Wabup Flotim Perintah Para Kades Buat Perdes Pengurangan Biaya Pesta

waktu baca 3 menit

LARANTUKA – Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli menginstruksikan para kepala desa untuk membuat Perdes pengurangan beban biaya pesta adat.

Hal itu disampaikan Wabup Agus Boli di hadapan pemerintah Kecamatan Solor Timur dan Solor Barat termasuk para kades usai peresmian kantor Koperasi Ankara di Desa Balaweling 1 Kecamatan Solor Barat, Selasa (15/6).

Menurutnya, kehadiran koperasi Ankara hendak mengajak masyarakat terlibat dalam pemberdayaan ekonomi melalui usaha simpan-pinjam.

Melalui koperasi masyarakat di ajarkan bagaimana membudayakan menabung dan setelah itu bisa meminjam untuk usaha-usaha perekonomian.

Akan tetapi baginya, secara defacto menunjukan banyak masyarakat mengajukan pinjaman untuk pesta sambut baru dan pesta-pesta lainnya yang mestinya tidak perlu atau di kurangi beban biaya pestanya.

Lanjutnya, kunci kekuatan ekonomi keluarga adalah menambah pemasukan modal dan menekan pengeluaran modal dengan angka yang besar.

“Misalkan pesta sambut baru, dari pada selenggarakan sendiri-sendiri satu anak bisa habiskan lima sampai sepuluh juta hanya untuk makan mending buat kesepakatan pesta bersama di gereja hanya butuh satu dua ekor hewan bisa cukup untuk lima puluh anak”, sebut Agus Boli mencontohkan.

Demikian adat kematian juga perlu pengurangan beban biayanya tanpa menghilangkan hakikat inti adatnya sendiri.

“Misalkan pada saat penguburan karena yang hadir melayat tidak direncanakan bisa ratusan ribuan orang maka buat kesepakatan untuk tidak makan minum saat itu. Cukup di nebo atau doa malam ketiga baru makan minum bersama”, tambah Agus Boli.

Tidak hanya itu, dia juga meminta agar pemberian bagian adat setelah kematian untuk saudara nenek atau mama (bailake) juga tidak perlu atau dikurangi satu ekor saja sebagai simbol penghormatan budaya karena ada kampung yang bisa mengantar hewan sampai puluhan ekor dan bisa menimbulkan utang bertahun-tahun.

Akibatnya masyarakat kalah di bidang kehidupan lain. Mestinya pihak saudara keluarga (bine-bine) cukup bersepakat bersama apa yang bisa mereka bantu bagi keluarga pihak saudara laki-lakinya meninggal.

“Ini perlu saya gambarkan karena pengeluaran di sisi kehidupan ini sangat besar dan menyumbang kemunduran ekonomi kita. Kita bisa belajar di wilayah-wilayah yang sudah melaksanakan ini seperti di paroki asal saya yakni Paroki Ritawolo Kecamatan Adonara Barat di mulai dari kesepakatan pengurus gereja dan kemudian di Perdeskan agar mengikat”, klaim Agus Boli.

Di tempat lahir saya sendiri Wai Helan Desa Bukit Seburi 2 sudah lama kami jalani ini tanpa menghilangkan hakikat inti adat budaya dan masyarakat sangat terbantu. Kami menang di sektor pendidikan karena pengeluaran beban adat berkurang. Kampung saya Wai Helan hanya memiliki 65 Kepala Keluarga tetapi menghasilkan sarjana ratusan orang. Satu KK bisa memiliki sarjana lebih dari satu walau semua KK profesi petani kecil. Banyak pihak mengatakan ini budaya sudah lama, iya benar tapi kita bisa lakukan penyesuaian karena populasi penduduk sekarang berbanding terbalik dengan kekuatan ekonomi karena itu wajib penyesuaian dan perkuat ekonomi keluarga”, pesannya kepada para kepala desa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *