Belajar Tradisi Lewat Demo Pembuatan Pangan Lokal Lekun dan Pameran Tenun di Festival Jelajah Maumere

Sikka-Festival Jelajah Maumere 2025 menghadirkan tontonan menarik bagi pengunjung dengan demo pembuatan makanan tradisional Lekun dan pameran tenun ikat dari Sanggar Dala Mawar Rani, Desa Waiara, Kecamatan Kewapante.
Acara ini menjadi bagian dari rangkaian festival yang digelar Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sejak 17–20 September di Lapangan Kota Baru Maumere.
Kelompok ibu-ibu Sanggar Dala Mawar Rani menampilkan aneka hasil kebun seperti jagung, kacang hijau, beras merah, beras hitam, ubi kayu, ubi jalar, hingga sayuran.
Salah satu yang paling menyedot perhatian adalah makanan tradisional Lekun. Mereka memperagakan proses pembuatannya, mulai dari menumbuk beras hingga memasukkan adonan ke dalam bambu yang telah diolesi santan, lalu membakarnya di atas bara api hingga matang.
“Beras putih dan merah ditumbuk halus, lalu dicampur dengan air dan kelapa parut. Adonan itu dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar sampai matang. Setelah dingin, bambu dibelah dan Lekun bisa langsung dinikmati,” jelas Rosalia Dae, salah seorang anggota sanggar.
Rosalia Dae menambahkan, Lekun memiliki peran penting dalam berbagai acara adat, termasuk perkawinan tradisional Sikka.
“Dalam upacara tertentu, Lekun wajib dihadirkan sebagai bagian dari tradisi turun-temurun,” ungkapnya.
Selain kuliner, sanggar ini juga menampilkan karya tenun ikat dengan berbagai motif khas, seperti Naga Lalang, Kelang Medeng, Sesa Ian Weor, Bunga Lanan, Kelan Manu, hingga Pedang Puhun. Semua kain menggunakan pewarna alami yang diperoleh dari tanaman di kebun maupun hutan sekitar.

Agustina, salah seorang pengunjung, mengaku senang bisa menyaksikan langsung demo tersebut.
“Saya baru pertama kali melihat cara membuat makanan tradisional Lekun dari awal, mulai mencampur bahan, memasukkan ke bambu, membakarnya, sampai akhirnya disajikan. Rasanya unik dan enak sekali,” katanya.
Festival Jelajah Maumere yang sudah memasuki tahun ketiga ini mengusung tema Wini Ronan(g) atau Lumbung Benih. Selain demo masak, festival juga menampilkan pentas seni, permainan rakyat, lomba hias kendaraan, fashion show, serta pameran UMKM yang diikuti sekitar 80 peserta dari berbagai daerah di Flores, termasuk dari Kota Kupang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka menegaskan, ajang ini bukan hanya hiburan, tetapi juga wadah promosi wisata dan pelestarian tradisi.
“Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya menjaga budaya yang mulai tergerus perkembangan zaman, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago, saat membuka Festival Jelajah Maumere pada Rabu (17/9/2025), mengharapkan agar Festival Jelajah Maumere (FJM) tidak berhenti sebagai kegiatan seremonial semata.
Menurutnya FJM harus memiliki nilai dan keberlanjutan.
Ia mendorong agar FJM bisa menembus Kharisma Event Nusantara (KEN), kalender resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk festival unggulan nasional.
Untuk itu, ia mengingatkan perlunya konsistensi tema dan adanya ikon yang melekat kuat dengan festival ini. Ikon tersebut, lanjutnya, sebaiknya dibahas bersama seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan kebudayaan agar menjadi ciri khas FJM di masa mendatang.