Peringatan Epidemi Global, Semua Sektor di Lembata Pacu Kinerja Eliminasi TB
Deklarasi lintas sektor sebagai bentuk kerja sama mengeliminasi TBC di Kabupaten Lembata. Foto : B. Aloysius
LEMBATA, FLORESPEDIA.id – Hari Tuberkulosis Sedunia diperingati pada 24 Maret setiap tahunnya. Hari ini dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan epidemi global Tuberkulosis (TB).
Hari TB Sedunia juga diperingati sebagai salah satu upaya mengeliminasi penyakit yang menyerang paru-paru tersebut. Dan tahun ini, di Kabupaten Lembata, peringatan hari TB Sedunia itu mengambil tema ‘Investasi untuk Eliminasi TBC Selamatkan Lembata’.
Menurut Ketua Badan Peduli Kesehatan Masyarakat (BPKM) Kecamatan Ile Ape, Gabriel Kapitan Ladoangin, semua orang harus memberikan upayanya demi mengeliminasi TBC.
Setiap orang dianjurkan menginvestasikan sumber daya demi meningkatkan perjuangan mengakhiri TBC.
“Apalagi kali ini temanya adalah mengajak semua elemen tanpa terkecuali untuk memutus atau mengeliminasi TBC di Lembata,” ungkap Gabriel Kapitan ketika dihubungi media, Kamis (24/3).
Bagi dia, penanggulangan sebuah penyakit, membutuhkan kolaborasi pemerintah dan dukungan masyarakat, sebab hal itu menjadi kunci utama untuk menyelesaikan berbagai penyakit menular termasuk Tuberkulosis.
“Upaya pencegahan, preventif, dan promotif untuk mengatasi TBC ini betul-betul harus lintas sektor, termasuk dari sisi infrastruktur,” ujarnya.
“Belum lagi saat ini kita berada dalam Pandemi COVID-19, ini butuh kerja serius semua unsur,” sambung mantan Kepala Desa Laranwutun ini.
Sementara itu Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata Donatus Dudeng mengatakan, untuk wilayah Lembata, kasus orang menderita TBC masih sangat tinggi.
Hal itu kata dia, terbukti dari data tiga tahun yang lalu ada sebanyak 374 kasus aktif.
“Kalau mau hitung, angka TB di Lembata masih sangat tinggi,” kata Donatus Dudeng kepada wartawan usai kegiatan penyelenggaraan HUT TB Sedunia di Desa Riangbao, Kecamatan Ile Ape, Kamis (24/3).
Menurut dia, tingginya angka penderita TBC di Lembata karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti, cakupan penemuan penderita masih rendah, kesadaran orang memeriksa diri ke unit pelayanan kesehatan yang juga masih minim serta belum optimalnya penggalangan lintas sektor dan advokasi.
“Kita mau masyarakat dalam penemuan dan pengawasan pengobatan TB itu yang kita butuhkan supaya semakin banyak penderita yang bisa kita temukan, dan semakin banyak juga kita obati dan sembuh supaya target eliminasi tercapai,” terangnya.
Pihaknya juga menargetkan di tahun 2023 Kabupaten Lembata akan bebas dari kasus TBC.
Untuk mendukung target eliminasi TBC tersebut, dirinya berharap ada kecepatan dalam upaya penemuan kasus aktif, pengobatan penderita, dan peran sektor dalam menggerakkan seluruh potensi itu.