Tingkatkan Pesta Sambut Baru dan Kemiskinan di Kabupaten Sikka

Tulisan ini saya buat berkaitan dengan pesiapan komuni suci pertama di bulan Juni mendatang. Biasanya sebagai orang Katolik Flores, kita akan merayakannya dengan pesta sambut baru yang meriah untuk anak kesayangan. Tapi, beberapa pesta akhirnya masuk dalam pengertian pesta pora.
Pesta pora telah jadi perhatian bersama. Gereja Keuskupan Maumere (KUM) lewat Sinode II melihat pesta pora sebagai masalah bagi kesejahteraan umat. Kebiasaan ini dicatat sebagai satu dari 12 tantangan pastoral yang mesti ditanggapi dalam rencana strategis pastoral 2023-2027.
Komitmen ini patut dipuji sebab Gereja telah berani mengoreksi fenomena pesta di tengah-tengah masyarakat. Bersamaan, pemerintah perlu melihat langkah KUM sebagai peluang strategis sekaligus kolaborasi mengurangi jumlah keluarga miskin di kabupaten Sikka.
Menurut data P3KE (Pensasaran, Percepatan, penghapusan Kemiskinan Ekstrim) 2025 ada 28.446 kk miskin di kabupaten Sikka atau setara 117.018 jiwa. Jumlah penduduk per semester II tahun 2024 ada 346.614 jiwa. Kita memiliki 33,76% penduduk kabupaten Sikka tergolong miskin. Hampir mendekati separuh.
Menurut Bidang PPM BAPERIDA (dulu BAPEDA) kabupaten Sikka, sebelumnya, penentuan kategori keluarga miskin di atas menggunakan beberapa indikator, salah satu indikator adalah pengeluaran per kepala per hari 0,19 USD. Namun saat ini, indikator tersebut dinaikan menjadi 2,15 USD per kepala per hari. Apa artinya? Jika mengikuti kurs dolar USD 1 dolar senilai 15.000 rupiah maka 2,15 setara Rp. 32.250,- per orang per hari atau Rp. 967.500 per bulan per orang.
Jika dalam satu keluarga terdapat 4 anggota keluarga maka pengeluaran per hari adalah Rp. 32.250 dikalikan 4 orang = Rp. 129.000 sehingga pengeluaran sebulan Rp. 3.870.000. Ini belum termasuk pengeluaran lain-lain seperti pulsa data, biaya kesehatan, pendidikan anak, uang arisan bulanan, uang mengikuti undangan pesta, arisan adat belis dan kematian, uang membayar cicilan utang dan lain sebagainya. Sepertinya memang tidak cukup. Uang di atas, jika untuk hidup satu atau dua orang di kota Maumere masih terbilang cukup bahkan jika dikelola dengan bijaksana bisa lebih.
Keluarga miskin
Kita pasti sepakat, tidak ada keluarga yang ingin hidup miskin, serba kekurangan yang mana ngin beli ini, tidak bisa. Ingin beli itu, tidak bisa, karena tidak punya cukup uang. Namun pada kenyataannya, karena berbagai sebab, kemiskinan tidak dapat dihidari. Kemiskinan itu ada, seringkali diterima dan sering juga tidak diakui, menolak miskin padahal hidup susah ada mau setenga mati.
Ya, bagi kita orang Maumere, soal kemiskinan ini, kita masih dapat menghibur diri. Biar dikatakan miskin, biar pada kenyataannya masuk dalam kategori miskin, kita masih bangga mengatakan “biar miskin tapi tidak ada yang hidup di kolong jembatan” atau “biar miskin tapi tidak ada pengemis di pinggir jalan”. Tapi, ketika bantuan pemerintah datang, entah lewat pemerintahan desa atau kelurahan, respon cepat; orang beramai-ramai mengaku miskin dan perlu mendapatkan bantuan. Seringkali juga, keluarga yang mampu mengaku miskin asal dapat bantuan.
Saya coba menyederhanakan istilah miskin. Miskin berarti uang bulanan tidak cukup untuk membiayai hidup sehari-hari alias tekor. Keluarga miskin memiliki beberapa ciri diantaranya; (1) tidak mampu penuhi kebutuhan dasar; (2) tidak punya tabungan keluarga; (3) tidak mampu bayar biaya pendidikan anak; (4) tidak mampu membiayai kesehatan keluarga dengan layak dan (5) tidak memiliki aset yang mampu menghasilkan uang setiap bulannya.
Bilamana terdapat kebutuhan mendesak, akan digunakan solusi instan, seperti menjual tanah warisan, atau membuat pinjaman baru. Akhirnya orang miskin cenderung membiayai hidup dari utang.
Ketika orang miskin memperoleh uang, terpaksa sebagian harus digunakan untuk bayar utang. Pada akhirnya, uang yang dibawa pulang ke rumah berkurang sehingga semakin tidak cukup untuk belanja kebutuhan dasar. Ini mengakibatkan, orang miskin kembali jatuh dalam rantai kemiskinan.

Kemiskinan merupakan kenyataan yang ingin dihindari oleh orang-orang yang sedang mengalaminya, namun di pihak lain, kemiskinan adalah berkah bagi penyedia jasa pinjaman uang seperti renternir, koperasi harian, kopersi kredit dan bank.
Kemiskinan merupakan berkah bagi kelompok ini karena bisnis utamanya dalam menjual utang dapat berjalan maksimal. Orang-orang yang kekurangan uang dengan sendirinya akan meminjam uang. Semakin banyak meminjam, utang yang diberikan, semakin besar keuntungan kelompok.
Inilah alasan mengapa diperlukan kemiskinan untuk mempertahankan kemapanan kelompok tertentu.
Bagi pemerintah, kemiskinan mesti dientaskan lewat berbagai program. Saat ini kita mengenal tiga pendekatan pengentasan kemiskinan yakni (1) bantuan langsung tunai, (2) pemberdayaan ekonomi masyarakat dan (3) pengurangan kantong-kantong kemiskinan melalui penataan kawasan kumuh.
Pengentasan kemiskinan tidak saja melibatkan peran pemerintah namun berbagai lembaga pemberdayaan masyarakat ikut ambil bagian di dalamnya termasuk lembaga Pemberdayana Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Maumere. Akan tetapi, itu semua adalah tindakan dari luar diri orang miskin. Diperlukan juga komitmen pribadi untuk kelaur dari zona kemiskinan. Tanpa kemauan pribadi yang kuat, kita butuh lebih banyak waktu.
Pesta sambut baru
Pesta sambut baru hanyalah satu contoh dari pesta-pesta lainnya. Saya mengangkat pesta sambut baru di sini karena pesta ini merupakan pesta masal. Pada bulan Juni 2025 nanti, Keuskupan Maumere akan mengadakan perayaan sambut baru bagi anak-anak SD kelas 4/5. Biasanya keluarga menanggapi dengan merayakan pesta sambut baru.
Semacam ada anggapan yang telah diwariskan turun-temurun bahwa satu anak satu pesta. Ada yang membuat pesta satu hari, ada pula yang mengadakan pesta dua selama hari.
Pesta dua hari terbagi dalam dua momen. Pertama, pesta untuk menjamu keluarga atau yang sering disebut acara keluarga. Biasanya diadakan paling lambat satu hari sebelum hari sambut baru. Misalnya, sambut baru terjadi pada hari Minggu maka acara keluarga dilakukan pada hari Sabtu, bisa sepanjang hari, bisa pula hanya pada malam hari.
Acara keluarga memiliki kekhasannya tersendiri. Bagi orang yang sudah sering ikut menyukseskan hajatan di acara-acara keluarga seperti menanggung belis, pesta pernikahan, acara adat kematian atau pesta sambut baru maka acara keluarga dimaksudkan untuk mengundang keluarga-keluarga yang telah ia bantu.
Misalkan dulu kita pernah membantu uang senilai 1 juta rupiah di acara keluarga si A, keluarga si B 1 juta dan si C 1 juta. Total 3 juta. Sebagai pengingat, kita akan mencatat pengeluaran ini, demikian pun mereka yang menerima wajib mencatat di pembukuannya karena suatu waktu harus dikembalikan dengan jumlah yang sama, tidak lebih, tidak kurang. Di sini dalam pemberian uang berlaku prinsip arisan. Uang atau pemberian yang diterima tidak gratis tapi akan dikembalikan suatu waktu
Kalau kita melakukan itu terhadap 100 keluarga di masa lalu maka ketika mereka datang di acara keluarga, kita berharap menerima kembali uang 100 juta yang pernah diberikan dahulu. Oleh karena itu, jamuan acara keluarga akan dibuat sebaik mungkin, meninggalkan kesan yang sangat positif. Seringkali, tuan pesta lebih fokus pada acara keluarga karena jumlah uang yang diterima lebih besar dari penerimaan hadiah/amplop di hari Minggu.
Kedua, pesta sambut baru itu sendiri. Pesta terjadi setelah anak menerima komuni suci pertama. Pesta ini merupakan pesta di hari kedua dan merupakan pesta puncak. Para undangan adalah para sahabat, kenalan dan tetangga juga keluarga yang tidak masuk dalam undangan acara keluarga di hari Sabtu. Biasanya, hadiah atau amplop breisi uang yang diterima dipandang sebagai hadiah alias diterima cuma-cuma/gratis, tidak berlaku prinsip arisan sehingga penerima tidak memiliki kewajiban untuk dikembalikan seperti pada acara keluarga.
Anggaran pesta
Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh, saya membagi pesta sambut baru ke dalam dua momen di atas. Pertama acara keluarga dan hari kedua pesta puncak sambut baru. Biaya pengeluaran hanya disebutkan yang umum saja dan minimalis. Pengeluaran akan dikalikan dua karena pestanya dua hari. Pada kenyataanya ada yang mengeluarkan jumlah uang yang lebih besar demi kesuksesan pesta.
Berikut ini biaya yang biasanya akan dikeluarkan dalam mensukseskan pesta sambut baru. Belanja satu ekor babi 7 juta, beras dan bumbu dapur 5 juta. Moke 1 juta. Uang jasa tukang masak 1 juta. Tenda pesta dan dekorasi 3 juta, sound system 3 juta. Jumlah pengeluaran di hari pertama 20 juta. Untuk pengeluaran di hari kedua kita kalikan dua sehingga total pengeluaran pesta dua hari adalah 40 juta.
Perlu diingat, pengeluran pesta di atas dikaitkan dengan penghasilan keluarga miskin. Bagi orang mampu, pengeluaran 40 juta seperti 40 ribu saja, tidak ada artinya. Kita juga tahu, orang-orang kaya bahkan bisa membuat pesta dua tiga hari dengan biaya pesta 10 miliar pun tidak masalah. Karena jumlah uang tersebut bagi mereka hanyalah kertas dengan angka-angka. Tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam kubangan utang dan kemiskinan. Tapi, bagi orang miskin, ceritanya beda.
Keinginan boleh sama, ingin membuat pesta yang sempurna tapi akibatnya berbeda. Bagi orang miskin, apalagi miskin ekstrim, pesta di atas tanpa disadari adalah jalan bunuh diri. Buat susah diri sendiri dan keluaga.
Pesta sambut baru meskipun kelihatan tidak masuk akal tapi karena digerakan oleh keinginan yang kuat serta adanya berbagai dukungan dana pada akhirnya pesta dapat terselenggara dengan meriah. Ada beberapa sumber pendanaan atau penyokong demi suksesnya pesta. Pertama, tabungan. Kita tahu, ciri orang miskin, apalagi miskin ekstrim, tidak memiliki tabungan keluarga. Tabungan di sini berarti uang seadanya, hasil tabungan khusus untuk pesta meski tidak dalam jumlah banyak. Orang tua rela menghabiskan uang demi kebahagiaan anak di hari spesialnya. Beberapa orang tua akan mengatakan “kita kerja-kerja untuk membahagiakan anak, uang habis bisa dicari lagi, tapi hari sambut baru tidak bisa diulang”.
Kedua, sudah menjadi kebiasaan turun-menurun bagi masyarakat Flores untuk ikut gotong-royong membantu acara keluarga seperti ikut menanggung pembayaran belis baik dalam bentuk hewan ternak, barang ataupun uang. Dalam pemberian di atas berlaku prinsip arisan yang berarti orang yang menerima akan mengembalikan manakala si pemberi di masa mendatang kelak membuat acara keluarga atau pesta. Untuk diingat, pemberian tersebut akan dicatat dalam pembukuan masing-masing.
Sebagai contoh kasus, selama ini kita pernah memberikan uang di beberapa acara keluarga, sebut saja jika ditotalkan bisa 10 sampai 20 juta. Jika kita tidak membuat pesta maka uang-uang tersebut tidak akan kembali. Jadi pesta adalah cara agar uang tersebut dikembalikan. Mereka yang telah menerima uang di atas akan diundang pada acara keluarga untuk mengembalikan apa yang telah mereka terima sebelumnya.
Kita sering mendengar orang bilang “selama ini saya bantu-bantu, rugi ka kalau saya tidak buat pesta nanti uang yang selama ini saya kasi-kasi mereka makan gratis”. Dalam hal ini berlaku prinsip tidak tertulis bahwa apa yang sudah diterima mesti dikembalikan. Jadi, tuan pesta dengan prinsip arisan ini akan menyelenggarakan pesta sambut baru. Uang yang diterima pada acara keluarga pra sambut baru akan menjadi modal tambahan.
Ketiga, dukungan dari orang tua, kakak-adik ataupun saudara ipar. Awalnya beberapa kelurga memang tidak ingin membuat pesta sambut baru karena ketiadaan uang, namun keluarganya datang membantu. Misalnya, orang tua karena kasihan dengan cucu kesayangan akan bantu menanggung biaya baju sambut baru satu set. Om atau tanta dari anak sambut baru akan bantu membayar biaya pasang tenda jadi. Saudara ipar akan menanggung satu ekor babi. Kemudian kakak atau adik akan menanggung biaya sound system. Sebagian besar biaya yang dibutuhkan untuk pesta telah ditanggung. Pesta sudah bisa diselenggarakan.
Keempat, tuan pesta dapat meminjam dari lembaga keuangan. Di kabupaten Sikka terdapat beberapa bank nasional dan sekitar 180 koperasi. Kehadiran Lembaga keuangan tersebut menjadi salah satu kemudahan pendanaan pesta sambtu baru. Di tahun 2024 terdapat 5008 anak sambut baru. Jika asumsi satu anak satu pesta maka terdapat 5008 pesta sambut baru. Jika kita kalikan dengan 40 juta per pesta akan setara dengan 200,320 miliar rupiah pengeluaran pesta. Atau kita ambil kemungkinan seperempat atau 1 pesta hanya mengeluarkan uang 10 juta dari total belanja sama dengan 50,080 miliar rupiah.
Ya, kita tahu berdasarkan hitungan di atas, angka total belanja pesta sambut baru berkisar antara 50 miliar sampai 200 miliar rupiah. Jumlah yang besar. Jika uang tersebut sebagian bersumber dari kredit tentu akan sangat baik bagi pertumbuhan bisnis lembaga keuangan. Ia bertumbuh dengan peningkatan penjualan kredit.
Pergerakan uang yang besar di atas menjadi daya tarik tersendiri bagi suburnya berbagai lembaga keuangan di kabupaten Sikka mulai dari koperasi harian, koperasi bulanan hingga perbankan lainnya untuk memperdagangkan kredit. Kehadiran bank dan 180 koperasi menjadi bukti kemudahan meperoleh kredit. Jika setelah pesta, kita akan pusing memikirkan bagaimana cara cicilan kredit maka pada saat yang sama lembaga keuangan menerima keuntungan.
Kita mungkin akhirnya akan sepakat, suatu kejadian membawa masalah dan penderitaan bagi orang lain tapi peristiwa yang sama menjadi berkat bagi yang lain. Mungkin bagi yang diuntungkan memang akan lebih baik masyarakat terus melanggengkan berpesta pora karena itulah ladang uang sekaligus menggerakan roda ekonomi masyarakat. Tapi, kredit macet tidak dapat dihindarkan. Masyarakat miskin dengan ciri berpengasilan tidak tetap sangat rawan gagal bayar cicilan. Kredit macet di depan mata. Menurut Disperindag kabupaten Sikka, lewat Kompas.Com (27/3/2024) ada sekitaar 40 koperasi mati suri karena kredit macet.
Sebab
Tujuan utama orang miskin adalah segera keluar dari kemiskinan karena dengan keluar dari kemiskinan berbagai bebagai kebutuhan dapat dipenuhi. Oleh karena itu, segala kebiasaan yang mempersusah diri akan dihindari. Hal-hal yang dapat menjebaknya untuk tenggelam dalam kemiskinan dalam waktu yang lama, atau kebiasaan yang memperburuk keadaan haruslah dihindari termasuk pesta. Namun kenyataannya, orang miskin di kabupaten Sikka secara masal gemar berpesta terlihat dari fenomena pesta sambut baru.
Melihat prioritas pemenuhan kebutuhan hidup, mesti berani untuk dikatakan bahwa pesta sambut baru adalah penyimpangan perilaku keuangan. Dikatakan penyimpangan karena masyarakat tidak menggunakan sumber daya yang terbatas, termasuk uang untuk pemenuhan kebutuhan dasar melainkan menggunakan keterbatasan dengan kegiatan yang bersifat hiburan. Perilaku ini menurut saya disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini.
Pertama, pesta adalah cara orang nyatakan bahwa ia ada. Mirip cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada. Bagi warga keuskupan Maumere, saya pesta maka saya ada. Pesta adalah sebuah bahasa, cara orang tunjukan diri kepada dunianya, biarpun ia miskin, tapi mampu. Orang tidak ingin “dikeluarkan” dari komunitas hanya karena tidak adakan pesta. Semakin besar pesta, semakin membanggakan kedudukan pembuat pesta. Kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan sosial merupakan prioritas hingga kalahkan pemenuhan kebutuhan dasar.
Kedua, pesta merupakan kompensasi atas perasaan rendah diri, frustasi dan depresi yang tersimpan dalam alam bawah sadar atas kesulitan hidup. Pesta adalah caranya melawan kesulitan yang ada. Pesta dijadikan obat penenang, yang apabila telah dilaksanakan, orang merasa beban di pundak hilang seketika. Inilah alasan, biarpun orang tidak punya uang penuhi kebutuhan dasar, tapi demi pesta, uang pasti ada. Pesta adalah upaya pelarian diri dari persoalan kemiskinan yang mengakar, semakin keras ia dilarang semakin keras pula upaya warga cenderung berpesta. Jika disatukan dengan musik keras, pesta merupakan pelarian dari suara hati yang bicara tentang kenyataan warga bersangkutan.
Ketiga, external locus of control diartikan sebagai motivasi melakukan sesuatu lebih disebabkan oleh tekanan dari luar diri. Orang melakukan suatu tindakan bukan karena ia mau dengan sendiri mau melakukannya tapi bisa saja karena paksaan, rayuan, iming-iming dan lain sebagainya yang datang dari luar. Untuk kasus pesta sambut baru, sering kita jumpai bahwa pada awalnya keluarga inti sudah bersepakat tidak membuat pesta sambut baru. Anggaran pesta akan digunakan misalnya untuk renovasi dapur, renovasi kamar anak, rencana tabungan pendidikan dan lain sebagainya. Tapi, keluarga, teman, sahabat atau tetangga akan mengatakan “ai kamu dua suami isti punya pekerjaan juga tidak bisa buat pesta. Takut kasi makan orang ka?” atau kalua datang dari orang yang lebih tua mereka akan katakan “waktu kamu sambut baru dulu, bapa-mama buat pesta tiga hari, sekarang kamu punya anak kamu takut rugi”. Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang pada akhirnya berhasil mempengaruhi agar dibuat pesta sambut baru.
Penyelesaian
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan bersamaan sebagai suatu tenunan. Pertama, peran pendidikan perlu dioptimalkan lagi. Pendidikan perlu menyasar dua hal. Pertama merekayasa lingkungan dan yang kedua menyasar orang per orangan. Diperlukan terapi masal, atau gerakan penyadaran masal mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA dan Pendidikan Tinggi yang ada di kabupaten Sikka.
Peran yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan adalah melatih peserta didiknya untuk (1) mampu melihat pesta pora sebagai persoalan yang perlu diatasi, (2) agar peserta didik dapat disiplin serta setia dalam berpikir rasional. Disiplin dan setia terhadap berpikir rasional berguna mengatasi persoalan external locus of control.
Lembaga pendidikan terus mengembangkan diskusi seputar pesta pora, akibat dan solusi sebagai bagian dari pendidikan karakter di sekolah. Peserta didik perlu dibimbing untuk peka terhadap persoalan pesta pora serta dilatih agar berkemampuan problem solving terhadap permasalahan yang ada.
Langkah ini penting karena peserta didik dapat mempengaruhi keputusan orangtua. Untuk jangka panjang, mereka adalah generasi muda, pewaris nilai-nilai positif sekaligus nilai negatif. Tanpa upaya penyadaran di tingkat pendidikan, dapat diduga pesta akan tetap diwariskan sebagaimana kita saat ini.
Kedua, pendekatan Role model yaitu pendekatan yang mengharuskan orang-orang terpandang memberi contoh terlebih dahulu. Mungkin dapat diinspirasi dari kisah Yusuf di Mesir (Kej 41). Setelah mengetahui arti mimpi Firaun yang melihat 7 ekor lembu tambun dan 7 ekor lembu kurus, seluruh bangsa Mesir berhemat dengan disiplin saat 7 tahun kesuksesan sehingga memasuki masa susah dan kelaparan, mereka memiliki persediaan makanan yang cukup untuk orang banyak. Pesta sambut baru perlu direncanakan dengan baik tidak saja agar pesta itu sukses diselenggarakan melainkan untuk jangka panjang menjamin ketersediaan uang demi kesuksesan pendidikan anak.
Pelaku Sinode entah sebagai peserta atau panitia adalah agen perubahan umat katolik sehingga berkewajiban menyederhanakan pesta sambut baru atau cara lain yang bersifat mendidik anak sebagai ungkupan syukur komuni suci pertama.
Adalah terkesan bercanda saja alias main gila dengan hasil sinode KUM II apabila pelaku Sinode mengadakan pesta sambut baru dengan taksiran nilai di atas 20 juta rupiah. Mereka yang merumuskan, mereka pula yang melanggar. Jika agen perubahan tidak mentaati keputusuan sendiri lalu siapa yang mau dijadikan panutan?
Dewan Paroki, para guru, pegawai di keuskupan dan paroki, pegawai di perusahaan-perusahaan gereja, pengurus lingkungan dan kombas, di pemerintahan kepala daerah, kepala dinas, kepala bagian, kepala seksi, kepala sekolah, para guru dan anggota DPRD, lalu kepala suku dan mosalaki, singkatnya para pemimpin masyarakat hendaknya memprakarsai gerakan penyederhanaan pesta sambut baru sebagai pesan keteladanan.
Kabar baiknya sudah ada contoh yang bisa disebutkan. Wakil bupati Sikka, Drs. Paolus Nong Susar telah memberi teladan nyata. Sebagai seorang pejabat dengan segala fasilitas serta relasi yang ada mestinya dapat membuat pesta sambut baru yang sempurna untuk putri semata wayang. Namun wakil bupati memilih tidak pesta pada 10 November 2013.
Keputusan ini dapat dibaca sebagai keteladanan sekaligus bentuk solidaritas terhadap orang-orang miskin. Kita pun patut memuji keputusan putrinya dalam mendukung sambut baru tanpa harus pesta. Kiranya, seperti inilah anak-anak diarahkan sejak dini untuk berpikir bukan saja demi kesenangan pribadi melainkan juga bagi kebaikan orang banyak.
Ketiga, Pemerintah memberlakukan strategi ke dalam. Maksud saya, di tahun 2025 ini PNS tidak menyelenggarakan pesta sambut baru dengan seruan sambut baru yes, pesta no. Gerakan ini sebagai strategi pemerintah menekan angka pesta sambut baru dimulai dari lingkaran dalam pemerintah. Ini dapat dilakukan dengan membangun komunikasi dua arah dari pimpinan ke PNS di tingkat yang lebih rendah. Gerakan ini bisa dimulai lewat ajakan Bupati melalui pesan langsung maupun surat edaran.
Empat, diperlukan reinforcement; pemberian pengalaman yang kurang menyenangkan agar masyarakat enggan berpesta. Setiap pesta akan dikenakan pajak pendapatan daerah senilai satu juta rupiah. Berkaitan dengan penggunaan musik keras diijinkan hingga pukul 23.00 bagi yang melanggar akan didenda satu juta rupiah.
Pendekatan ini efektif apabila dijalankan oleh pranata yang paling dekat dengan masyarakat yaitu para ketua RT dan RW dibawah pimpinan langsung lurah dan kepala desa. Jika di wilayah tertentu terdapat pranata adat seperti kepala suku atau mosalaki, pemerintah perlu bekerja sama agar hasil lebih terjamin. Ini efektif memberi efek jera kepada masyarakat, mengurungkan niat berpesta.
Pendapatan itu sendiri akan menjadi salah satu PAD terbesar kabupaten Sikka. Jika satu tahun saja terdapat 10.000 pesta, pemasukan PAD setara dengan Rp.10.000.000.000,-, tidak termasuk uang yang diperoleh dari denda pesta.
Festival
Di masa mendatang, akan muncul tantangan baru. Orang bingung dengan kebiasaan baru, dulunya pesta dimana-mana sekarang tidak. Energi yang digunakan untuk pesta tidak hilang, ia tetap ada sebagaimana hukum kekekalan energi, jika tidak segera dialihkan ke hal-hal yang produktif, orang bisa saja kembali ke biasaan lama. Oleh karena itu, sebagai gantinya saya tawarkan salah satunya program festival budaya tahunan di kabupaten Sikka.
Festival itu bertujuan untuk menyalurkan dorongan dan kepentingan adat-istiadat dalam budaya suku-suku Muhang, Palue, Krowe, Muhang dan Lio yang selama ini dijanlankan saat pesta sambut baru.
Dalam cakupan yang lebih luas, bisa juga dimasukan seluruh suku yang ada di Flores sebagai strategi pariwisata.
Festival dapat dibagi dalam dua tahap, pertama di tingkat suku-suku/kampung dan tahap kedua di tingkat kabupaten yang mempertemukan setiap suku. Sebagai festival, kegiatan ini menghidupkan budaya asli, mendatangkan para wisatawan, dapat menggerakkan ekonomi rakyat.
Maumere berubah status dari wilayah konsentrasi pesta jadi tempat tujuan wisata. Tadinya masyarakat memiliki kebiasaan mengeluarkan uang namun kini berubah, uanglah yang akhirnya datang ke pihak masyarakat.
Bagi orang muda yang terbiasa relaksasi, menyalurkan ketegangan, frustasi, stres, dan depresi lewat musik sambil berjoget-joget dapatlah dibuat festival joget, secara per orangan ataupun berkelompok oleh pemerintah atau pihak tertentu. Kegiatan memiliki banyak nilai positif diantaranya orang muda dapat dipantau dan dapat menekan angka kecelakaan lalu lintas akibat terpengaruh moke di tempat pesta.
Arisan Pendidikan
Kebiasaan pesta pora di dalamnya terkandung praktek gotong royong yang merupakan tindakan bahu-membahu dan saling bergandengan tangan, menggambarkan satu usaha bersama dan saling bantu demi kepentingan bersama. Dalam hal ini, meskipun orangtua tidak memiliki cukup persiapan, anggota keluarga lainnya akan membantu mengisi kekurangan yang ada. Bantuan antara lain berupa menyediakan beras, babi, sapi, sound system, tenda pesta dan ataupun uang tunai.
Bantuan ini diberikan dengan maksud agar pesta berjalan lancar dan meriah. Namun, bantuan tersebut bermakna utang yang suatu waktu akan dikembalikan pada hajatan pemberi bantuan. Dengan cara gotong royong inilah, meskipun dalam keseharian, keluarga kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan harian, tapi pesta yang mahal dengan menghabiskan anggaran puluhan juta dapat dilaksanakan.
Gotong royong adalah sisi positif dalam masyarakat. Namun, pelaksanaannya dapat mengarah pada konsekuensi yang merugikan seperti gotong royong untuk pesta pora yang pada akhirnya dapat membuat keluarga jatuh dalam perangkap utang, tingkat kesejahteraan umat menurun serta tidak terjaminnya biaya pendidikan anak.
Gotong royong akan menjadi sehat jika ditempatkan dalam kerangka kebaikan bersama. Dalam pandangan Soekarno, gotong royong jangan sampai mengarah pada bentuk “toleransi negatif”: tolong-menolong dalam kesesatan, kejahatan, dan pengrusakan, melainkan tolong-menolong dalam kebaikan dan pembangunan.
Kebaikan bersama yang dimaksudkan di sini bermuara pada peningkatan mutu pendidikan anak.
Gotong royong untuk pesta diubah peruntukannya menjadi gotong royong untuk pendidikan anak. Pada prakteknya diterapkan melalui arisan pendidikan. Arisan pendidikan adalah cara masyarakat saling tolong menolong sehingga setiap anak dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan tinggi. Jika selama ini kita bisa bergotong royong untuk keperluan pesta dan adat istiadat, maka dengan semangat gotong royong yang sama, kita pun bisa melakukannya untuk menjamin masa depan pendidikan anak-anak.
Dengan demikian, orang yang berada di tingkatan paling bawah dalam kelompok miskin ekstrim sekalipun bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi karena arisan pendidikan adalah asuransi pendidikan anak.
Penutup
Terakhir, pesta adalah persoalan yang diwariskan dari tahun ke tahun. Jika pendekatan dilakukan secara terpadu, niscaya, jumlah angka pesta dari tahun ke tahun dapat turun secara signifikan. Berkurangnya angka pesta akan memembantu orang miskin terhindar dari kebiasaan yang memiskinkan dirinya serta komunitas.
Penulis: Urbanus Xaverius Landa
Alumni Fakultas Psikologi Widya Mandala Surabaya