Inovasi Karutan Maumere Latih Warga Binaan Olah Lahan Tidur Jadi Kebun Hortikultura yang Subur
MAUMERE-Kamis, 21 Desember 2023 sore, kami menyambangi Rutan Kelas IIB Maumere di Jalan KS.Tubun Nomor 30, Kota Maumere. Pada sore yang cerah dengan langit biru ditutupi awan putih tipis, terlihat ada 3 orang warga binaan Rutan Maumere tengah menyirami tanaman sayur yang tumbuh subur dari balik tembok penjara Rutan Maumere.
Tampak terlihat pula Karutan Kelas II B Maumere, Antonius Semuki tengah mengawasi para warga binaan yang sibuk bekerja menyiangi rumput dan menyirami aneka sayur di bedeng-bedeng pada lahan yang berada di sisi utara dan selatan kompleks Rutan Kelas II B Maumere.
Ada sayur kol, kangkung, daun ubi, sawi hijau, wortel, terung, sawi bungkus, yang tumbuh subur pada bedeng-bedeng berukurang 1×3 meter. Ada pula pepaya california, pohon pisang serta pohon ampupu dan pohon jatih putih yang tumbuh menjulang berusia kurang lebih 3 bulan.
Bisa dikatakan lahan kurang lebih 2 hektar ini adalah kebun terpadu karena tidak hanya untuk pertanian tapi juga ada peternakan babi dan kolam ikan lele yang diselimuti tumbuhan enceng gondok. Nantinya enceng gondok itu dipetik untuk makanan bagi bebek dan untuk pupuk tanaman.
“Lahan ini seluas kurang lebih 2 hektar. Sebelumnya lahan tidur yang dipenuhi pohon jambu mente dan rumput. Pada awal tahun 2021, kami mulai merintis pengembangan lahan tidur ini menjadi lahan hortikultura. Semula lahan 1 hektar baru kemudian pohon jambu mente ditebangi dan ditamani aneka sayuran seperti sekarang ini terlihat,” ungkap Antonius Semuki, Kamis (21/12/2023) sore.
Ia menuturkan, lahan tidur ini dicangkul, diolah ditanam aneka sayur dan buah dan dirawat hingga panen oleh para warga binaan yang telah memasuki masa asimilasi.
“Kita sebagai pemasyarakatan berpikir ke depan warga binaan ini tidak selamanya hidup di dalam tetapi akan kembali ke keluarga atau ke tengah masyarakat. Jadi salah satu cara kita itu pembinaan kepribadian dan ketrampilan untuk memberikan bekal kepada mereka. Seperti mereka kerja kebun dan bedeng ini, sehingga ketika kembali bisa menerapkan di kehidupan mereka,” ujarnya sambil mengajak para wartawan berkeliling kebun yang berada persis di bantaran Kalimati Kampung Kabor ini.
Lanjutnya, kebun hortikultura ini dirintis sejak awal Januari 2021 saat dirinya bertugas sebagai Kepala Rutan Maumere dan hingga saat ini ada 20 orang warga binaan yang melaksanakan asimilasi fokus bekerja mengolah kebun. Menurutnya, dengan adanya aktivitas pembinaan ini, warga binaan ada kesibukan dan tidak hanya menghitung hari selesainya masa hukuman.
Dari hasil panen kebun hortikultura ini kemudian dijual kepada pihak ketiga dan hasilnya dibagi 50 persen kepada para warga binaan dan 50 persen kepada Rutan maumere. Pihak Rutan Maumere turut menyediakan bibit dan kebutuhan tanam untuk kebun hortikultura ini.
“Kebun hortikultura ini dominan pakai pupuk organik diolah dari bahan sisa tanaman yang ada sehingga rasa sayurnya lebih gurih,” tambahnya.
Ia menambahkan, pada musim penghujan ini, pihaknya bersama warga binaan akan melakukan penanaman padi di lahan milik Rutan Maumere seluas 2,5 hektar di persawahan Magepanda.
Salah seorang warga binaan Lahuse mengatakan, dirinya senang ikut terlibat bekerja mengolah lahan tidur menjadi kebun hortikultura. Menurutnya dengan aktif bekerja di kebun, ia merasa seperti berada di rumahnya walaupun sesungguhnya berada di dalam tembok penjara Rutan Maumere.
“Saya terhibur bekerja di kebun hortikultura ini. Kami bekerja sambil belajar merawat tanaman dengan baik dari penanaman sampai panen. Apalagi dari hasil penjualan kami juga mendapatkan bagian sedikit pendapatan dari hasil olah kebun ini,” ujarnya.
Ia menuturkan, ia dan warga binaan lainnya bekerja di kebun tersebut dari pagi jam setengah 8 dan masuk kembali ke dalam sel Rutan Maumere pada pukul 6 sore harinya.
Karutan Maumere menambahkan, ketrampilan yang diberikan kepada warga binaan tidak hanya mengolah kebun hortikultura, ada pula pertukangan dan perbengkelan. Para warga binaan bisa memilih aktivitas mana yang akan mereka tekuni selama masa asimilasi tersebut.
Dengan beragam ketrampilan yang diberikan ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mereka ketika telah selesai menjalani hukuman dan kembali ke tengah keluarga dan masyarakat.
“Mereka harus ada kesibukan sehingga mereka tidak menghitung hari tetapi mereka melaksanakan kegiatan dan tidak berpikir kapan mereka pulang. Tetapi ketika waktunya pulang, mereka sudah siap dipangil untuk kembali dengan adanya ketrampilan, jadi mereka bisa mandiri,” ujarnya.