Pemkab Sikka Turunkan Angka Stunting 12,1 Persen di Tahun 2024, Masih Ada 2.677 Balita yang Alami Stunting

waktu baca 3 menit

MAUMERE-Pemerintah Kabupaten Sikka menggelar rapat evaluasi hasil audit penanganan masalah stunting tahun 2024 yang berlangsung di aula Gunung Egon lantai 3 Kantor Bupati Sikka, Sabtu 14 Desember 2024.

Rapat evaluasi tersebut dipimpin langsung oleh Penjabat Bupati Sikka Adrianus Firminus Parera, PLT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus serta dihadiri langsung oleh para camat dan para kepala puskesmas.

Dalam arahanya Penjabat Bupati Sikka Adrianus Firminus Parera menyampaikan kasus stunting menjadi isu aktual nasional dan internasional bahkan stunting menjadi indikator kinerja utama bagi kepala daerah maupun indikator turunan bagi stakeholder di lingkup pemda.

Prevalensi stunting di Kabupaten Sikka turun 13 poin selama lima tahun terakhir, meski tren tersebut masih jauh dari target RPJMD 5 tahun terakhir, namun pemerintah daerah terus berupaya menurunkan angka tersebut dari tahun ke tahun.

“Oleh karena itu, untuk mencapai target maka hasil audit menjadi baseline data 5 tahun ke depan, sehingga bisa diukur mulai hari ini dan 5 tahun ke depan,” ujarnya.

Dikatakan Adrianus, tahun 2019 tercatat stunting di angka 25,1 persen, tahun 2020 tercatat di angka 19,6 persen, tahun 2021 tercatat diangka 18,2 persen, tahun 2022 tercatat diangka 17,2 persen. tahun 2023 tercatat diangka 15,3 persen, tahun 2024 tercatat di angka 12,1 persen.

“Angka 12,1 persen pada tahun 2024 artinya saat ini tinggal 2,677 balita di Kabupaten Sikka yang masih dikategorikan stunting dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintah menuju nol stuntin,”ungkapnya.

Menurutnya, keberhasilan Pemkab Sikka menurunkan angka stunting mendapat penghargaan dari pemerintah pusat melalui tambahan dana DID khusus penanganan stunting sebesar kurang lebih 6 miliar.

“Knerja cukup baik setiap tahun terus turun dan hari ini 12,1 itu karena komitmen tinggi sehingga Kabupaten Sikka dapat penghargaan dari gubernur 10 kabupaten kota terbaik dalam hal penanganan masalah stunting dan dapat pengharggaan dari menteri keuangan sehingga kita mendapat dana Dana Insentif Daerah (DID) kurang lebih 6 miliar” ungkapnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus memaparkan penurunan angka stunting 12,1 % tersebar di 26 Puskesmas di Kabupaten Sikka. Saat ini jumlah balita tergolong stunting tersisa 2,667 balita, dimana terus turun dari tahun 2019.

Kadis Herlemus merincikan, Puskesmas Paga ada 70 balita stunting, Puskesmas Lekebai 69 balita, Puskesmas Wolofeo 142 balita, Puskesmas Nanga 26 balita, Puskesmas Bola 81 balita, Puskesmas Habibola 118 balita, Puskesmas Mapitara 37 balita, Puskesmas Watubaing 213 balita. Puskesmas Boganatar 93 balita, Puskesmas Waigete 156 balita, Puskesmas Tanarawa 208 balita, Puskesmas Hewokloang 76 balita, Puskesmas Waipare 155 balita, Puskesmas Palue 45 balita, Puskesmas Tuanggeo 30 balita, Puskesmas Koting 6 balita, Puskesmas Nele 1 balita, Puskesmas Nita 190 balita, Puskesmas Magepanda 172 balita, Puskesmas Kopeta 183 balita, Puskesmas Wolomarang 169 balita, Puskesmas Teluk Maumere 48 balita, Puskesmas Beru 168 balita, Puskesmas Feondari 83 balita, Puskesmas Kewapante 98 balita.

Adapun desa dan kelurahan yang menjadi lokus penanganan stunting meliputi, Kecamatan Paga di Desa Mauloo, Lenandareta, Wolowona dan Desa Mbengu. Kecamatan Tanawawo; Desa Bu Selatan, Loke, Bu Watuweti, Tuwa, Bu Utara, Detubinga, Poma dan Desa Renggarasi, Kecamatan Mego di Desa Dobo Nua Pu’u, Kowi dan Desa Liakutu, Kecamatan Nita di Desa Nita, Tebuk, Ri’it, Nirangkliung dan Desa Mahebora, Kecamatan Magepanda di Desa Kolisia dan Desa Reroroja, Kecamatan Nele di Desa Nele Wutung, Kecamatan Alok Barat di Kelurahan Hewuli, dan Kelurahan Wailiti. Kecamatan Alok Timur di Kelurahan Beru, Kota Baru, Watu Gong dan Kelurahan Lepolima. Kecamatan Alok di Kelurahan Kabor, Kecamatan Palue di Desa Lidi, Kesokoja, Ladolaka, Rokirole, Tuanggeo dan Desa Nitunglea, Kecamatan Kangae di Desa Mekendetung, Tana Duen, Habi, Langir, Watuliwung, Blatatatin, Watumilok, Teka Iku dan Desa Kokowahor, Kecamatan Bola di Desa Bola, Kecamatan Kewapante di Desa Ian Tena, Kopong, Seusina, Namangkewa, Umagera dan Desa Geliting, Kecamatan Hewokloang di Desa Rubit, Baomekot, Wolomapa dan Desa Munerana, Kecamatan Waigete di Desa Nangatobong, Wairbleler, Aibura, Wairterang dan Desa Watudiran, Kecamatan Waiblama di Desa Pruda, Tanarawa, Natarmage, Ilinmedo, Tuamedo, Werang dan Desa Tuabao, Kecamatan Talibura di Desa Nebe, Bang Koor, Wailamung, Hikong dan Timutawa, Kecamatan Doreng di Desa Wogalirit, Kecamatan Mapitara di Desa Hale dan Desa Egon Gahar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *