Uskup Ewaldus Titip 3 Pesan Bagi Kopdit Obor Mas saat Kotbah Misa Syukur HUT ke-50
MAUMERE-Uskup Maumere, Mgr.Ewaldus Martinus Sedu, Pr, bersama puluhan iman konselebran memimpin Misa Syukur HUT ke-50 KSP Kopdit Obor Mas yang berlangsung di Gereja Thomas Morus Maumere, Jumat (4/11/2022) sore.
Misa syukur ini dihadiri oleh Wabup Sikkka, Romanus Woga, jajaran pengurus, manajemen dan pengawas KSP Kopdit Obor Mas, utusan dari 22 kantor cabang dan lainnya.
Dalam kotbahnya, Uskup Maumere, Mgr.Ewaldus Martinus Sedu, Pr, mengatakan, teguh dalam Tuhan sebagaimana Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat Filipi juga adalah ajakan yang penting bagi keluarga besar KSP Kopdit Obor Mas pada usianya yang kelima puluh atau yang kita sering sebut sebagai emas usia kehidupan lembaga.
“Emas harus diuji dalam bara api, dan KSP Kopdit Obor Mas hendak mensyukuri betapa dalam kurun waktu itu, kasih Tuhan tidak pernah pudar dan luntur untuk menyertai dan membimbing langkah kopdit kita,” ujarnya.
Dikatakan Uskup Ewaldus, Obor Mas tidak hadir sebagai lembaga yang sempurna, tetapi merintis dari bawah, dari sebuah harapan dan komitmen penuh cinta, untuk
mewujudkan bakti iman yang menyentuh kehidupan konkret dan riil, yang menyentuh dimensi kesejahteraan dari hidup sehari-hari.
KSP Kopdit Obor Mas menjadi wadah kemanusiaan ketika mengajarkan untuk mencintai kesederhanaan kita dan ia hadir sebagai tempat pemanusiaan ketika kita terpanggil untuk hidup dalam iman sesungguhnya serta bangkit menuju hidup yang lebih baik dan yang lebih sejahtera.
Menurutnya, pemanusiaan sebagai murid-murid Yesus untuk hidup jujur dan tidak menjadi kaya karena mendapatkan dengan cara yang tidak halal.
Dikatakan Uskup Maumere, ada 2 pertanyaan penting, bagi kita sekalian dalam misa kudus ini.
Pertama, apakah kita sanggup membangun kasih dan solidaritas dalam KSP Kopdit Obor MAS di tengah budaya konsumtif dan pesta pora?
Kita terjebak dalam pola hidup konsumtif dan tidak membangun budaya hidup produktif kreatif dan inovatif.
Apakah KSP Kopdit Obor Mas telah membangun sebuah militansi iman yang hidup dalam mendidik anggota dalam himpunan keluarga besar lembaga ini?
Kedua, apakah kita yakin dan berani untuk membebaskan masyarakat kita, membebaskan sesama kita dari gurita ketidakadilan, kemiskinan dan kekerasan?
Menurut Uskup Maumere, lingkaran maut ini selalu menjadi refleksi analisa sosial kita sejak dulu, betapa untuk melawan praktik kekerasan, kita harus membaca peta kemiskinan kita, dan untuk memahami peta kemiskinan itu, kita harus sanggup menyadari praktik ketidakadilan masyarakat kita.
KSP Kopdit Obor Mas, sudahkah terpanggil untuk keluar dari siklus maut ini?
Dua pertanyaan ini menggugat kehidupan iman kita, sudahkah kita membangun kasih dan solidaritas dalam hidup kita selama ini, terutama dalam solidaritas sebagai
keluarga besar KSP Kopdit Obor Mas elama 50 tahun ini.
Lanjut Uskup Maumere, koperasi-koperasi terus berkembang dan bertumbuh dimana-mana, dengan antusiasme dan optimisme yang menggebu-gebu, dan kita pun seperti umat Israel dituntut untuk membaharui sikap iman kita.
“Kemiskinan menjadi sebuah kenyataan besar, yang juga tidak mudah diuraikan dan dipahami dengan baik, ketika kita pun menjadi bagian dari masyarakat yang terjebak dalam budaya tidak produktif (tidak menghasilkan apa-apa dari dana pinjaman kita),
budaya konsumtif (menghabiskan uang untuk terus berbelanja dan berbelanja) dan tradisi pesta pora dan menghambur-hamburkan tenaga dan waktu untuk pesta itu
sendiri,” ujarnya.
Gurita kemiskinan itu semakin menjadi-jadi dalam kekuasaan yang korup, pembangunan yang tersedot
keserakahan dan ketamakan, dan rakyat kecil tertindas dan tidak berdaya sama sekali.
Dikatakan Uskup Maumere, narasi injil tentang bendahara yang tidak jujur mengajarkan kepada kita tentang makna iman, betapa kesetiaan dalam menjalankan tugas harus dipupuk dan dibiasakan hari demi hari.
Kesetiaan dan ketekunan, kerja keras dan totalitas dalam hidup setiap hari, harus
menjadi pembaktian iman yang nyata. Kita tidak dapat mengeluh dan menggerutu sepanjang waktu, ketika kita tinggal diam saja dan pasrah pada keadaan tanpa berusaha.
Kita mengalami dalam pengalaman kita yang sederhana, betapa tidak mudah keluar dari gurita kemiskinan karena cara pandang dan cara bertindak kita, seringkali membawa kita pada jurang kemiskinan itu sendiri.
Sebagai orang beriman, kita pun telah berdoa dan terus berdoa, agar mendapatkan hidup yang lebih layak dan sejahtera, namun kerapkali kita tidak sanggup untuk sungguh-sungguh berjuang menjadi lebih sejahtera itu sendiri.
Tiga Pesan Penting Uskup Maumere
Lebih lanjut Uskup Maumere menuturkan, ada t3 pesan penting pada emas OBOR MAS, pada hari ini.
Pertama, seruan Paulus membawa kita pada sikap iman yang terus berterima kasih dan berbakti juang dalam hidup ini.
Rahmat dan belas kasih Allah mesti disyukuri dan dimaknai dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa perasaan syukur dan sikap memberi makna, maka hidup kita akan cenderung datar, dangkal dan berjalan begitu saja.
Hanya dengan hati yang penuh syukur, kita pun dapat mengambil hikmah dari setiap kebaikan dan kemurahan Tuhan yang kita alami, tidak saja dalam keberhasilan, tetapi juga dalam kegagalan dan kelemahan manusiawi kita.
Kedua, hati dan tindakan Yesus dalam narasi injil menggerakkan kita untuk memiliki hati dan pikiran yang baik, dan haruslah dibuktikan dengan tindakan cinta kasih atau perbuatan baik, yang harus mengurbankan kesenangan dan kenikmatan yang melekat dalam kecenderungan naluriah kita.
Berkurban itu berarti ada sesuatu yang hilang dari ego kita, dari keinginan dan kehidupan yang nyaman dan mapan.
Narasi Yesus jelas mengajak kita untuk keluar dari situasi nyaman dan mapan untuk menyentuh kehidupan orang lain yang menderita dan tertindas.
Kita melawan kemalasan dan berjuang untuk hidup sebagai orang beriman yang jujur, benar dan tulus dalam hidup kita setiap hari.
Ketiga, teruslah bercahaya seperti OBOR dalam kegelapan, dan emas yang menyatu dalam pengorbanan dan penyerahan diri Yesus sendiri. Kita harus bertolak ke tempat yang dalam, dan tidak sekadar terjebak dalam euforia usia emas.
Kenangan ini harus membuat kita lebih kuat, dan tidak boleh membuat kita terbuai pada memori masa lalu dan nama besar.
Terkadang untuk maju, kita harus keluar dari bayang-bayang masa lalu dengan nama besarnya. Karena ketika terlena dengan nama besar, kadang kita lalai dan tidak berjuang gigih.
“Bertolaklah ke tempat yang dalam, teruslah adaptif. inovatif dan kreatif. Selamat merayakan usia emas keluarga besar KSP Kopdit Obor Mas, semoga Tuhan memberkati segala niat baik dan tindakan yang baik di tengah gurita kemiskinan hidup masyarakat kita,” pesan Uskup Maumere dalam penutup kotbahnya.