Darah Politik Ansy Lema Berasal dari Sadi Belu: Keluarga Gubernur dan DPR RI Timor Timur

waktu baca 3 menit

Belum banyak yang tahu latar belakang politik Ansy Lema. Sosok Calon Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) nomor urut satu (1) dengan nama lengkap Yohanis Fransiskus Lema ini ternyata memiliki darah politik yang berasal dari leluhur keturunan Desa Sadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu.

Ansy Lema memulai karir politiknya sejak 25 tahun lalu sebagai seorang aktivis 98. Berjuang menurunkan rezim orde baru di luar parlemen, kemudian menjadi pejuang langsung di parlemen sebagai seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTT II.

Sekali bertarung dalam kontestasi pemilihan legislatif DPR RI, pria lulusan Pascasarjana Universitas Indonesia ini langsung mendapatkan satu dari tujuh kursi Senayan Dapil NTT II.

Selama dua periode berturut-turut yaitu periode 2019 – 2024 dan 2024 – 2029, Ansy berhasil merebut hati rakyat NTT. Ansy menjadi anggota DPR RI terpilih dua periode mewakili NTT. Ternyata, keberhasilan politik Mantan Juru Bicara Ahok ini mengalir deras dari darah leluhur Sadi.

“Darah politik saya dari keluarga di Sadi ini. Nenek saya itu anggota DPR RI tiga (3) periode dan sepupunya menjadi gubernur Timor-Timur (Timtim). Kemarin saya menjadi anggota DPR RI terpilih selama dua periode, mohon doa dan dukungan keluarga dan rakyat agar saya jadi gubernur,” ucap Ansy ketika berziarah ke makam para leluhurnya di Desa Sadi, Selasa (02/10/2024).

Pria kelahiran Kota Kupang ini menceritakan bahwa kakek neneknya merupakan orang asli Belu dari Suku Kemak etnis Raegio yang tinggal di Desa Sadi. Ibu kandung dari ayah Ansy Lema yang bernama Helena Bui Teu Lema merupakan orang asli suku Kemak. Demikian juga dengan ayah dan ibu kandung dari nenek Helena, yakni Paulus Maukura dan Yuliana Bolokau merupakan orang asli Suku Kemak Belu.

Helena Bui Teu Lema memiliki seorang kakak kandung bernama Maria Petronela Inacio yang merupakan seorang anggota DPRI RI dari Dapil Timor Timur selama tiga periode, yakni dari tahun 1978 – 1993. Tidak hanya itu, sepupu Helena Lema dan Maria Inacio adalah seorang Gubernur Timor Timur pada tahun 1978 – 1982 bernama Guilherme Maria Goncalves. Ia sekaligus adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pertama Timor Timur. Goncalves adalah seorang raja di Atsabe – Leimea.

“Dari merekalah jiwa politik saya mengalir. Karena itu, saya cukup rutin berkunjung ke sini (makam para leluhur). Saya datang untuk mendoakan mereka, para leluhur saya. Sekaligus memohon berkat dari mereka,” jelas Ansy.

Pria yang berpasangan dengan Jane Natalia Suryanto ini menjelaskan bahwa leluhurnya berasal dari Suku Kemak sub etnis Raegio yang memiliki arti “Tanah yang kokoh, yang tak bisa digoyahkan”. Asal-usul inilah yang menjadikannya seorang politisi yang tangguh dan berpegang teguh pada integritas dirinya.

“Raigio itu artinya tanah yang kokoh, tidak bisa digoyahkan. Ini menjadi prinsip yang membentuk saya menjadi seorang politisi yang kuat, teguh, kokoh dan tidak bisa digoyahkan secara prinsip dan integritas,” tandas pria kelahiran 1976 tersebut.

Dengan darah politik ini, Ansy mengakui bahwa dirinya adalah seorang pejuang yang tidak gentar bertarung dalam kontestasi gubernur. Restu leluhur dan integritas yang diturunkan dari generasi ke generasi akan menjadi spirit perjuangan dirinya untuk membangun NTT ke arah yang lebih baik.

“Sejak duduk menjadi Anggota DPR RI di Komisi IV, saya telah cukup banyak berjuang membantu masyarakat NTT di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Saya akan terus berjuang untuk mengeluarkan NTT dari kemiskinan ekstrem. Membangun NTT berarti membangun desa, rakyat desa harus sejahtera,” pungkas Ansy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *