News

Program Sahabat Sehat Jadi Strategi Penurunan dan Pencegahan Stunting di Kabupaten Sikka

waktu baca 3 menit
Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus

MAUMERE-Pemerintah kabupaten Sikka melalui rapat koordinasi Percepatan dan penanganan Stunting bersama para camat, dan Kepala Puskesmas se Kabupaten Sikka, menyepakati strategi yang dianggap cepat untuk penurunan dan pencegahan Stunting hingga 10 persen pada tahun 2022 mendatang dengan program Sahabat Sehat.
  
“Strategi program Sahabat Sehat ini sebagai upaya tindak lanjut dari penegasan Gubernur NTT di depan Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo saat di Labuan Bajo, bahwa NTT harus tren Stunting dari tahun 2021 ke 2022 itu 10 persen. Sehingga karena turunnya 10 persen jadi harus menemukan strategi yang tepat untuk percepatan penurunan Stunting, ” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus kepada media ini Jumat (29/10) .

Kesepakatan upaya penurunan angka stunting hingga 10 persen pada tahun 2022 ditandai dengan launching Program Sahabat Sehat oleh Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo yang berlangsung di Gedung Sikka Convention Center, Maumere.

Petrus Herlemus mengatakan  dari Program sahabat Sehat, mengakumulasi semua untuk bisa menjawab permasalahan dari tingkat kepala keluarga. Dengan strategi mengoptimalkan  para nakes dari Puskesmas. 
 
 “Manfaat dari sahabat Sehat bahwa tenaga kesehatan menjadi sahabat keluarga sehingga menggali permasalahan dari dekat di keluarga sehingga memunculkan setiap masalah didiskusikan dari tingkat dusun, ” ujarnya.

 Lanjutnya, konteksnya adalah  percepatan. Sehingga percepatan dengan inovasi yang sudah dilakukan dengan metode Colombia dengan pemberian makanan tambahan (PMT) berupa telur dan daging ayam kampung selama 180 hari kepada setiap anak stunting.

Petrus Herlemus  menyebutkan bahwa hingga bulan Oktober 2021, angka Stunting menurun sebesar 18,2 % atau sebanyak 3.497 balita dari 21.658 balita di Kabupaten Sikka.

“Dengan adanya program Sahabat Sehat, target kita harus mampu menurunkan angka stunting dari 18,2 persen menjadi 8,2 persen di tahun 2022 ,” kata Petrus Herlemus. 

Mengenai anggaran, sebut Herlemus, seluruh dana stunting akan ditangani secara bersama melalui sumber dana APBD dan Dana Desa

 “Sumber anggaran dari Dana Desa wajib dialokasikan. Dari BPMD menyatakan ada kewajiban desa mengalokasikan anggaran Stunting. Tetapi jika kalau dalam satu desa hanya 10 anak stunting, masa tidak bisa diakomodir melalui dana desa,” ujarnya.

 Petrus Herlemus mengakui program Sahabat Sehat sudah berjalan di beberapa desa dan hasilnya cukup signifikan. Maka sahabat Sehat menjadi gerakan bersama.

Menurutnya, Sahabat Sehat bukan berfokus pada Stunting saja tetapi AKi dan AKB dan masalah kesehatan lainnya melalui pendekatan Sahabat Sehat.

“Sahabat sehat ini sudah di uji coba dan berhasil di beberapa desa di wilayah Kabupaten Sikka.. Sahabat Sehat bukan segalanya, tetapi mereka berada ditengah-tengah keluarga semua masalah bisa teratasi dan mencari solusi yang terbaik ,” pungkasnya.
Kontributor Athy Meaq

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Exit mobile version