolah. 

“Kami sekolah di wilayah kepulauan. Memang mengkatarikan kami saat membawa anak-anak dengan kapal motor ke Maumere. Namun karena keadaan kami yang serba terbatas, dimana belum memiliki jaringan internet dan listrik, sehingga kami terpaksa harus datang ke Maumere, dengan menumpang di STM untuk mengikuti Simulasi ANBK,” ungkap Jumaldin. 

Lanjutnya, siswa yang mengikuti Simulasi ANBK ini adalah siswa kelas V sejumlah 27 siswa dari yang dijadwalkan 30 siswa dan cadangan 5 orang, namun  karena kondisinya kurang sehat sehingga yang hadir mengikuti ujian 27 orang. 

Jumaldin mengatakan, perjalanan dari Pulau Sukun ke Kota Maumere dengan kapal motor kayu sewaan dengan dana yang dikeluarkan sebesar Rp.2 juta untuk pulang dan pergi.

“Dalam perjalanan sedikit menegangkan, karena ada gelombang. Apalagi yang kami bawa ini anak-anak yang usianya rata-rata 10 sampai 11 tahun.  Ini yang membuat kami guru pendamping takut, tapi mau tidak mau, kami harus lakukan. Meskipun dalam kondisi keterbatasan,” ungkap Jumaldin. 

Ia mengaku, pihak sekolah mengeluarkan dana cukup besar untuk biaya sewa kapal, biaya penggunaan laboratorium komputer, tranportasi dari tempat tinggal siswa di Kelurahan Kota Uneng ke sekolah di SMK Negeri 1 Maumere. 

“Kami pihak sekolah keluarkan biaya sekitar Rp.7 juta. Untuk penginapan kami dan anak-anak kebetulan di rumah keluarga di Kilo 2, Kelurahan Kota Uneng,” ungkap Jumaldin.  

Marsa, siswi Kelas V SDN Sukun menuturkan, dirinya baru pertama kali mengerjakan soal ujian dengan laptop sehingga mengalami kesulitan untuk mengenali tombol-tombol di laptop. 

Kendati demikian, Marsa mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal ujian dalam Simulasi ANBK tersebut. 

Pantauan media ini, simulasi ANBK berlangsung selama 2 sesi. Usai mengikuti simulasi, para guru dan siswa makan bersama di salah satu ruangan kosong sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *