19 Pelajar SMP Ikuti Lomba Menulis Cerpen yang Digelar TRUK, Ini 5 Pemenangnya

waktu baca 4 menit
Keterangan foto: penyerahan hadiah kepada pelajar yang menjuarai Lomba Menulis Cerpen yang digelar TRUK, Kamis (28/10).

MAUMERE- Tim Relawan Untuk Kemanusiaan (TRUK) menggelar lomba penulisan cerpen tingkat SMP se Kabupaten Sikka.

Lomba penulisan cerpen ini di ikuti 19 peserta dari 6 sekolah. Lomba cerpen ini bertemakan “Dampak COVID-19 Terhadap Dinamika Pendidikan di Lingkungan Sekolah”.

Pegumuman juara lomba cerpen dan penyerahan hadiah berlangsung pada Kamis (28/10) pagi bertempat di Aula Teresia Avila Maumere.

Koordinator TRUK Maumere, Suster Eusthocia menyampaikan ucapan syukur pada Tuhan untuk kehadiran persis pada 28 Oktober 2021. Dimana hari bersejarah Pemuda Indonesia pada 93 tahun yang lalu mendeklarasikan Sumpah Pemuda.

“Hari ini kita bersama hadir di sini persis pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021. Hari di mana 93 tahun lalu, pemuda Indonesia mendeklarasikan/pernyataan “Kami Putra-Puteri Indonesia Mengaku Bertana Air Satu, Berbangsa Satu, berbahasa Satu yakni Indonesia” Itulah Sumpah Pemuda bangsa Indonesia.
Sumpah itu yang sekarang harus kita lanjutkan dan terus jaga dengan seluruh kekuatan kita khususnya bagi generasi muda sekarang, khususnya bagi anak-anak sekolah,” ungkap Suster Eusthocia.

Suster Eusthocia pada kesempatan itu mengharapakan kepada generasi muda untuk tetap menjaga dan melestarikan nilai sumpah pemuda dengan meningkatkan pengetahuan agar bersaing dengan negara lain.

Menurut Suster Eusthocia menulis cerpen, mengasah kemampuan kita untuk bisa terus cakap dalam menyusun, suatu kemampuan berkisah, sederhana, lebih ilmiah dan menjadi seorang pemikir yang mampu menggunakan bahasa yang baik, benar dan tepat, dan akan berkembang menjadi penulis, peneliti, perumus yang di andalkan.

Perlombaan cerpen ini menghadirkan 3 dewan juri Marselus Soge Lamatapo penulis cerpen, Kartika Solapung dari Komunitas Kahe dan Maria Modesta Misi Mone dari Dosen Unipa Indonesia.

Ketua Dewan Juri Marselus Soge Lamatapo mengatakan, dari panitia penyelenggara menyodorkan penilaian berdasarkan lima aspek.

“Pertama, kesesuaian judul isi tulisan dan tema, itu berkaitan dengan judul yang mereka pilih apakah judul cerpen atau memang judul opini, kemudian sesuai dengan tema yang di tawarkan panitia atau tidak.

Selanjutnya kedua itu kaidah, gaya bahasa atau pemilihan kata – kata.
ketiga, aspek kejelasan dan keruntunan alur cerita. Apakah keruntutan alur cerita inikan memang cerpen atau tidak.

“Dia membutuhkan beberapa alur tapi kita hanya melihat di situ apakah penggunaan alur itu sudah menunjukan mereka ini sudah penulis cerpen atau bukan kategori penulis cerpen. Sehingga penggunaan paragraf, kalimat- kalimat yang di butuhkan untuk kelanjutan cerita atau tidak. Itu yang mau kita nilai kategori kejelasan alur cerita,” kata Marselus Soge Lamatapo.

Lalu keempat, pesan moral atau nilai yang mau di sampaikan dari cerpen itu serta kelima yakni aspek kekelayakan tulisan dan publikasi.

“Jadi lima item yang panitia tawarkan kepada tim juri untuk memakai, menilai karya mereka,” ujarnya.

Lanjutnya, dari 19 tulisan oleh 19 peserta yang berasal dari 6 sekolah perwakilan, pihaknya menentukan 5 pemenang yakni:
Juara I : Maria Melania P. Rajalewa; SMPN I MAumere “Jangan rebut impianku” skor nilai 1.250
Juara II : Jessicha Cheryl hartono; SMPK Frater “Belajar Bersama Alam” Skor nilai 1.230
Juara III ; Benediktus Pascalino N. Reku; Seminari BSB “Pak Yosep” Skor Nilai 1.200
Juara IV : Shaloom Hyosyanna Nau; SMPN I Maumere “ Asyiknya Bersekolah Lagi” skor nilai 1.141
Juara V ; Hildegardis Gracelina : SMPK VIVI “Hp” skor nilai 1.118.

Dikatakan Marselus Soge Lamatapo, perlombaan cerpen tingkat SMP jarang digelar. Dirinya kagum dengan panitia yang memikirkan untuk melaksanakan lomba ini.

“Saya pertama kagum ya karena panitia bisa memikirkan ini. Jadi jarang sekali orang buat perlombaan untuk SD dan juga SMP. Karena itu kita sangat senang dan kami sangat mengharapkan supaya tingkat perlombaan atau dorongan dari guru- guru itu ke tingkat SMP dan SD itu harus terus banyak dibuat. Karena mereka ini generasi penerus, ” ujarnya.

Ia menghimbau kepada peserta perlombaan untuk terus menulis dan jangan lihat ajang perlombaan baru menulis tapi mesti menulis sebagai suatu bakat dan minat yang terus untuk menyuarakan kegelisahan.

Mewakili peserta lomba, Maria Melania P. Rajalewa mengucapkan terima kasih kepada Suster Eustochia dan panitia yang sudah menyelenggarakan perlombaan.

Ia mengajak teman-teman yang tidak mendapat juara untuk tidak putus asa karena masih ada hari esok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *