Persoalan Air Bersih di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka

waktu baca 3 menit

Oleh : Yohanes D.B.R Minggo, S.Pi, M.Si

Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya mencapai 1,49%. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, jumlah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi juga akan semakin besar.

Salah satu kebutuhan hidup yang utama yaitu kebutuhan akan ketersediaannya layanan air bersih.

Air bersih sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia karena mempunyai fungsi yang sangat vital. Sebagai kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, air bersih harus selalu tersedia untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Pada saat musim kemarau, selalu muncul masalah krisis air di salah satu wilayah Indonesia yaitu wilayah pesisir Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka.

Krisis air ini sering dianggap bukan permasalahan yang krusial, padahal permasalahan krisis air ini memiliki potensi konflik yang luar biasa.

Dampak Krisis air yang terjadi di wilayah pesisir Kecamatan Palue menyebabkan terganggunya stabilitas kehidupan masyarakat baik dari sesi ekonomi, kesehatan maupun sosial masyarakat di wilayah tersebut.

Tindakan pengendalian untuk mengatasi masalah krisis air dari tahun ke tahun juga masih dilakukan dengan pendekatan dengan gaya instan. Ketika krisis air terjadi, maka penyelesaiannya hanya dengan distribusi air bersih melalui bantuan dari Pemerintah.

Gaya pendekatan seperti ini sebenarnya tidak menyentuh pada akar permasalahan secara menyeluruh. Sebaliknya masalah yang dihadapi akan muncul secara berulang-ulang dan dalam intensitas yang semakin meningkat sehingga berdampak pada kerugian bagi masyarakat maupun daerah.

Perlu dipahami bahwa air bersih adalah air yang dipakai sehari-hari untuk keperluan mencuci, mandi, memasak, dan dapat diminum setelah dimasak. Pertanyaan sederhananya adalah mampukah pemerintah memberikan bantuan air bersih bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan yang instan?

Jika tidak mampu maka perlu pendekatan baru untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Secara umum ada 2 pendekatan yang bisa dilakukan pemerintah yaitu pendekatan berbasis masyarakat dan pendekatan berbasis lembaga.

Pendekatan berbasis masyarakat mendorong masyarakat berperan aktif sebagai pelaku utama penyediaan akses air bersih dari hulu hingga ke hilir, dari mulai pengambilan air baku hingga distribusinya ke rumah tangga.

Pendekatan ini utamanya diimplementasikan di kawasan pedesaan yang masih sulit dijangkau oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan berbasis lembaga. Penyediaan akses layanan air bersih melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bidang air minum.

Salah satu pendekatan yang tepat untuk diterapkan di wilayah kepulauan seperti Kecamatan Palue adalah pendekatan berbasis masyarakat dengan konsep ekohidrologi yang bertujuan mencari solusi tidak hanya persoalan teknis, melainkan penyelesaian permasalahan secara luas melalui kebijakan sumber daya air yang berkelanjutan. Salah satu penerapan teknologi dalam konsep ekohidrologi adalah Teknologi Reverse Osmosis (RO).

Penggunaan Teknologi Reverse Osmosis (RO) bertujuan untuk mengolah air laut dan air payau adalah pilihan yang tepat. Untuk itu sangat diharapkan agar pihak Pemerintah Kabupaten Sikka mulai membuat perencanaan strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah Kecamatan Palue dengan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat sehingga persoalan kekurangan air bersih tidak terus terjadi di wilayah tersebut.

Penulis adalah putra asli Palue

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *