Pemkab Launching Eksplorasi Budaya Lembata
Bupati Lembata bersama Kapolres Lembata usai launching kegiatan Eksplorasi Budaya di Lewoleba, Senin (7/2). Foto : T. Aloysius Bestol
LEMBATA, FLORESPEDIA.id – Kegiatan Eksplorasi Budaya di Kabupaten Lembata resmi di launching pada Senin 7 Februari 2022.
Kegiatan ini berlangsung dari 7 Februari-7 Maret 2022, dengan beraneka ragam kegiatan budaya yang terjadi di sejumlah desa.
Sejumlah output yang dihasilkan dalam kegiatan ini pun akan dijadikan rekomendasi bagi pembangunan di daerah itu. Salah satunya adalah dokumen Police Brief.
Policy Brief (PB) adalah makalah kebijakan ringkas; makalah kebijakan yang berdiri sendiri dan disusun secara ringkas. Police Brief bukan ringkasan dari dokumen lain, sebagaimana sebuah ringkasan eksekutif. Police Brief disusun secara khusus untuk segera dapat dipahami oleh pembuat keputusan.
Dokumen Police Brief itu menurut Bupati Lembata Thomas Ola berisikan gagasan umum yang dijadikan sebagai pedoman pembangunan kabupaten Lembata.
Dokumen Policy Brief ini akan diberikan oleh konsultan kegiatan eksplorasi budaya yang adalah para akademisi kepada pemerintah daerah di puncak kegiatan, 7 Maret 2022.
“Kesempatan untuk kita menggali nilai-nilai budaya yang selama ini tidak pernah diketahui oleh banyak orang, kita Eksplore,” kata Thomas Ola saat launching kegiatan Eksplorasi Budaya di Lewoleba, Senin (7/2).
Tak hanya itu, event budaya ini juga akan menghasilkan buku. Dalam buku itu terdokumentasi kegiatan dan menjadi bahan pelajaran generasi Lembata di masa mendatang.
Bupati juga katakan, nilai-nilai budaya harus jadi kebiasaan yang melekat dalam karakter masyarakat dan tentu juga jadi tonggak pembangunan di Lembata.
Bahkan, ujung akhir dari perhelatan event ini, selain melahirkan Police Brief dan bahan ajar, namun ini akan didorong menjadi muatan Nasional.
“Kita mau semua elemen mendukung kegiatan Eksplorasi Budaya ini, ini merupakan bagian dari membentuk karakter anak Lembata,” katanya.
Konsultan Pelaksana Eksplorasi Budaya Lembata, Dr. Hippolitus Kristoforus Kewuel, menyampaikan konsep Sare Dame yang kini berubah nama Eksplorasi Budaya Lembata adalah dasar keseluruhan pembangunan Lembata.
Dia menilai masyarakat di Lembata hari ini terkotak-kotak akibat politik polarisasi yang terjadi selama ini.
“Perlu ada sare dame sebelum pembangunan lainnya,” ujar Dosen Antropologi Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya ini.
Menurut dia, pemerintah daerah sama sekali tidak memaksakan program sare dame itu kepada masyarakat adat. Tapi, dia menyebutnya sebagai ‘kondisioning’ dengan maksud kekayaan masyarakat adat itu bisa jadi milik bersama.
“Gerakan ini bukan paksaan dari pemerintah,” tegasnya.
Launching Eksplorasi Budaya Lembata ini diwarnai dengan pentas tarian adat dari beberapa komunitas. Ada juga pertunjukan fashion show dari para model lokal Lembata. Kegiatan pun berjalan semarak.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Dr Hippolitus Kristoforus Kewuel, dosen Antropologi Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, Dr. Drs. Ola Rongan Wilhelmus, M.Sc, dosen STKIP Widya Yuwana Madiun. Kedua akademisi ini merupakan putra asli Lembata, termasuk para pejabat Forkopimda Lembata.