OMK St.Aloysius Misir Barat Gelar Nobar Film Kisah Sengsara Yesus dan Renungan Bersama
MAUMERE-Pekan Suci atau Semana Santa bagi umat kristiani dimulai dengan perayaan Minggu Palma hingga hingga Minggu Paskah.
Salah satu perayaan yang mendapat perhatian selama Pekan Suci adalah Kisah Sengsara dan Wafat Yesus Kristus, yang secara historis dimulai pada Malam Perjamuan Terakhir (Kamis Putih) hingga Jumat Agung ketika Yesus Wafat di Salib.
Bagaimana jalan ceritanya bisa kita baca dalam empat Injil, yakni Matius, Markus Lukas dan Yohanes. Namun, pada umumnya Injil Yohanes dianggap lebih lengkap dan panjang, maka hampir setiap Jumat Agung, Injil Yohanes-lah yang dipakai untuk ditampilkan dan nyanyikan
Bahkan kisah ini sudah difilmkan dengan berbagai judul, namun film terakhir yang paling fenomenal berjudul The Passion of The Christ.
Acara nonton bareng (nobar) film The Passion of The Christ berlangsung pada jumad (15/4) malam. Nonton bareng ini digagas oleh Orang Muda Katolik (OMK) St.Aloysius Misir Barat.
Mulai dari anak-anak, kaum muda-mudi serta orang tua hadir menonton film tersebut yang bertempat di Lingkungan St.Aloysius Misir Barat.
Ada dua frater dari St.Maria Gunung Karmel yakni Frater Aldo dan Frater Blass yang senantiasa mendampingi untuk mendeskripsikan serta merenungkan kembali jalannya kisah dalam film tersebut.
Ketua OMK St.Aloysius Misir Barat, Ricky Sarianto mengungkapkan, nobar film Passion of The Christ ini bertujuan agar anak usia dini, anak muda bahkan orang tua menyadari akan penebusan Tuhan Yesus di kayu salib.
“Nobar ini dalam rangka masa Prapaskah. Dengan menyaksikan film Passion of The Christ, kita diharap menangis bukan karena kasihan melihat penderitaan Tuhan, tetapi lebih karena kita menyesali atas semua dosa-dosa yang telah kita perbuat. Di situ kita lihat betapa cinta Tuhan yang sangat besar kepada kita semua, sehingga rela menderita demi kita manusia,” papar ricky, Jumat (15/4).
Usai nobar film The Passion of The Christ, frater memberikan renungan singkat mengenai kisah sengsara yesus kristus dan dikaitan dengan kehidupan saat ini.
. Pada sesi kali ini para frater memberikan renungan tentang wafat Yesus. Menurut kedua frater ini, wafat Yesus sebagai karya penyelamatan. Wafat Yesus merupakan karya penyelamatan Allah bagi manusia yang berdosa. Dalam hal ini dipakai kata “penyelamatan” dan bukan “keselamatan”.
Kata “penyelamatan” mengungkapkan bahwa manusia dibebaskan dari situasi kedosaan oleh Allah. Karena dosa yang dilakukan oleh manusia, relasi antara Allah dan manusia menjadi tidak harmonis sehingga manusia tidak mendapat perlindungan Allah.
Kemudian, Ia melepaskan manusia dari situasi kegelapan agar dapat bersatu kembali dengan Dia. Dalam hal ini Allah menjadi pemeran utama (bdk. Kol 1:3). Sebaliknya, kata “keselamatan” Penyaliban Yesus merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan dan kontroversial. Hukuman salib biasanya dijatuhkan pada para penjahat kelas kakap. Namun, hukuman itu ternyata dijatuhkan juga kepada Yesus. Padahal, Yesus adalah orang baik.
Ia selalu berkeliling untuk menyembuhkan orang sakit dan Allah menyertai-Nya (Kis 10:38). Maka, penyaliban Yesus merupakan penyaliban terhadap orang baik atau orang tak bersalah. Namun, apakah pemerintah Romawi menghukum mati orang yang tidak bersalah?
Ternyata, pemerintah Romawi menganggap Yesus sebagai pemberontak dan penjahat yang membahayakan keamanan dan ketertiban. Keberanian-Nya dalam mengusir orang yang berjual-beli di Bait Allah menimbulkan kehebohan. Tindakan ini menjadi salah satu alasan bahwa Yesus dapat membahayakan keamanan dan ketertiban.
Wafat-Nya menjadi karya penyelamatan Allah bagi manusia yang berdosa. Kematian Yesus bukanlah suatu kesia-siaan atau kebodohan melainkan kekuatan Allah (bdk. 1Kor 1:18). Yesus wafat untuk menanggung segala dosa manusia agar manusia diselamatkan (Rm 5:9-10). Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan-Nya.
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45).
Dengan pemahaman ini, Yesus tidak mati konyol. Kematian-Nya menjadi puncak pengabdian-Nya, karena Ia diutus untuk membawa kembali mereka yang diserahkan Bapa kepada-Nya (bdk. Yoh 18:9).
Kebangkitan Yesus mengejutkan para pengikut-Nya sebagaimana kematian-Nya yang mengejutkan. Waktu berkabung belum berakhir, mereka malah dihadapkan dengan hilangnya jenazah Yesus. Hal ini sempat membuat pengikut-nya menangis (bdk. Yoh 20:11).
Namun, Yesus menampakkan diri kepada para pengikut-Nya dan mengatakan bahwa Ia sudah bangkit. Kebangkitan-Nya bukanlah kebangkitan yang dapat mati lagi seperti Lazarus, pemuda dari Nain, dan anak perempuan Yairus.
Setelah kebangkitan-Nya, Ia tidak akan mati lagi dan maut tidak berkuasa atas-Nya (Rm 6:9). Kebangkitan-Nya menjadi peristiwa sukacita.
Peristiwa kebangkitan Yesus juga meneguhkan iman dan harapan para pengikut-Nya.
“ Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia” (Rm 6:8).
Pesan Frater Aldo dan Frater Blas di akhir kegiatan trsebut yakni dengan kegitan seperti ini sangat bagus dilakukan agar kita mengetahui apa makna dari kisah sengara yesus hingga wafat di kayu salib, agar kita semua sudah siap dalam menyambut Hari Paskah nanti.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi yang paling terakir dalam menutup kegiatan ini yakni anak-anak dan kaum muda menuliskan dosa atau kesalahan yang selama ini diĺakukan dan kemudian dibakar agar tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.