Warga Desa Hoder dan Wairbleler, Sikka, Sambut Positif Pembentukan Forum Pemerhati Bendungan Wairita
MAUMERE- Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II melalui Unit Pengelola Bendungan (UPB) Bendungan Wairita menggelar sosialisasi pembentukan Forum Pemerhati Bendungan Wairita sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan Bendungan Wairita.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor Desa Hoder pada Selasa (3/9/2024) pagi ini dihadiri oleh Kepala UPB Wairita, Burhan Budi, Camat Waigete, Antonius Jabo Liwu, Pj Kepala Desa Hoder, Konfrida Fransiska, Kepala Desa Wairbleler, Muhamad Jafar, serta perwakilan elemen masyarakat dari Desa Hoder dan Desa Wairbleler.
Camat Waigete, Antonius Jabo Liwu dalam sambutan membuka kegiatan, mengatakan, forum ini nantinya diharapkan dapat menjadi wadah komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah daerah serta pihak pengelola bendungan, guna memastikan kelestarian dan keamanan bendungan dalam jangka panjang.
“Dengan adanya forum ini, masyarakat bisa terlibat aktif untuk menjaga dan memelihara Bendungan Wairita ini sehingga ke depannya bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.
Kepala Unit Pengelola Bendungan Wairita, Burhan Budi pada kesempatan itu mengatakan, sosialisasi ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya peran mereka dalam menjaga dan melestarikan Bendungan Wairita yang diharapkan dapat menjadi sumber utama pasokan air bersih bagi warga Desa Hoder dan Desa Wairbleler.
Menurutnya, forum ini bukan bentukan pemerintah daerah, forum ini dibentuk oleh, dari, dan untuk masyarakat. Dengan adanya forum ini akan lebih memudahkan tugas Pemkab Sikka untuk melakukan koordinasi dengan forum masyarakat peduli waduk sehingga terjalin mitra yang efektif dan efisien.
“Forum ini dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat bertujuan untuk menata kembali tata guna lahan sesuai dengan daya dukung lahan dan jenis peruntukan yang sesuai dengan kemampuan lahan, sekaligus untuk memberikan kepastian pemanfaatan ruang yang sesuai dengan peran dan fungsi waduk, dengan memperhatikan karakteristik masyarakat dan lingkungannya.
Lanjutnya, forum ini dibentuk juga dengan tujuan sebagai wadah pengkajian, konsultasi, koordinasi, dan komunikasi para pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan Bendungan Wairita.
“Forum Peduli Bendungan Wairita ini dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan pemantauan, identifikasi, konsultasi, koordinasi dan komunikasi dalam rangka terwujudnya keterpaduan dan keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi Bendungan Wairita sebagai masukan kepada pengambil keputusan baik kepada eksekutif maupun legislatif di tingkat pusat dan daerah,” ungkapnya.
Ada 6 Permasalahan di Bendungan Wairita
Burhan Budi juga menyampaikan, dalam pengelolan Bendungan Wairita, pihaknya mengidentifikasi ada 6 permasalahan yang terjadi.
Enam permasalahan tersebut yakni, sirih pinang lahan yang belum diselesaikan, permasalahan non teknis terkait administrasi sewa lahan yang belum tuntas sehingga berakibat adanya aksi dari penjaga kebun yang berdampak pada kegiatan pengelolaan bendungan, petani hilir tidak mendapatkan air secara merata karena dibuka tidak sesuai dengan pola operasi waduk, sering terjadi buka tutup portal yang menghambat aktivitas pekerjaan di Bendungan Wairita, buka tutup pintu air (outlet) tanpa kordinasi dengan petugas, serta pengambilan galian C di area hulu dan ikat ternak warga di area bendungan.
“Dari masalah-masalah yang ada ini, diharapakan keterlibatan Forum Peduli Bendungan Wairita untuk bersama-sama mengatasinya. Dengan adanya forum ini kita bisa menjaga, merawat dan memelihara Bendungan Wairita ini secara lebih baik ke depannya,” ungkapnya.
Dalam acara tersebut, Kepala Desa Hoder, Konfrida Fransiska menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat.
“Kami berharap dengan terbentuknya Forum Pemerhati Bendungan Wairita, masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam menjaga bendungan ini. Bendungan Wairita memiliki peran strategis dalam mendukung penyediaan air bersih dan ketahanan pangan (irigasi) di wilayah ini,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Wairbleler, Muhamad Jafar. Dirinya mendukung penuh upaya pembentukan forum ini, namun ia berharap agar masalah lahan berupa belum diselesaikan uang sirih pinang lahan dapat diselesaikan secepatnya oleh UPB Bendungan Wairita sehingga tidak mengganggu aktivitas pekerjaan di Bendungan Wairita.
Tokoh masyarakat Desa Wairbleler, Amatus Goleng mengatakan, keberadaan Bendungan Wairita belum banyak memberikan kontribusi manfaat terutama untuk penyediaan air bersih bagi warga Desa Wairbleler sebagai wilayah dari Bendungan Wairita.
Kata Amatus, ke depan perlu diatur kembali pengelolan Bendungan Wairita yang juga dapat memberikan manfaat untuk penyediaan air bersih bagi warga Desa Wairbleler.
“Kami setuju ada forum peduli waduk ini, tapi kami harapkan tidak sebatas ada forumnya, kami masyarakat butuhkan air selama ini kami belum rasakan manfaat dari keberadaan Bendungan Wairita ini,” ungkap Amatus.
Evaristus Frumensius Terpilih Jadi Ketua Forum Pemerhati Bendungan Wairita
Pada ksempatan itu, juga dilakukan pemilihan secara demokratis Ketua Forum Pemerhati Bendungan Wairita. Dalam pemilihan itu, peserta yang hadir sejumlah 35 perwakilan elemen masyarakat dari Desa Hoder dan Desa Wairbleler memilih Evaristus Frumensius sebagai Ketua Forum Pemerhati Bendungan Wairita. Terpilih sebagai Wakil ketua, Yoseph Aurelius, Sekertaris, Wilfridus Nong Ipir dan Bendahara, Martina Bunga.
Dengan penasehat forum adalah ex officio Camat Waigete, Kades Hoder dan Kades Wairbleler. Pembina forum yakni Amatus Goleng dan Yohanes Dunia.
Pantuan media ini, pembentukan Forum Pemerhati Bendungan Wairita ini mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Mereka berharap forum ini tidak hanya sebagai wadah diskusi, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak berbagai inisiatif untuk menjaga lingkungan di sekitar bendungan.