Lembata Berduka, Bendera Setengah Tiang Dinaikkan Selama 3 Hari

waktu baca 3 menit

LEWOLEBA – Kabar duka menyelimuti masyarakat Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pasalnya Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dinyatakan meninggal dunia di RS Siloam Kupang, Sabtu (17/7) sore.

Sebelumnya pada Jumat (16/7), anak sulung Bupati Sunur, Elisabeth Amanda mencari donor plasma darah untuk ayahnya.

Pengumuman pencarian donor plasma darah itu disebarkan Elisabet Amanda, anak Sulung Bupati Sunur melalui akun Instagram miliknya, sejak Rabu (14/7) lalu.

Informasi yang dihimpun wartawan dari salah satu petugas di RS Siloam menyebutkan Bupati Lembata telah meninggal dunia dan saat ini masih berada di ruang isolasi.

“Iya benar, Pak Bupati Lembata meninggal dunia dan sekarang masih di ruang isolasi COVID-19,” ujar salah satu petugas RS Siloam Kupang.

Pantauan media, saat ini keluarga dan kerabat mulai mendatangi RS Siloam Kupang untuk menjemput jenazah.

Berbagai ucapan duka pun mengalir di media sosial atas meninggalnya Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur.

Atas meninggalnya orang nomor satu di Kabupaten Lembata itu, Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday meminta masyarakat Lembata mengheningkan cipta dan menaikan bendera setengah tiang sebagai tanda belasungkawa atas meninggalnya Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur.

Menurut Thomas Ola, hal itu merupakan sebuah seremoni protokol yang wajib dilakukan terhadap pejabat negara yang meninggal dunia.

“Besok kita bendera setengah tiang selama 3 hari, dan jam 9 pagi semua masyarakat Lembata mengheningkan cipta untuk istirahat kekal Bupati Lembata,” ungkap Thomas Ola dalam rapat Forkopimda di Rujab Wakil Bupati Lembata, Sabtu (17/7) malam.

Wabup Thomas Ola menyebut, besok, Minggu (18/7) pagi, jenazah almarhum Bupati Yentji Sunur diterbangkan dari Bandara El Tari Kupang menuju Bandara Wunopito Lewoleba.

Ia juga menerangkan, ketika jenazah tiba di Lembata akan ditangani secara protokol kesehatan.

Masyarakat pun diminta untuk tidak harus terlibat langsung sewaktu penjemputan hingga penguburan.

“Besok jenazah tiba di bandara langsung ke lokasi pemakaman, tidak lagi singgah atau disemayamkan di rumah duka almarhum. Ini demi mengurai kerumunan massa dan bagian dari penerapan PPKM,” tambah Thomas Ola.

“Besok masyarakat umum tidak diperbolehkan untuk berada di dalam kawasan bandara dan ketika jenazah berada di lokasi pemakaman,” tandas Thomas Ola.

Sementara itu Kapolres Lembata, AKBP Yoce Marten bersiap untuk menerjunkan personel pada saat pengamanan jenazah.

“Besok kita tetap jaga dan kawal mulai dari saat jenazah tiba hingga selesai pemakaman. Semuanya kita pastikan sesuai prosedur,” ujar Yoce Marten.

Informasi yang dihimpun media, Minggu (18/7) pagi pukul 07.30 Wita jenazah diterbangkan dari Kupang ke Lewoleba menggunakan pesawat.

Jenazah almarhum Bupati Lembata dua periode ini bakal dikuburkan di Kuma Resort, kediaman pribadi miliknya.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Siloam Kupang Hans Lie, saat dihubungi wartawan, melalui sambungan telepon, Sabtu (17/7) malam mengatakan Bupati Sunur meninggal dunia akibat komplikasi sejumlah penyakit.

Namun, Hans enggan menjelaskan secara detail, jenis penyakit yang diderita oleh Bupati Yentji Sunur. Ia juga tak menanggapi soal dugaan COVID-19.

“Kalau untuk detail penyakitnya, nanti bisa dengan keluarga almarhum,” kata Hans.

Menurut Hans, Yentji Sunur meninggal setelah menjalani perawatan medis di ruang isolasi rumah sakit selama dua hari dan meninggal pada Sabtu sore.

“Untuk penyebab meninggalnya karena komplikasi,” ujar Hans.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *