Warga Usulkan Pembangunan SMK Pertanian Adonara Barat
Ketua PGRI Flotim, Maksimus Masan Kian bersama pemerintah desa Danibao, lembaga adat saat meninjau lokasi rencana pembangunan SMK Pertanian. Foto : Istimewa
LARANTUKA, FLORESPEDIA.id– Warga Desa Danibao bersama lembaga adat, tokoh masyarakat dan Pengurus PGRI Cabang Adonara Barat mengusulkan adanya pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian di wilayah itu.
Kepala Desa Danibao, Yustinus Kopong Raya mengatakan, Masyarakat sangat antusias menyambut hadirnya sebuah sekolah SMK Pertanian di wilayah mereka yang notabene memiliki potensi alam yang luar biasa.
“Selain mendekatkan layanan pendidikan, anak-anak bisa terampil mengolah potensi yang mereka miliki berdasarkan jurusan yang dipilih hingga pada kemampuan berwirausaha,dan membuka jaringan untuk pemasaran,” ujarnya kepada wartawan, Selasa 29 Maret 2022.
Menurut dia, pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Danibao dan SDM masih terbatas. Karena itu, kehadiran SMK pertanian berpotensi positif dalam menghasilkan SDM yang handal mengolah BUMDES dalam upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Lukas Ara Kian, Ketua Lembaga Adat Desa Danibao mengatakan pihaknya telah menyerahkan tanah seluas 1,5 hektar sejak 2015 ke pemerintah desa untuk pembangunan sekolah pertanian.
“Sertifikat tanah segera terbit dalam waktu 1-2 bulan ke depan, karena Dinas Pertanahan per Februari 2022, telah melakukan pengukuran dan penanaman pilar di empat sudut batas tanah bagian Timur, Barat, Utara dan Selatan. Artinya membangun dibatas lahan ini, tidak ada lagi persoalan terkait tanah,” katanya. Merespon aspirasi ini, Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian, Minggu (27/3/22) turun ke lapangan dan bertemu dengan pemerintah desa dan lembaga adat.
Ketua PGRI Cabang Adonara Barat, Agustinus Dulin, mengatakan sekolah pendukung lain di wilayah itu antara lain, SMPN Lembah Seburi, SMPN 1 Adonara Barat dan SMPN Satap Bogalima. Tamatan siswa dari sekolah ini untuk melanjutkan pendidikan SMK harus ke SMK Adonara ( 8-15Km), sebagian ke SMKN 1 Larantuka dan SMK di Maumere.
Berdasarkan data statistik di desa, anak tamat SMP di wilayah ini yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/K berkisar 15-20 siswa. Sementara tamatan siswa dari desa terdekat dengan lokasi yang direncanakan untuk dibangun sekolah (Desa Danibao, Bukit Seburi 1, Nimun Danibao, Demon Dei, Ile Pati, Riangpadu, Woloklibang, Hurung, Pajinian, Tonuwoten) berkisar 60-70 siswa setiap tahun.
Merespon aspirasi ini, Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian, Minggu (27/3/22) turun ke lapangan dan bertemu dengan pemerintah desa dan lembaga adat.
Ia mengaku bangga adanya niat tulus warga Desa Danibao, pemerintah dan lembaga adat untuk menyerahkan tanah pembangunan sebuah sekolah.
“Ini tidak semua bisa lakukan. Secara sukarela menyerakan tanah di zaman ini sulit. Warga Desa Danibao dan L
lembaga adat telah menjadi contoh. Tentu ini bukan kepentingan pemerintah desa dan lembaga adat saat ini, tetapi generasi yang akan datang, anak cucu dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter. Salut dan bangga. Kita akan berjuang bersama demi rerealisasinya niat baik ini,” kata Maksi.
Ia mengaku sudah membangun komunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT, Linus Lusi.
“Dinas PPO Provinsi NTT sangat mengapresiasi dan segera membentuk panitia lokal dan membangun koordinasi dengan Koordinator Pengawas (Korwas) untuk melakukan studi kelayakan dan beberapa syarat ideal lainnya,” tutupnya.
Foto: Ketua PGRI Flotim, Maksimus Masan Kian bersama pemerintah desa Danibao, lembaga adat saat meninjau lokasi rencana pembangunan SMK Pertanian
LARANTUKA, FLORESPEDIA.id – Warga Desa Danibao bersama lembaga adat, tokoh masyarakat dan Pengurus PGRI Cabang Adonara Barat mengusulkan adanya pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian di wilayah itu.
Kepala Desa Danibao, Yustinus Kopong Raya mengatakan, Masyarakat sangat antusias menyambut hadirnya sebuah sekolah SMK Pertanian di wilayah mereka yang notabene memiliki potensi alam yang luar biasa.
“Selain mendekatkan layanan pendidikan, anak-anak bisa terampil mengolah potensi yang mereka miliki berdasarkan jurusan yang dipilih hingga pada kemampuan berwirausaha,dan membuka jaringan untuk pemasaran,” ujarnya kepada wartawan, Selasa 29 Maret 2022.
Menurut dia, pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Desa Danibao dan SDM masih terbatas. Karena itu, kehadiran SMK pertanian berpotensi positif dalam menghasilkan SDM yang handal mengolah BUMDES dalam upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Lukas Ara Kian, Ketua Lembaga Adat Desa Danibao mengatakan pihaknya telah menyerahkan tanah seluas 1,5 hektar sejak 2015 ke pemerintah desa untuk pembangunan sekolah pertanian.
“Sertifikat tanah segera terbit dalam waktu 1-2 bulan ke depan, karena Dinas Pertanahan per Februari 2022, telah melakukan pengukuran dan penanaman pilar di empat sudut batas tanah bagian Timur, Barat, Utara dan Selatan. Artinya membangun dibatas lahan ini, tidak ada lagi persoalan terkait tanah,” katanya. Merespon aspirasi ini, Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian, Minggu (27/3) turun ke lapangan dan bertemu dengan pemerintah desa dan lembaga adat.
Ketua PGRI Cabang Adonara Barat, Agustinus Dulin, mengatakan sekolah pendukung lain di wilayah itu antara lain, SMPN Lembah Seburi, SMPN 1 Adonara Barat dan SMPN Satap Bogalima. Tamatan siswa dari sekolah ini untuk melanjutkan pendidikan SMK harus ke SMK Adonara ( 8-15Km), sebagian ke SMKN 1 Larantuka dan SMK di Maumere.
Berdasarkan data statistik di desa, anak tamat SMP di wilayah ini yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/K berkisar 15-20 siswa. Sementara tamatan siswa dari desa terdekat dengan lokasi yang direncanakan untuk dibangun sekolah (Desa Danibao, Bukit Seburi 1, Nimun Danibao, Demon Dei, Ile Pati, Riangpadu, Woloklibang, Hurung, Pajinian, Tonuwoten) berkisar 60-70 siswa setiap tahun.
Merespon aspirasi ini, Ketua PGRI Flores Timur, Maksimus Masan Kian, Minggu (27/3/22) turun ke lapangan dan bertemu dengan pemerintah desa dan lembaga adat.
Ia mengaku bangga adanya niat tulus warga Desa Danibao, pemerintah dan lembaga adat untuk menyerahkan tanah pembangunan sebuah sekolah.
“Ini tidak semua bisa lakukan. Secara sukarela menyerakan tanah di zaman ini sulit. Warga Desa Danibao dan L
lembaga adat telah menjadi contoh. Tentu ini bukan kepentingan pemerintah desa dan lembaga adat saat ini, tetapi generasi yang akan datang, anak cucu dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter. Salut dan bangga. Kita akan berjuang bersama demi rerealisasinya niat baik ini,” kata Maksi.
Ia mengaku sudah membangun komunikasi dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT, Linus Lusi.
“Dinas PPO Provinsi NTT sangat mengapresiasi dan segera membentuk panitia lokal dan membangun koordinasi dengan Koordinator Pengawas (Korwas) untuk melakukan studi kelayakan dan beberapa syarat ideal lainnya,” tutupnya.